Rabbi, terima kasih telah menegurku kembali.
Kemudahan yang Engkau berikan kerap kali membuatku lupa. Lupa bahwa semua itu hanya titipan. Lupa bahwa aku harus menjalani masa-masa sulit untuk dapat menggapai sisi 'kemudahan'. Lupa bahwa kuasaMu lah maha segala-galanya.
Rabbi, ampuni aku sekali lagi.
Khilaf adalah tabiat, dan aku malu di setiap sujudku masih ada selain Kamu. Bagaimana bisa aku menjadikanMu salah satunya di saat seharusnya Kamulah Maha satu-satunya, Maha Esa.
Rabbi, pasang surut imanku kadang tak terbaca olehku.
Bak gajah di pelupuk mata yang tak pernah terlihat, namun kuman di seberang lautan tampak berpendar-pendar. Ampunilah ya Rabb.
Rabbi, senantiasa aku mohon bimbinganMu.
Dari setiap pemikiran yang salah. Untuk setiap perkataan dan perbuatan yang tak pantas. Untuk setiap amanah yang telah diamanahkan. Untuk setiap rekaatku yang tertinggal. Untuk setiap mimpi yang sudah tersusun rapi.
Ya Rabb, tak tau lagi kepada siapa aku mengadu.
Karena ketika aku mengadu kepada selain Kamu, bukan terang yang kudapat. Namun tetap saja mulut ini bertindak sesuka hati, semaunya sendiri.
Rabbi, aku selalu percaya Engkau Maha mendengar.
Aku selalu percaya rencanaMu lah yang terbaik.
Aku selalu dan akan selalu percaya bahwa Engkau tidak akan memberikanku cobaan di luar batas kemampuanku.
Aku akan terus berusaha menjadi pribadi yang baik. Demi apa? Demi Rabb-ku yang Maha dari segala Maha.
alinea
Comments
Post a Comment