Insight : Sebelum Membeli Rumah Pertamamu

 Home is where the heart is.

Rumah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia setelah sandang dan pangan. Well, dewasa ini semakin memahami hakikat kebutuhan pokok, yang tentu saja tanpanya akan membuat kita kerepotan. Selain itu memahami pula bahwa sejatinya segala sesuatu terkait kebutuhan pokok dapat dipenuhi tanpa harus memiliki objek seutuhnya. Nah, terkadang disitulah letak masalahnya. 

Rumah yang selama ini saya tinggali cukup disebut sebagai komponen kebutuhan pokok yang sangat primer, hehe. Cukup untuk berteduh di kala panas dan hujan. Cukup untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang membutuhkan privasi, seperti mandi, tidur dan bersantai sambil menonton televisi. Cukup, menjadi kata yang sangat mewakili.

Dulu tak pernah terpikirkan ternyata memiliki rumah butuh effort gedhe hehehe. Setelah beranjak dewasa (serius udah dewasa?) dan berkutat dalam circle pergaulan yang menjunjung tinggi pencapaian, memiliki rumah menjadi lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan pokok. Tentu saja jika orientasinya hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok, rumah seperti rumah orang tua saya juga sudah cukup mewakili, atau rumah yang disewa untuk hunian sementara, cukup mewakili tentu saja. Entah mengapa rasanya kebutuhan untuk memiliki hunian bergeser dari kebutuhan primer menjadi kebutuhan tersier, engap sekali untuk dipenuhi.

Ketakutan akan kurangnya sumber daya untuk memiliki hunian tercermin dari historis You Tube saya, yang ternyata menampilkan pencarian tentang "Tips Menabung untuk Membeli Rumah", "Membeli Hunian Sebelum Usia Tiga Puluh Tahun, Mungkinkah?", "Kupas Tuntas Kredit Kepemilikan Rumah" dan lain sebagainya, hehe lucu juga ya. saya geli sendiri ketika mengingatnya. Sebab sudah banyak search sana-sini namun tak kunjung memulai langkah realisasi.

Hingga akhirnya saya mendapati webinar keren yang diadakan oleh Career Class tentang kiat-kiat memiliki hunian. Awalnya, yang membuat saya tertarik adalah dari pemilihan judul, Rumah dalam Rumah Tangga, hehe keren gak tuh. Iya paham, saya belum berumah tangga, ini sebagai ikhtiar persiapan memiliki hunian sekaligus berumah tangga hehe. Saya akan mencoba menuliskan insight yang saya dapat dari webinar yang saya ikuti setahun yang lalu, semoga Allah memampukan.

Our Dilemma(s)

Berangkat dari isu our dilemma(s) yang kerap terjadi ketika kita akan mempersiapkan hunian, yaitu (1) Membeli rumah hanya "satu kali" karena termasuk aset tetap yang membutuhkan nilai investasi yang besar dan (2) Nyatanya, kita harus bekerja keras sebelum dan sesudah membeli rumah karena seperti aset tetap lainnya, rumah juga butuh biaya perawatan serta akan terdepresiasi sepanjang tahun pemakaian. Dilema ini nyata adanya namun kita tak boleh terus menerus terpaku disana.

Asset or Expense ?

Lantas ada hal lain yang lebih menarik, bisa saja ketika kita memutuskan untuk membeli hunian dengan sistem kredit seperti menggunakan alternatif Kredit Pemilikan Rumah (KPR) rumah yang kita beli bisa menjadi beban bukan aset. Tentu saja hal tersebut tidak bisa dipukul rata alias menyimpulkan ketika kita memilih KPR, otomatis rumah yang kita beli adalah beban. Hal tersebut terjadi apabila kita tidak menyesuaikan kemampuan finansial kita dengan cicilan KPR yang kita pilih. Ingat ya, setelah kepemilikan rumah pun akan muncul banyak biaya. Renungkan dan tanyakan kepada diri sebelum memutuskan membeli rumah.

Research Housing for Millennial

Nah di bagian ini kami diajak menggali errr lebih tepatnya melihat realita yang ada hehe, berapa sih budget yang diperlukan untuk memiliki hunian hingga benar-benar siap huni. Tentu saja tidak hanya sekedar harga tanah per meter persegi namun juga biaya legal dan administrasi yang tersembunyi di dalamnya. Waktu itu kami disuguhkan sample harga hunian di Tangerang, Banten, yang harganya (bagi saya) cukup membuat selera makan hilang. Ah, tapi ingat ya jangan berputus asa dari rahmat Allah. Melakukan riset bukan untuk membuat diri kita menjadi minder namun malah sebagai lecutan semangat dan gambaran riil agar ikhtiar kita senantiasa terarah. Oh ya, cara melakukan research mandiri memang gampang-gampang susah. Terkait harga, sangat bergantung pada lokasi sehingga tidak ada pakem atau standar yang pasti. Apabila kita ingin membangun sendiri rumah kita, disarankan untuk memakai jasa arsitek, agar lebih terarah dan hasilnya maksimal. Untuk panduan melihat biaya rumah dengan jasa arsitek kita dapat mempelajari Buku Merah IAI. Wah, benar memang membeli rumah itu seperti mencari jodoh. Fix, no debate! 

Personal Choice

Ada banyak alternatif dalam memiliki rumah tinggal dan yang sering dijadikan perdebatan serta perundingan tiada ujung adalah lebih baik membeli atau menyewa? Tentu saja tidak ada jawaban benar dan salah untuk pertanyaan tersebut. Semua kembali pada pilihan masing-masing individu. Supaya tidak terlampau bingung, hal-hal berikut ini bisa dijadikan pertimbangan :
  • Focus on your career first. Kalau memulai bisnis, ya mulai saja dulu serta pastikan sudah tersistem dan secure dengan baik.
  • Baru mencari rumah yang cocok.
  • Itupun, minimal 2-3 tahun minimal sudah tinggal di tempat tersebut untuk merasakan tinggal dan hidup disana. Sebab harus yakin dengan tetangga dan masyarakat sekitar.
  • Lakukan riset mendalam terkait hunian yang akan ditinggali.
  • Sesuaikan dengan career / business plan, apakah yakin akan tinggal disitu untuk tahun-tahun mendatang.
  • Do your own research dan tetap semangat.
Nah, sebagai tips tambahan, kita bisa menggunakan Rent vs Buy Calculator yang diinisiasi oleh New York Times (bisa cari di google ya). Namun perlu dipersiapkan dahulu rincian terkait harga rumah dan biaya-biaya lain untuk dapat menentukan hasil rent vs buy ini. Kira-kira seperti ini tampilan hasilnya,

Rent vs Buy Calculator by NYT


Home for Nomad Worker

Topik yang satu ini memang bukan topik ideal, sebab tidak semua pekerjaan menuntut mutasi dan rotasi di kota yang berbeda setiap jangka waktu tertentu. Namun, isu ini erat kaitannya dengan saya pribadi. Memang menjadi pekerja yang terikat ikatan dinas membuat tidak leluasa dalam kepemilikan hunian. Berikut beberapa tips bagi pekerja nomaden seperti saya ini dalam kepemilikan hunian :
  • Pastikan rumah sebagai aset bukan beban.
  • Pastikan cash flow mampu mencukupi dapur yang terpisah (bagi yang menjalani Long Distance Marriage).
  • Pentingnya memiliki kas saat ini.
  • Hitung perbandingan antara menyewa dan membeli, sebab menyewa pun tetap ada cost sehingga tidak boleh buru-buru menyimpulkan.
  • Alokasikan uang untuk investasi saja apabila belum tetap karirnya.

Hidden Cost Rumah

Terakhir, kami diberi beberapa gambaran terkait hidden cost yang akan ditanggung pembeli saat membeli rumah. Jangan kaget ya memang sebanyak itu hehe. Namun, perlu diketahui bahwa hidden cost ini sangat bergantung pada kebijakan tiap daerah serta sistem pembiayaan yang dipilih.
  • Biaya Bank
  • Biaya Appraisal
  • Biaya Administrasi
  • Biaya Provisi
  • Biaya Pajak
  • Biaya / beban rumah setelah ditinggali (PBB, maintenance, dll)
Dengan sudah disampaikannya beberapa fakta mengenai kepemilikan hunian, tentu langkah selanjutnya adalah mempersiapkan sumber dana. Di tahap ini, memiliki rencana keuangan menjadi hal yang penting dan harus dilakukan. Tak apa jika proses kita lebih lambat dari yang lain, asal tidak buru-buru dan setiap pilihan mampu kita pertanggung jawabkan. Tak lupa, ingin memperkenalkan pemateri dari webinar Rumah dalam Rumah Tangga yang berhasil memaparkan materi dengan sangat ciamik, yaitu Bapak Retas Amjad selaku CEO Shirvano Consulting. Semoga ilmu yang dibagikan membuka pintu keberkahan, aamiin.

Terakhir, ijinkan saya mengutip salah satu statement dari Ibu Elita (salah satu inspirator di PLN) yang saya baca di instagram story beliau,
A goal is a dream with deadline. Impian dan cita-cita kita itu bisa terwujud bukan karena "kita", itu kerja tim. Antara kita, Tuhan dan semesta. Tugas kita berjuang dan melakukan langkah-langkah kecil yang bermakna serta mengarahkan kita semakin dekat ke impian kita. Berjuang itu bukan cuma melakukan upaya fisik. Usaha batin seperti berdoa dan meminta pada Tuhan adalah bagian utama dari perjuangan.

Barakallah bu :)

Semoga suatu saat kita bisa mencapai impian itu, memiliki rumah beserta kehangatan di dalamnya.
Fighting!!!



Comments

Post a Comment