"Setiap orang punya cara masing-masing untuk memuliakan orang tuanya. Menuliskannya dalam sebuah postingan blog adalah 'salah satu' cara saya."
Maumere, 28 Mei 2018
03.36 WITA atau 02.36 WIB
WhatsApp
Bu Yani
Video Call
Calling
Ringing
Connecting
Aline : Assalamualaikum, wes saur ta buk?
Bu Yani : Waalaikumsalam, durung nduk, buk'e durung turu ket mau.
Bu Yani : Waalaikumsalam, durung nduk, buk'e durung turu ket mau.
Aline : Yaampun iseh garap opo seh buk?
Bu Yani merubah kamera, memperlihatkan 'garapannya'.
Bu Yani merubah kamera, memperlihatkan 'garapannya'.
Aline : Woalah, pesenane sopo iku buk?
Bu Yani : Dinggo Masjid. La sing biasa ngewangi sesuk pamit ora mlebu, dadi kudu tak garap saiki.
Aline : Yauwis saknu buk, dirampungne disik. Nek kesel leren.
Bu Yani : Ho'o nduk, sek ya. Assalamualaikum (sambil melambaikan tangan).
Aline : Waalaikumsalam
Piip
Piip
27 Mei 2018 malam hari, saya juga ndak tidur, sama seperti ibuk. Namun beda peyebabnya. Saya kepikiran seonggok manusia yang sudah memporak porandakan separuh kehidupan saya, laki-laki tentu saja. Sedangkan ibuk, jangan ditanya, menyelesaikan tanggung jawabnya sampai lembur, ganti hari.
Betapa batu-nya kamu lin.
Seharusnya sebesar ini kamu bisa memilah lebih jauh, mana yang pantas dipikirkan mana yang tidak. Sudah terlalu lama meratapi hal sepele, sedang hal yang seharsnya kamu perhatikan malah terlewatkan.
Saya yakin 1000 persen, ibuk pasti minum kopi lagi. Beliau tak bisa dipisahkan dari kopi. Tentu saja sekarang masih baik-baik saja, namun siapa yang tau, beberapa tahun lagi akumulasi dari kafein-kafein itu akan menjadi apa.
Ibuk tidak hobi begadang, namun kewajiban yang mengharuskannya begadang. Melakukan hal yang tidak ia suka demi rupiah. Semoga Allah memampukan.
Itu saja yang ingin saya ceritakan.
Anakmu yang lalai bagai batu.
Alinea.
Comments
Post a Comment