Percakapan Ubin Masjid, Adem

- Friendship is a voluntary bonding -

couldn't agree more

Tidak bisa dipungkiri, semakin dewasa lingkaran pertemanan kita akan mengecil. Kehidupan berjalan, tanggung jawab bertambah seiring dengan pertambahan usia. Yasudahlah, keniscayaan yang barangkali akan kualami nanti, semoga.

Namun, lagi-lagi Allah amat baik. Secara raga memang aku jauh tak terkira, secara usia juga sudah banyak teman-temanku yang mentas dari dunia single-lillah, namun takjub aku dibuatnya, Allah baik, memberikan obat pelipur lara dalam wujud hubungan pertemanan antar manusia.

Sempat bingung, pertemanan yang saat ini terjalin bukan pertemanan yang dulu kugaungkan saat masih duduk di bangku sekolah. Tidak bisa dipungkiri, wiwiting tresno jalaran seko kulino. Aku pernah punya teman dekat karena kami satu kantor, namun ketika temanku mutasi, hubungan kami juga seolah bergeser dari level ultimate menjadi level standard. Ya gakpapa juga sih, hehe. Akhirnya Allah tunjukkan kualitas hubungan kami. Selanjutnya adalah menerima, ya memang tidak semua hubungan dengan manusia harus bertahan lama. Asal kami tetap menjalin silaturahmi yang baik, bukan menjadi masalah.

Lantas, di sisi lain, kualitas pertemananku dengan beberapa orang seolah sulit sekali dinalar. Kami berjauhan, berkomunikasi secara alakadar, namun ketika ada beban berat yang menimpa, entah kenapa aku selalu berlari ke arah mereka dan hebatnya, Allah Sang penggerak hati telah menggerakkan hati mereka hingga akhirnya mendengarkan keluh kesahku dengan paripurna. Lewat masalah yang kuhadapi, Allah menunjukkan kualitas hubungan pertemanan kami. MashaAllah.

Beberapa kali aku mengabadikan percakapan telepon jarak jauh antara aku dengan teman-temanku. Kupahat dalam inti sanubari, hingga akhirnya menjelma menjadi pengingat yang menguatkan di saat sendiri.

"Allah lagi nitip rejeki orang tuamu lewat kamu, lin." Aku terjerembab di titik ini. Ditampar oleh kalimat yang sejatinya sangat halus, namun berhasil menyusup ke level kesadaran. Apalah aku yang mengira digdaya dan sangat berjasa, padahal hanyalah perantara. Sadar seketika.

"Kemarin sebenernya mau aku tawarin juga mau minjem buat beli tiket gak." Salah satu pesan teks dari teman yang memang tidak terbiasa menunjukkan ekspresinya melalui pesan whatssapp. Kalimat tersebut terlontar setelah ia menjadi perpanjangan tangan Allah untuk pemecahan masalah yang kala itu sedang kuhadapi. Bukannya membatasi diri, ia malah menawarkan lebih banyak lagi. Allah, sungguh baik ciptaanMu.

"Aline kalo ada apa-apa jangan sungkan cerita." Klise, namuan ternyata tak pernah ada niat bercanda dalam kalimatnya. She is my only one call away, till now. Tidak pernah berniat membandingkan nasib kami masing-masing, semua cerita mengalir apa adanya.

"Ngga papa kalau pilihanmu beda. Landasan kita memilih bukan cuma sebatas teori baik dan buruk tapi ada cerita yang membangun emosi ketika kita memilih sesuatu. Gakpapa lin." (kurang lebih begitu sih hehe). Temanku mencoba mengusir perasaan bersalahku atas segala upaya yang kubangun namun kadang terasa sia-sia. Strong words, but you may not related.

"Ternyata 'mendengar' itu susah lho." Elaborasi yang kami dapatkan setelah cerita kehidupan masing-masing kami. Diikuti dengan perasaan syukur yang tidak terbendung atas Maha Baiknya Allah menghadirkan pertemanan ini.

"Aline, kamu harus punya temen." Pesannya saat bahasan mental health mencuat ke obrolan kami. Uniknya, dia berpesan padaku setelah sesi curhatnya sendiri, hihi, sweet. Yang berhasil kutangkap adalah, dia mengingatku bahkan ketika kehidupan di sekitarnya tidak berputar pada diriku.

"Lin, jadikan ini momen bahagia. Kamu pasti cantik kalo bahagia." Another gentle reminder from her hahaha. Aku tidak pernah malu mengakui betapa aku sangat tidak percaya diri dengan penampilanku, esp with a friend like her. Itulah kenapa sekarang sudah jarang sekali muncul hasrat ingin difoto, atau posting foto sendiri yang kelihatan parasnya hahaha. Namun temenku bilang, aku harus bahagia. Karena itu adalah intinya.

Tak bisa dipungkiri waktu kita sama, namun energi dan prioritas ynag kita miliki tidak akan pernah sama. Allah hadirkan simbiosis pertemanan mungkin sebagai hadiah bagi jiwa-jiwa yang lelah akan masalah yang dipendam sendiri. Allah hadirkan pertemanan juga sebagai pengingat bahwa segala sesuatu hanyalah titipan, tidak untuk dimiliki selamanya. Welas asih dan telinga yang siap mendengar menjadi pelipur lara bagi ia yang tak tau harus berbuat apa untuk dirinya sendiri.

Aku pernah berada di situasi yang sangat sulit, sampai tak terbendung rasanya kesedihan sehari-hari. Kecewa akan segelintir ulah manusia, namun Allah hadirkan pertemanan ini sebagai bukti Ia tak pernah meninggalkan umatNya seorang diri. Aku beruntung tentu saja. Aku bersyukur dan juga berdoa agar kita senantiasa di kelilingi oleh orang-orang yang baik. Juga doa yang tak lupa kugaungkan setiap harinya, adalah agar aku dimampukan menjadi perantara Allah untuk memberikan kebaikan bagi teman-temanku yang sudah sangat baik. Semua kebaikan bersumber dari Allah.

Meskipun jauh, meskipun jarang berkirim kabar, meskipun prioritas kita sudah tak lagi memberi ruang untuk bercengkerama, setidaknya sebut selalu teman-teman kita dalam doa. Agar tetap terjalin pertemanan walau tak ada sua, walau tak ada kabar berita.

Maumere, 04 November 2022.

Comments