Hari terakhir di 2017.
Berusaha se-pro-duk-tif mungkin, namun tak jarang gagal.
2017, seperti tahun-tahun sebelumnya, tempaannya luar biasa.
Doa yang satu per satu mulai terjawab. Impian yang semakin terlihat hilalnya.
Namun doa yang terjawab dan impian yang semakin terlihat hilalnya tidak datang begitu saja. Sudah sepatutnya mengapresiasi diri sendiri atas pencapaian yang berhasil dicapai. Apresiasi sedikit saja, tak usah banyak-banyak.
Tapi kurang adil kurasa jika berbangga hati secepat ini. Bukan diri ini yang luar biasa. Pencapaian ini tentu saja tidak terlepas dari support banyak pihak. Terutama dan yang paling utama, tak akan terlaksana setiap hajat-hajat sepele di dunia jika tak ada izin dariNya, Sang Maha Pengatur segalanya. Terima kasih bertubi-tubi Ya Rabb.
Bahkan dalam gegap gempita kebahagiaan, akan selalu ada awan mendung yang menyelimuti. Yah, semakin tinggi pohon, angin yang bertiup pun akan semakin kencang. Itulah yang kurasakan di 2017 ini. Mungkin beginilah cara mendewasakan manusia. Mungkin beginilah cara manusia bisa naik derajatnya. Mungkin beginilah jalan kasih sayang yang hendak Rabbku tunjukan. Aku percaya saja, segalanya pasti bisa dilalui. Percaya terus bahwa tak perlu ada yang dikuatirkan ketika tahu pengatur hidupku adalah Allah.
Hempaskan semua ya kekhawatiranmu.
Duh, aku ki wonge khawatiran :(
Sering terbersit, aih aku pasti nggak bakal bisa. Sering banget.
Sering membandingkan diriku dengan yang lain, yang lebih pandai segala-galanya. Meskipun sudah kubentengi diriku dengan asumsi, setiap orang itu unik, aih bullshit besar.
Sering gagal karna malas mencoba.
Kalah sebelum berperang. Seperti itulah sisi lain 2017 ku.
Payah lah.
Saat yang lain sibuk menyusun resolusi, apalah dayaku yang lebih butuh solusi.
Semoga 2018 mu menyenangkan.
Terima kasih 2017. See you when I see you malufff.
Comments
Post a Comment