MASA KEPANITIAAN
Awal kepanitiaan, kami mulai
dikelompokkan menjadi staff operasional. Duh dag dig dug memang, mau dibawa
kemana ya diri kami ini hehe. Ada banyak yang terkejut ketika pembagian staff
operasional diumumkan. “Loh kok aku di sini sih?”, “Alhamdulillah cocok!”,
seperti itulah kira-kira respon kami saat itu hehehe. Tapi tak butuh banyak
waktu untuk meributkan pembagian staff operasional, karena kami paham bahwa
kami berorganisasi untuk KSR bukan operasionalnya. Baru awal kepanitiaan saja
kami sudah belajar hakikat loyal berorganisasi, hehehe.
Selama menjalankan roda
kepanitiaan, jalan kami tentu saja tidak selalu mulus. Ada banyak suka duka
yang mengiringi kisah kami sebagai aktivis kampus. Tak bisa dipungkiri, setiap
masing-masing dari kami adalah mahasiswa dengan tanggung jawab yang tidak
sedikit. Bahasa kerennya, kami dengan sadar telah menduakan kuliah, hehe.
Menduakannya untuk tujuan yang baik, jadi ngga masalah to? Hehehe.
Dinamika organisasi sangat kami
rasakan saat menjabat sebagai panitia. Kebersamaan yang dulu sudah tumbuh,
menjadi semakin mengakar kuat. Kami benar-benar mendapat keluarga baru di
organisasi ini. Dari hal kecil seperti makan bareng, sholat bareng, jalan-jalan
bareng, ngutang duit, nebeng pulang, membuat kami paham betul bahwa rasa nyaman
berada di tengah-tengah keluarga bisa kami rasakna bahkan di tempat yang sangat
jauh dari keluarga kami sendiri. Rumus itu terbukti benar, Family doesn’t always blood, bahwa keluarga tidak selalu hubungan
darah. Kami telah membuktikannya.
Dinamika
yang lain, yaitu guncangan yang berasal dalam angkatan kami sendiri. Di awal
sudah kami ungkapkan bahwa kami adalah sekumpulan manusia unik dengan visi misi
yang berbeda. Saking uniknya, kadang kami lalai menjaga salah satu dari kami
agar tetap on fire belajar di
organisasi ini. Ada yang hilang. Tentu saja rasa jenuh dengan pressure proker yang jumlahnya
bertubi-tubi ditambah tanggung jawab perkuliahan dan kenyataan bahwa di antara
kami memutuskan untuk berkomitmen di dua organisasi (dualisme) membuat personil
kami banyak yang tumbang dan menyerah sebelum semuanya usai. Tak perlu kami
sebutkan siapa saja. Kami adalah kami, satu kesatuan yang tak mungkin ada tanpa
salah satu dari kami. Kami telah membuat karya yang tak bisa diduplikat
angkatan dan organisasi mana pun tentu saja. Karya yang akan kami kenang sepanjang
hayat hidup dan mungkin akan kami ceritakan ke anak cucu kami kelak, hehehe.
Karya kami yang benar-benar
nampak di depan mata ialah kehadiran adik-adik Angkatan 31, yang berjumlah 58
orang. Kami akui, selama menjadi panitia, masih banyak proker yang belum
sepenuhnya mencapai tujuan yang diinginkan. Kurang persiapan, terlalu malas, miss-koordinasi dan kurang disiplin
membuat jalan yang kami lalui tak bisa seratus persen mulus. Evaluasi sering
kami lakukan, tujuannya tak lain untuk membuat kinerja kami menjadi lebih baik.
Namun, tetap saja kami adalah manusia pembelajar yang saat itu memang masih
dalam proses belajar berorganisasi. Salah tak apalah, yang penting jangan
diulang-ulang.
Masa
kepanitiaan yang berjalan kurang lebih satu tahun, tak terasa berlalu juga.
Kembalilah kami harus siap dengan kenyataan berpisah dengan Angkatan 29. Kami
pun sudah dihadapkan dengan tanggung jawab baru, yaitu adik-adik Angkatan 31,
sosok-sosok yang akan kami bimbing dikemudian hari. Nama-nama calon Komandan
pun telah bergulir dan akhirnya terpilihlah Ndan Syahid, dengan nama beken Ndan
Hid, sebagai tonggak kepemimpinan masa kepengurusan 30.
Comments
Post a Comment