Hai!
Sudah berapa lama dapat ilmu kepalangmerahan?
Sudah dari SMP dong.
Sekarang kelas berapa?
Sudah kuliah semester V dong.
Waaah, ilmunya udah khatam berarti?
Hehe, yaaa gitu deh :D
Hmmm, kebanyakan mungkin menyimpulkan, semakin lama seseorang mendalami suatu ilmu, menekuni, belajar teruus teruus dan teruus, maka seseorang tersebut layak disebut profesional dan mahir bin kompeten. Begitukah?
Hahahaha, nggak juga ah. Contohnya ya seperti aku ini. Udah di Diklat berkali-kali, tapi terkadang suka kelabakan kalo ditanya hal-hal yang sebenarnya adalah dasar dari ilmu-ilmu palang merah. What a pitty ~
Kejadiannya berlangsung beberapa hari yang lalu, seusai acara Diklatsar di kampus POLINES tercinta. Kebetulan sekali, ada kakak-kakak alumni yang menyempatkan datang dan kemudian sharing ilmu bareng temen-temen pengurus dan panitia. Waaah, berasa ikut seminar gratiis. Gimana enggak, sharing ilmu kali ini lebih membahas hal-hal yang jarang diketahui khalayak umum, bahkan untuk ukuran relawan KSR. Kakak alumni yang satu ini memang sangat amat layak sekali disebut kompeten dan mahir. Beliau menekuni ilmu-ilmu kepalangmerahan tidak hanya pada saat menjadi mahasiswa, namun setelah lulus dan bekerja pun tetap beliau tekuni dan kembangkan. Dan jadilah saat ini, beliau dikenal sebagai sosok yang paling dicari untuk urusan ilmu penanganan kedaruratan, baik di lingkungan kerja dan lingkungan sosialnya yang lain. Ya begini nih kalo kita serius mempelajari suatu ilmu dan nggak setengah-setengah.
Sistem sharingnya sedikit unik. Kami, rekan-rekan pengurus dan panitia, tidak langsung diberi materi-materi siap catat, tapi kakak alumni lebih dulu melemparkan bola-bola pertanyaan, buset bahasanya haha, atau semacam kasus-kasus yang pernah beliau temukan kepada kami. Semacam dites dulu ah, dibikin bingung, nyerah nih nyerah? baru deh dijawab. Kan serem ya huhu. Keliatan banget dah abal-abalnya wkwk.
Dan pertanyaan yang paling bekesan versi Adora Alinea adalah mengenai 2 hal yang sangat tidak boleh dilakukan kepada pasien, karena apabila dilakukan, pasien sudah pasti meninggal. Dan kakak alumni sempat memberikan bocoran, kalo ternyata 2 hal ini sering sekali kami lakukan saat bertugas sebagai tim kesehatan (Kakak-kakak alumni memang sering ikut berpartispasii saat ada kegiatan tugas sebagai tim kesehatan, jadi ya beliau beliau pasti tahu apa saja yang kami lakukan, hehe).
Setelah pertanyaan tersebut terlontar, kami langsung saling memandangi satu sama lain :D hahaha ngga kebayang deh wajahnya kaya apaan. Ada yang saling sahut-sahutan, jawab asal-asalan, siapa tahu bejoo, wkwk.
Tapi Alhamdulillah banget, temen ane yang paling ganteng sedunia bisa ngejawab pertanyaan itu, yah meskipun setelah banyak kegagalan, wkwk. Dan jawabannya adalah ....
2 hal berbahaya yang sering penolong lakukan :
Terhadap korban yang kesulitan bernafas (tapi bukan asma ya), sebaiknya jangan diberi bantal dibagian kepala (ditidurkan dalam posisi kepalanya di atas bantal).
yang sering kami lakukan saat menangani beberapa korban adalah korban diposisikan tidur dengan kepala berada di atas bantal. Ternyata oh ternyata, itu merupakan tindakan yang sangat fatal sekali. Karena kepala yang diberi bantalan, akan menghambat keluar masuknya nafas, apalagi dalam kondisi pasien tertidur dan kesulitan nafas. Coba deh teman-teman praktekin, kepalanya di atas bantal, bandingkan dengan tidur tanpa bantal, pasti nafasnya lebih lega kalo kita tidur tanpa bantal :D
Hal sepele yang berimbas fatal, bahkan bisa sampai mengakibatkan kematian hih. lebih baik, bantal diposisikan di bawah perut korban, sehingga kepalanya bisa agak mendongak, jadi nafasnya bisa lebih lancar.
Yang kedua,
Terhadap korban yang belum 100% sadar, sebaiknya jangan langsung diberi minum.
Nah satu lagi hal sepele yang seriiing kami lakukan. Pada saat korban pingsan dan sudah berhasil kami sadarkan, dengan sangat ramah, kami langsung menawari "mau minum dek mbak mas?" dan dengan buru-buru, kadang kami langsung menyodorkan minum ke mulut korban, padahal hal tersebut adalah kesalahan fataaal.
Jadi begini, organ-organ di dalam tubuh kita ternyata saling mempengaruhi satu sama lain. Saat tubuh belum 100% sadar, terkadang lambung juga belum sepenuhnya mampu mengolah makanan atau minuman yang masuk ke lambung. Dan akibatnya, saat ada makanan masuk dalam kondisi lambung belum siap menerima, lambung akan memberikan semacam kejutan kepada jantung kita. Coba cek posisi jantug dan lambung, sejajar bukan? Nah jantung yang diberi kejutan tadi, bisa jadi langsung berhenti berdetak sebagai respon terhadap kejutan tersebut. Dan kalian tahu apa yang terjadi jika jantung kita berhenti berdetak? THE END. Yah lagi-lagi, sepele tapi fatal ruar biasa.
Berarti kita ngga boleh nawarin minum? Ya boleeeh, tapi pastikan dulu korban dalam keadaan 100% sadar. Kita bisa mengecek korban tersebut sudah dalam keadaan seratus persen sadar melalui cek respon tentunya. Coba tanyakan kepada si korban mengenai identitasnya, nama atau alamat rumah, jika korban bisa menjawab maka ada kemungkinan korban tersebut sudah sadar 100%. Dan teman-teman, perlu selalu kita ingat, biasakan korban untuk memegang sendiri gelas atau botol minumnya saat ia hendak minum sesaat setelah sadar. Hal tersebut perlu dilakukan karena dengan memegang sendiri botol minumnya, korban dianggap sadar 100% dan minum dengan kehendaknya sendiri alias tanpa paksaan.
Langsung dah setelah kakak alumni menjelaskan semuanya secara mendetail, kami, ehh aku, merasa sangaaat berdosa. Betapa bodohnya. Tapi Alhamdulillah, starting now, I'll never do it again! Berjuta terimakasih untuk kakak-kakak alumni. Ditunggu sharing berikutnya hehehe.
So guys, semoga bermanfaat postingan alinea kali ini. Maaf banyak ceritanya hihi.
Tetap semangat ya teman-teman relawan dimanapun kalian berada.
Terus terus terus dan teruuus update ilmu-ilmu kedaruratan medis, nggak perlu yang berat-berat, yang ringan-ringan saja kadang kita belum tahu, hehe.
SIAMO!!!
Comments
Post a Comment