Review Buku Antologi Tulisan : TSUNAMI! TSUNAMI!

"Ingatan bisa melekat dalam tubuh, pikiran, perasaan, foto-foto, rekaman suara, cerita-cerita verbal, teks-teks dan catatan, baik yang sifatnya personal maupun komunal, pasif maupun dinamis."
Tsunami! Tsunami!
Antologi Tulisan

Pertemuanku dengan Mba Qikan, menjadi awal perkenalanku dengan buku ini. Mba Qikan itu siapa? Dia salah satu putri daerah Maumere yang memiliki kecintaan besar pada seni dan budaya, begitu kesanku padanya. Apakah kami dekat? Tidak terlalu, hanya kenal saja melalui pertemuan di Bukit Tanjung Kajuwulu setahun silam. Kami bertukar kontak, saling melihat aktivitas yang kami bagi di instagram. Dari situlah aku tahu kalau mba Qikan ini penggemar berat Real Madrid dan menyukai seni budaya. Dia aktif di beberpa komunitas (setahu ku ya), salah satunya Komuitas Huruf Kecil. Komunitas yang pernah sekali aku bergabung menjadi salah satu peserta. Dari situ lah akhirnya aku tahu ada event tahunan di Maumere yang diprakarsai oleh Komunitas Kahe, judul event-nya Maumerelogia, tahun 2019 menjadi tahun ketiga event tersebut.

Kebetulan, Maumerelogia III mengangkat tema tentang musibah tsunami yang pernah menimpa Pulau Flores. Di kesempatan yang sama, Komunitas Kahe menerbitkan sebuah buku bertajuk Antologi Tulisan dengan judul TSUNAMI! TSUNAMI! adalah buku terbitan komunitas pertama yang aku beli. Antologi Tulisan berbeda dengan novel, ada banyak elemen di dalam buku ini, antara lain yaitu esai, cerpen dan puisi. Semua karya dalam buku Tsunami! Tsunami! bisa ditebak pasti mengambil tema tentang tsunami. Dalam kesempatan posting kali ini, aku mencoba memberikan sudut pandangku sebagia pembaca, yang sangat awam, mengenai buku ini. Yah karena buku ini akan segera berpindah ke tangan lain hehe.

Kalian tau tidak, Maumere memiliki sejarah kebencanaan yang maha dahsyat? Tepatnya pada 12 Desember 1992 pukul 13.29 WITA gempa berkekuatan 7,8 SR mengguncang Maumere dan sekitarnya. Tak cukup itu, gelombang tsunami, yang kemudian didaulat sebagai salah satu dari sepuluh gelombang tsunami terdahsyat di dunia, menerjang Maumere dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Jumlah korban jiwa tak usah ditanya lagi, pasti banyak sekali. Teman-teman bisa googling sendiri ya lebih tepatnya, di buku Tsunami! Tsunami! dibahsa juga mengenai korban jiwa yang berjatuhan, lokasi yang terkena dampa paling banyak dan bagaimana cerita korban mengenai kehilangan sanak saudara dan harta benda secara personal. Iya, di buku ini benar-benar melibatkan korban yang menjadi saksi hidup dahsyatnya gelombang tsunami kala itu. Dikemas secara apik dengan pilihan kata yang terkadang bermajas, cerita tentang kebencaan dapat menjadi sangat emosional. Berbeda dengan saat kita membaca berita di koran. 

Di rubrik Esai, tentu saja memuat cerita nonfiksi dengan berbagai sumber terpercaya. Salah satu yang sangat memainkan emosiku saat membacaya adalah esai berjudul Tsunami dan Cerita Tentang Kehilangan karya Eka Putra Nggalu. Oya, buku ini disusun oleh beberapa jenis karya dari pengarang yang berbeda-beda, sehingga masing-masing judul memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda pula. Latar yang diceritakan, aku pernah setidaknya lewat disana. Membayangkan ternyata dulu tempat tersebut pernah diamuk gelombang, betapa kuasa Allah Swt. sangat tidak terbendung dan manusia hanyalah makhluk lemah yang kapan saja bisa berpulang. Ada juga esai yang meceritakan tentang pembangunan pasca bencana yang terkadang mengikis kebudayaan Maumere itu sendiri. Nyatanya, relokasi manusia tak hanya sebatas memindahkan raga, namun juga seluruh kenangan terhadap tempat tinggal yang pernah dihuni. 

Di rubrik Cerpen, mulai ada unsur cerita fiksi. Beberapa ungkapan menggunakan bahasa daerah Maumere yang sekarang sudah tidak terlalu asing di telingaku hehehehe. Cerpen yang paling aku suka berjudul Sebelum Mamat Kasip Meninggal karya Evan De Porres. Diceritakan seorang bernama Mamat Kasip yang memiliki istri lima, namun menjadi pelopor ekonomi berkeadilan di lingkungannya. Mungkin bagi teman-teman yang belum pernah ke Maumere, akan banyak hal-hal asing yang membuat roaming saat membaca buku ini hehehe. Tak apa ya, semoga pesan yang ingin disampaikan bisa dicerna dengan baik. Meskipun cerita fiksi, masing-masing punya pesan kebaikan yang ingin disampaikan penulisnya.

Rubrik Puisi menjadi rubrik yang memiliki judul dan kontributor paling banyak. Sejujurnya, aku kurang suka puisi, karena kadang majasnya gak bisa kucerna dengan baik di otakku hehe. Tapi ada satu judul yang eye-catching, yaitu Di Antara Suara Adzan karya Marianus Nuwa. Terlepas dari pengarangnya muslim atau tidak, tapi puisi ini menceritakan tentang hilangnya manusia-manusia yang biasa berdoa, kurasa seperti itu, sudah kubilang aku tak pandai berpuisi. 

Buku Tsunami! Tsunami! cukup mungil dan bisa dengan mudah masuk ke tas jinjing. Harga yang dibandrol kala itu lima puluh lima ribu Rupiah, cukup murah untuk buku terbitan Komunitas independen. Mungkin tak banyak yang bisa kuceritakan, aku belum pandai mereview buku hehehe. Sepertinya Komunitas Kahe masih membuka kesempatan untuk teman-teman yang tertarik membeli buku Tsunami! Tsunami!. Tapi bisa juga pinjam buku punyaku ini, isisnya tetap sama.

Baiklah, sekian review singkat ini. Tabik untuk Komunitas Kahe, semangArt!

Alinea




Comments