Long time no see, guys!!!
I hope in 2020, you can get closer to your dream and please stay health, Covid-19 still popular till now on.
I hope in 2020, you can get closer to your dream and please stay health, Covid-19 still popular till now on.
Menginjak 2020, tahun ketiga-ku bekerja dan tahun ke-empatku mencari rejeki di Nusa Tenggara Timur, ternyata Tuhan masih menginginkanku belajar di Maumere. Sejujurnya kembali menulis disini terasa sedikit sulit, setelah terakhir aku menge-post ceritaku di bulan November 2019. Tentu saja, aku masih suka menulis, sebab menulis itu menyenangkan dan melegakan. Tapi memang terlalu banyak pilihan paltform yang semuanya pun menyenangkan (semoga sama baiknya), untuk sekedar menulis.
Long short story, you can easily find my activity on my instagram account here and hopefully you can find some advantageous thing there, hihihi.
Well, seperti judul yang kusematkan, aku ingin memperkenalkan hobi(?), yah hobi baruku. Sebenarnya aku sendiri kurang yakin apakah aktivitas ini sudah masuk di kategori hobi atau belum.
Memasak, yap. Cukup mengherankan memang mengingat rekam jejakku yang jauh sekali dari kata me-ma-sak. Aline nggak pernah ngerti cara berperilaku di dapur. Kitchen is just kitchen, until you try to cook, it becomes your comfort zone.
Memasak, yap. Cukup mengherankan memang mengingat rekam jejakku yang jauh sekali dari kata me-ma-sak. Aline nggak pernah ngerti cara berperilaku di dapur. Kitchen is just kitchen, until you try to cook, it becomes your comfort zone.
Mungkin awal ceritaku berani memasak adalah semenjak Maumere menjadi ladang rejekiku dan tentu saja, ada pemantik yang menyulut keberanian itu. Sebut saja dia mba Lely. Yap, perkenalkan dia teman angkatan di PLN 58, satu penempatan dan bagiku sudah seperti kakak perempuan sendiri. She is good enough in preparing meals dan gak pernah pelit ilmu. Ya Allah, berikan sebaik-baiknya rejeki buat mba Lely yang gak pernah pelit ilmu. Dia tau aku gak bisa masak, tapi dia selalu mempersilahkan aku untuk mencoba. Ternyata tujuan akhirnya bukan sekedar masakan, tapi keberanian mencoba dan skill yang makin lama makin terasah.
Sampai akhirnya aku membeli peralatan memasakku sendiri, hihihi. Cukup dengan kompor gas portable (bukan gas LPG ya, karena di Maumere LPG 3kg tidak ada), teflon untuk menggoreng dan panci nggg bukan panci sih tapi gunanya untuk merebus. Hanya tiga itu senjataku, sampai sekarang ketambahan wajan hasil hibah dari Putri (rekan kerjaku yang dimutasi), dan itu lebih dari cukup.
Pengalaman pertama memasak tentu saja sangat kacau hehehe. Aku masih ingat, kala itu hendak membuat oseng-oseng tempe dengan kacang panjang dan hasilnya Astaghfirullah asin seperti rasa air Pantai Koka. Terlalu asin. Tapi semenjak itu aku terus mencoba, mencoba dan mencoba. Hingga akhirnya oseng-oseng menjadi masakan yang paling mudah untuk dieksekusi. See, semua butuh proses yang tidak instan.
Akhirnya, seiring berjalannya waktu, aku mulai enjoy menyiapkan makananku sendiri. Malah kadang, proses menyiapkan makanan menjadi refresh moment setelah hari kerja yang melelahkan. What a day! Meskipun proses memasak itu sendiri pun menyita waktu dan tenaga, karena bener deh apa kata orang, masak tu cepet, yang lama tu proses potong-potong sayurnya dan nyiapin bumbunya. Apalagi kalo sekalian mau bikin food prep alias stock sayur mentah di kulkas, beh ribet, harus nyiapin wadah, menyiangi, cielaah menyiangi, sayur yang fresh from the market, banyak penyusupnya.
Tapi tak pernah kulewati semua proses dengan hening, alias aku selalu nyambi dengerin podcast. Gimana, udah produktif belum? hahahha. Tapi ini saran dari aku pribadi and it works on me, motong-motong sayur sambil dengerin podcast tu enak banget, apalagi buat yang gak punya televisi macam aku ini hahahaha. Alhasil, proses memasak menjadi lebih seru.
Bukan berarti aku sudah jago memasak ya. Aku mulai menikmati aktivitas ini. Bagaimana ribetnya nyiapin sayur dan bumbu, bagaimana pusingnya pilih menu, it always fun. Ekspektasi teman-teman jangan besar-besar dulu ya hahahha. Aku pun masih sering pake bumbu instan, masih belum mahir, masih masak makanan yang comfort alias simple, masih sering jajan juga kalo males. Mulai memasak pun juga karena kebutuhan akan variasi menu dan menyadari kalau jajan terus bikin kantong cepet tipis guys. Tidak ada intervensi dan ambisi untuk menjadi mahir, natural saja.
Setelah rutin menjalankan preparing my own meals, aku jadi lebih menghargai makanan. Setiap yang tersaji di meja makan, sudah pasti perlu proses panjang untuk menyiapkan semuanya. Jadi kadang, enak ngga enak ya tetep dimakan, udah capek-capek siapin soalnya. Terus jadi keinget jaman masih satu rumah setiap hari sama orang tua, ibu sudah siapin segala lauk pun kadang aku masih protes. Dulu ngga ngerti sih ribetnya kayak apa.
Selain itu juga kemampuan budgeting jadi berasa lebih kepake. Makanan itu bukan sesuatu yang bisa bertahan lama, jadi kadang mesti pinter-pinter mengalokasikan sumber daya supaya cukup tidak kurang dan tidak lebih untuk diriku seorang, untuk menu satu hari dan lain sebagainya. Di awal waktu, masih sering tergopoh-gopoh masalah budgeting ini. Sering ngebuang sayur atau nasi yang ngga kemakan, lebih sering karena basi kadang juga karena kebanyakan terus bosan. Begitulah, urusan perut ini memang banyak sekali urusannya hahahaha.
Aku senang bisa menemukan sesuatu yang membuatku bahagia ketika melakukannya, di perantauan tentu saja.
Semoga postingan kali ini berfaedah ya.
See you on the next post !!!
Tapi tak pernah kulewati semua proses dengan hening, alias aku selalu nyambi dengerin podcast. Gimana, udah produktif belum? hahahha. Tapi ini saran dari aku pribadi and it works on me, motong-motong sayur sambil dengerin podcast tu enak banget, apalagi buat yang gak punya televisi macam aku ini hahahaha. Alhasil, proses memasak menjadi lebih seru.
Bukan berarti aku sudah jago memasak ya. Aku mulai menikmati aktivitas ini. Bagaimana ribetnya nyiapin sayur dan bumbu, bagaimana pusingnya pilih menu, it always fun. Ekspektasi teman-teman jangan besar-besar dulu ya hahahha. Aku pun masih sering pake bumbu instan, masih belum mahir, masih masak makanan yang comfort alias simple, masih sering jajan juga kalo males. Mulai memasak pun juga karena kebutuhan akan variasi menu dan menyadari kalau jajan terus bikin kantong cepet tipis guys. Tidak ada intervensi dan ambisi untuk menjadi mahir, natural saja.
Setelah rutin menjalankan preparing my own meals, aku jadi lebih menghargai makanan. Setiap yang tersaji di meja makan, sudah pasti perlu proses panjang untuk menyiapkan semuanya. Jadi kadang, enak ngga enak ya tetep dimakan, udah capek-capek siapin soalnya. Terus jadi keinget jaman masih satu rumah setiap hari sama orang tua, ibu sudah siapin segala lauk pun kadang aku masih protes. Dulu ngga ngerti sih ribetnya kayak apa.
Selain itu juga kemampuan budgeting jadi berasa lebih kepake. Makanan itu bukan sesuatu yang bisa bertahan lama, jadi kadang mesti pinter-pinter mengalokasikan sumber daya supaya cukup tidak kurang dan tidak lebih untuk diriku seorang, untuk menu satu hari dan lain sebagainya. Di awal waktu, masih sering tergopoh-gopoh masalah budgeting ini. Sering ngebuang sayur atau nasi yang ngga kemakan, lebih sering karena basi kadang juga karena kebanyakan terus bosan. Begitulah, urusan perut ini memang banyak sekali urusannya hahahaha.
Aku senang bisa menemukan sesuatu yang membuatku bahagia ketika melakukannya, di perantauan tentu saja.
Semoga postingan kali ini berfaedah ya.
See you on the next post !!!
Comments
Post a Comment