Lelah Bukan Tujuan

Lelah tentu bukan tujuan.
maka tak akan kubiarkan diriku hanya sekedar berlelah-lelah tanpa hasil apapun di genggaman.


Tidak pernah menyangka sebelumnya, bahwa ternyata dibalik kata bekerja tersimpan banyak sekali kompleksitas yang apik tersembunyi. Tentu saja, saya meraskannya setelah benar-benar diberi amanah untuk bekerja. Pengalaman adalah guru yang paling baik, nasihat lama tak pernah salah.
Sedikit cerita tentang kehidupan rutinitas pekerjaan saya di kantor, hehe. Rutinitas yang saya ulangi hampir setiap hari, berhenti hanya di hari sabtu dan minggu saja. Pekerjaan yang bagi saya aduh sudah hafal di luar kepala tapi sekali terlena, bisa bahaya. Apa sih lin haha.
Yap, saat ini saya menjabat sebagai junior analyst akuntansi dan keuangan di salah satu perusahan listrik milik negara. Saya diberi amanah khususon untuk mengeksekusi pekerjaan-pekerjaan keuangan saja, untuk akuntansi sudah diamanahkan ke rekan kerja saya yang lain.
Keuangan pasti bawa duit ya? Iya memang bawa duit, tapi hanya sebatas kas kecil yang limit tiap minggunya sudah ditentukan. I should manage all the not too big cash flow every single day. Repot gak sih? ya awalnya repot, bingung, takut, sempet ilang juga malah, haha, but. I believe if i work honestly, every hardship should pass. Meski sebenernya jadi jujur aja gak cukup kalau berurusan sama uang. Harus ditambah dengan ketegasan, waspada, hati-hati dan tidak teledor. Sangat jauh dari perawakan diri saya ini hiks. 

Tapi karena tuntutan pekerjaan yang mewajibkan saya untuk lebih aware dengan kondisi lingkungan dan make sure the cash safe, saya harus berbenah, bukan cuma demi perusahaan namun juga demi diri saya sendiri. Dibalik tanggung jawab hari ini, ada banyak pembelajaran untuk tanggung jawab esok hari. Cuma bawa duit aja ni? Tentu tidak. Saya digaji bukan hanya untuk melakukan satu pekerjaan. Selain bawa duit, saya juga mengeksekusi tagihan rekanan perusahaan. Yes, my company collaborates with the others to make the goals come true haha bahasa aing dah. 

Sebenernya poin yang mau saya ceritakan ada di pekerjaan saya yang satu ini. Mengeksekusi tagihan rekanan, jalan yang harus dilalui tak semulus paha sapi. Ada banyak tabir cobaan yang harus dilalui. Saya jungkir balik dibuatnya. Karena perusahaan bergerak di bidang pemenuhan hajat hidup orang banyak, maka jadilah adminstrasi disini super duper berbelit dan ada aturan bakunya. Sebab sumber dana yang digunakan untuk pembayaran tagihan ini dan itu sebagian dari sumbangsih negara. That's why we really concern in our standard operational procedure.

Satu hal lagi yang membuat pekerjaan ini menjadi sangat kompleks, saya tak mungkin bekerja sendirian. Seluk beluk muculnya tagihan rekanan, tentu saja melibatkan banyak pihak. Sekali lagi ya, banyak pihak. Alurnya menjadi semakin rumit sahaja.

Ketika ada satu berkas yang kurang lengkap, harus dibenahi sampai benar. Itulah kadang penyebab timbulnya kerumitan yang tiada berujung. Kami sama-sama manusia biasa yang bisa salah dan khilaf. Namun seharusnya, hal tersebut tak bisa dijadikan alasan yang bisa diputer terus-terusan macam kaset rusak. Semua resiko bisa dimitigasi alias diperkirakan pencegahannya agar tidak terjadi.

Di sisi lain, ada juga fenomena yang membuat saya merasa pekerjaan ini sangat sulit untuk diselesaikan. Datengnya gerudukan woy, sabar dong satu-satu. Bayangin aja, saya yang tangannya cuma dua, astaghfirullah lin bersyukur, dihadapkan dengan setumpuk berkas tagihan di atas meja. Kadang saya jejerin aja biar nggak numpuk, tapi tetep aja tidak sedap dirasa. Saya paling gak bisa melihat benda-benda kasat mata yang terbengkalai. Gemas.

Sempet mikir, ini rekan kerja saya ngerjain apa gimana ya. Tega sekali mereka ngasih berkas tagihan kayak jamaah shalat tarawih di hari pertama puasa, banyak bejibun bejubel. Tidak kah mereka mengerti segala yang menumpuk di atas meja pun ikut menumpuk di inti sanubari saya. Kepingin marah tapi buat apa toh semua tetap harus dikerjakan, entah datangnya sendiri atau gerudukan, semua berkas tagihan harus dieksekusi.

Hingga suatu hari, saya mendapati ada satu tagihan yang tersendat sistem SAP-nya. Tau gak SAP? Googling dulu ya. Intinya, SAP itu sistem yang perusahaan saya pakai untuk membantu proses pencatatan yang muaranya tentu saja sebuah ikhtisar akun-akun. Back to the topic, karena tersendat, akhirnya saya putuskan untuk mencari ilmu ke rekan kerja saya yang notabenenya adalah pihak pertama yang menginput data di SAP terkait tagihan tersebut.

Saya diberi tutorial penginputan yang ternyata sangat rumit. Bagi saya sih rumit. Banyak step yang harus dilalui, ada tahapan approval atasan dan kalau salah harus ulang lagi dari awal. Hal tersebut bikin saya sadar bahwa nyatanya yang mengalami kesulitan di pekerjaan ini bukan cuma saya. Terlalu lebay memang kalau menganggap saya lah yang porsi kerjanya paling gila-gilaan. Tapi apa daya ternyata daya juang yang saya miliki hanya sebatas seujung kuku jari. Merasa berkontribusi banyak padahal itu memang kewajiban yang harus ditunaikan. Merasa diri paling nelangsa, padahal apalah arti kesulitan yang ditimpakan ini jika dibanding dengan kesulitan nabi terdahulu.

Jangan kalah hanya karena merasa lelah.
Jangan karena merasa lelah, kamu bebas meninggikan kualitas pekerjaanmu dan mengerdilkan pekerjaan selainnya.
Tak ada satu pun manusia yang tujuan bekerjanya hanya untuk mendapat kelelahan.
Lelah bukan tujuan, jadi jangan biarkan dirimu hanya mendapat rasa lelah selepas meninggalkan meja kerja.

Harus ada yang bisa kamu bawa pulang.

You deserve more than this.
Dear friends, 
Happy Working. 

Comments

  1. Aline keren �� suka tata bahasanya, lanjut menulis terus lin
    Proud of you

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih pembaca :)
      InshaAllah akan tetap menulis

      Delete

Post a Comment