Second Home

Halo readers :D

Apa kabar hari ini? Semoga sehat selalu yaa amiiin.

Kelamaan mangkir dari blog bikin jari-jari tangan saya agak canggung, hihihihiperbola.

Hari ini sudah memasuki libur semester 3 guys. Tau apa artinya? Yeah, libur panjang dan pulang kampung :")

Tapi kenyataan memang kerap kali kontradiksi dengan harapan. Aku masih harus menua di Bumi perantauan tercinta karena tugas negara yang masih harus aku tunaikan.

Sedih ??

Engga doooong, hehe :D

Alhamdulillah aku sangat menikmati hidup menua di sini. #bahasanya aduh banget ya -_-

I love to be here.

Terlepas dari kenyataan aku harus LDR-an sama keluarga di Solo, harus boros mikirin besuk mau makan apa, harus hidup super duper irit dan kadang nyerempet ke pelit, harus sering ngerepotin bapak ibuk :" , harus bertahan dengan ibu kos yang sangat labil dan kenyataan bahwa apa-apa harus aku lakuin sendiri. Tapi ngga tau kenapa aku suka hidup di sini.

Ya, semua kesukaan itu ngga mungkin tanpa alasan. Semua bisa dilogika, kenapa aku bisa betaah banget di sini. Dan salah satu faktor penyebabnya adalaaaah ...

Yap bisa ketebak ya. I'm not totally alone guys :")

Ada teman-teman seperjuangan yang bener-bener care sama aku, yang bener-bener tak care-in, yang sudah seperti keluarga sendiri. Huff menghela nafas Mereka lah keluarga kedua.

Awalnya cuma teman biasa, tapi lama-lama terbentuklah kebiasaan untuk saling ngajak makan, saling mengingatkan jemuran, saling tanya tugas, saling kepo masalah masing-masing, saling minjem duit, dan saling-saling yang lain. Bukan perkara mudah untuk bisa menumbuhkan kecocokan masing-masing individu. Bayangkan saja dalam satu atap kos-kosan, dihuni manusia dari suku dan ras yang beda-beda.

Sebagai sample nih, di kos-an aku, ada mbak ber alias citra yang datang nun jauh dari cilacap, logat bahasanya ngapak dan sangat apa adanya, kalo ngomong suka blak-blakan dan itulah yang bikin dia jadi penghuni paling lucu. Ada juga mbak ria, asli Bekasi yang ternyata dulunya pernah sekolah di Solo, jadi logat bahasanya agak nyampur antara logat orang sana #tunjukJakarta dan orang solo kaya aku nih, wkwk. Terus ada Lisa sama Bekti alias Iis. Nah mereka berdua sama-sama dari Kudus, logat bahasanya khas Kudus banget dah pokoknya, ada imbuhan -nem untuk setiap kata yang merujuk pada kepemilikan, wkwk.

Satu atap dengan karakter yang berbeda-beda. Seru banget dah pokoknya :D apalagi kalo pas makan bareng, bah bisa rame bingit dah itu kos-an. Wkwk.

Tapi berkat adanya toleransi, saling mengerti dan penyesuaian besar-besaran, kami menjalani kehidupan di kos-an dengan sangat solid. Alhamdulillah.

Ada juga teman-teman kampus dan juga teman-teman KSR yang sudah menjelma menjadi keluarga. Yeah, bagiku, semua seperti keluarga. Sehari aja ngga ngapelin temen-temen KSR, kangennya ngga ketulungan. Meskipun ngga semua teman punya watak yang seratus persen cocok, tapi mereka sangat care. Love you full dah teman-temaaaan :")

Alasan lain yang bikin aku betah adalah suasananya. Di sini atmosfer kuliahnya kerasa banget guys. Secara lah, jarak kos-an sama kampus cuma berapa langkah doang. Karena atmosfer kuliahnya amat sangat kuat, alhasil semangatku buat lembur tugas, buat tetep on, buat naikin ip, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkuliahan tetap terjaga. Alhamdulillah :)

Tapi memang tak bisa dipungkiri, kerinduan itu kerap muncul.

Kangen ibu bapak, anggi, mbahe, kangen makan masakan rumah, kangen kasur dan kangen teman-teman di Solo :"

Sebetah-betahnya aku di sini, tetap rumah-lah yang akan menjadi tujuan akhirku. Sebanyak apapun aku menemukan keluarga kedua, ketiga, keempat, tetap bapak ibu anggi dan keluargaku-lah yang akan menjadi tempatku bermuara.

Jika ditanya kenapa harus jauh-jauh menuntut ilmu sampai Tembalang, padahal di Solo juga ada, jawabannya jelas, bukan hanya ilmu perkuliahan yang aku cari, tapi lebih dari sekedar itu. Ilmu kehidupan, survive di kota orang dan ilmu yang tak mungkin bisa aku dapatkan kalau hanya berkutat di kota kelahiran. Keberanian untuk melangkah jauh dari rumah datang dari rumah itu sendiri. Aku berani pergi jauh karena ketika jatuh, ketika gagal, aku masih punya rumah untuk tempat ku kembali. pun sama halnya ketika aku berhasil kelak, aku punya rumah sebagai tempat untuk menuangkan semua keberhasilan itu. 

Dan guys, rumah yang saya maksud di sini bukan sekedar bangunannya tapi juga penghuninya. Keluarga.

Jangan takut melangkah. Jangan takut keluar dari zona aman. Sukses tidaknya kamu, bergantung pada siapa kamu bukan di mana kamu. Jangan takut kehilangan teman. Jangan takut. 

Siapa tau, di luar sana ada kehidupan yang lebih baik.

Optimis !

Terimakasih Semarang. Terimakasih Solo. 

Terimaksih readers. hehe : )

Alinea