Dewasa ini, saya sering menjumpai pikiran-pikiran buruk yang muncul dari dalam diri. Sepele, tapi berulang kali saya ulangi.
Seperti saat salah satu rekan bertumbuh sedang memperkenalkan diri, pendidikannya, sepak terjangnya, kisah hidupnya, yang muncul di pikiran saya adalah,
"Ya jelas dia bisa fokus melanjutkan pendidikan, la wong orang tuanya berkecukupan."
atau begini,
"Ya pantas hasil tugasnya memuaskan, la wong dia punya banyak waktu luang."
kadang juga begini,
"Dia cantik sih, pantes ..."
Astaghfirullah.
Ampunilah hambamu ini ya Rabb.
Alih-alih mengambil keteladanan dari setiap cerita yang rekan-rekan saya lontarkan, saya malah berpikir sebaliknya. Saya meremehkan perjuangan mereka, saya meremehkan alur cerita yang Allah berikan untuk hambaNya.
Bukankah setiap manusia memiliki jalan juangnya masing-masing?
Bukankah pencapaian tertinggi letaknya pada keimanan seorang hamba dan bukan sederet prestasi dunia?
Bukankah tak pantas kita menilai ikhtiar seseorang, menilai sepak terjangnya, sebab setiap hamba hanya akan ditanya perihal sepak terjangnya sendiri, bukan sepak terjang orang lain?
Bukankah benar hati ini masih jauh dari kata bersih? Apakah iman akan tumbuh di dalam hati yang kotor dan selalu merasa sempit?
Memaknai kembali pemahaman diri, bahwa apapun yang terjadi, itulah yang terbaik.
Hatimu lebih butuh perhatianmu. Sibukkan diri menyapu hal-hal yang tak seharusnya ada di dalam hati.
Sebuah pengingat, Allah is the best plan maker ever !
Comments
Post a Comment