Kenapa menyerah terasa sedemikian indah?
Wah sudah mulai merajalela sindrom kemalasan. Aku, di tengah-tengah pergulatan mencari tanda tangan untuk pengesahan proposal Tugas Akhir, akhirnya tumbang gara-gara suhu tubuh yang entah ada angin apa jadi naik beberapa derajat dari suhu normal.
Bingung sebetulnya, kenapa ya susah bagi bapak dosen terbaik untuk sekedar ngasih tanda tangan di atas lembar pengesahan yang sudah rapi-rapi aku buat dengan sepenuh hati, tertulis nama dosen terbaik lengkap dengan gelar yang teramat panjang itu uhuhuhu. Aku mulai melantur Tuhan maafkan hambaMu ini.
Godaan lain datang dari, yap, drama Korea. Duh memang payah ya aku ini, mudah luluh sama yang namanya drama. Sekali kecantol sama episode satu, bakal getok tular ke episode yang lain. Yah, mereka sangat pandai mengambil hati remaja labil macam aku ini ><
Bagian yang paling menyebalkan dari proses bimbingan adalah ketika kita mendapati tulisan hasil karya begadang dicoret-coret bapak dosen terbaik. Kurang inilah, kurang itulah, fiuuuh. Bapak kapan-kapan kita perlu membangun chemistry biar tidak ada revsi diantara kita. Mending kalo revisinya secara keseluruhan, nah ini, latar belakang dulu di revisi, seminggu kemudian bimbingan lagi, eh ada lagi yang direvisi, kenapa coba ngga sekalian???? Arrrrgh pengen makan dosen.
Bagian yang paling-paling menyebalkan dari yang menyebalkan adalah di saat aku masih stuck di proposal yang belum ACC, tapi temen-temen yang lain sudah go faster melaju lancar jaya masuk ke pembahasan BAB Tugas Akhir. Disitu aku merasa menjadi mahasiswa yang paling tidak berguna huhuhu.
But, for all good things I've recieved, I must never give up like this.
Aku sudah diberi banyak kesempatan untuk menimba ilmu. Tak mudah memang menyelesaikan semua tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa, tapi percayalah, aku tidak akan pernah mudah menyerah. Meskipun, yaa, seperti kalimat pembuka di atas, menyerah terasa sedemikian indah. Bukan cuma aku yang jalannya terseok-seok, bukan cuma aku yang menginginkan lulus cepat berkualitas namun langkahnya terhambat karena kualitas diri yang memang belum mumpuni.
And for my lecture, terima kasih luar biasa aku haturkan. Kemasan luar bimbingan yang beliau usung memang sangat membuat pressure, tapi dibalik semua tempaan itu, ada tujuan yang hendak beliau terapkan pada mahasiswanya, yaitu kualitas ilmu dan Tugas Akhir yang hendak dibuat.
Pernah kubaca sebuah kutipan dari Ustadz Felix Siauw, begini kira-kira bunyinya
Ilmu itu perlu pengorbanan, bukan hanya waktu namun juga perasaan | mendapat ilmu pun perlu pengorbanan tidak hanya harta tapi juga jiwa.
Maka nikmati saja semua proses yang berjalan, maknai dan hargai | karena waktu takkan pernah kembali, momen juga takkan pernah berulang.
Sampai saatnya nanti kita akan benar-benar tersadar bahwasanya | adalah proses itu yang nikmat, adalah jalannya itu yang berkesan.
Semangat Bimbingan! Semangat Sukses!
Salam Alinea
Comments
Post a Comment