Menapaki Tiga Ratus Enam Puluh Lima Hari Lewat Sedikit

Sebenarnya sudah terlambat untuk menulis ini itu mengenai perayaan satu tahun pengabdian. Tunggu dulu lin, pengabdian katamu? yakin semua yang kamu lakukan ini adalah sebuah pengabdian? atau cuma sebatas pencitraan dan kedok dari sebuah kegiatan penggugur kewajiban? Coba tengok lagi, lin. Siapa tau kamu salah memilih pilihan kata :)

Maumere dan 1 September semakin lekat saja di ingatan. Start di tanggal 1 September 2017 dan akhirnya, atas seijinNya, bisa melewati 1 September 2018. 365 hari kalender, 1 tahun masa kerja sudah berhasil dilewati. Dilewati? semua juga bsa kalau hanya sekedar melewati dan menghabiskan jatah kerja satu tahun. Mari jadi manusia super lin, yang tak hanya makan ketika disuguhkan, yang tak hanya bergerak ketika diperintah.

Aku mengajakmu, tak perlu se-super definisi manusia lain. Cukup jadi versi yang lebih baik dari Aline yang dulu. Bukan main-main amanahmu, namun sembarangan saja kelakuanmu.

Kritik untuk diriku sendiri. Sebab di detik ini, banyak sekali kekecewaanku terhadap diriku sendiri.

Mari kuajak flashback menuju satu tahun penuh arti ini.

Beberapa hal masih menjadi Pekerjaan Rumah yang entah kapan bisa kuselesaikan. Aku terlalu banyak membandingkan diriku, pencapaianku dengan pencapaaian orang lain, rekan kerjaku. Segala kubanding-bandingkan. Memang ada hal-hal yang bisa dikuantitaskan, supaya bisa mengukur sejauh mana pencapaian, dan aku kalah. Kalau sudah kalah, seperti kejatuhan meteor (padahal belum pernah, hihihi) berat dan terpuruk. Susah bangkit, terlalu fokus pada kelemahan bukan bagaimana cara memperbaiki kerusakan. 

Keteledoran. Entah kapan aku bisa lulus dari mata kuliah ini hehehe. Banyak hal buruk menimpa gara-gara aku teledor. Efeknya gak cuma di aku dong, menyebar macam virus KPop, banyak yang kerepotan gara-gara aku teledor. Ya Allah kalo di akumulasi, mungkin dosaku sudah banyak. Aku harus gimana? Mungkin jurus jitu mengatasi keteledoran adalah banyak-banyak belajar dari keteledoran itu sendiri. Bikin note biar ngga lupa, bikin space khusus buat dokumen-dokumen, lebih hati-hati lagi dan bobok yang cukup biar fokus. Banyak-banyaklah belajar dari rekan kerja sekitar yangg lincahnya macam pesawat jet wuuusss, beres semua kerjaan, nggak kayak kamu.

Ntar dulu ah, yah ketunda. Begitulah aku. Menunda. Sek ya tak inget-inget dulu, semenjak bekerja mungkin dosa paling banyak timbul adalah dosa produktivitas. Sering sekali aku menunda pekerjaan ini itu, ujung-ujungnya kelabakan sendiri. I don't have priority. Aku nggak bisa, maaf ralat, belum bisa membuat sekala iya sekala prioritas. Aku belum bisa membedakan mana yang penting dan mana yang genting. Sulit, ngga tau kenapa. Kalau boleh bilang ini adalah ujian paling sulit. MANA DULU YANG MUSTI DIKERJAIN. Semuanya berasa penting di mataku. Mungkin yang bisa kulakukan adalah meminta pendapat atasan dan rekan kerjaku yang lain, atau malah meminta bantuan mereka :")
Kita bener-bener ngga bisa kerja sendiri gaes.

Penakut, Pecundang, Pesimis, Suka Cari-cari Alasan, Tidak Mau Mengakui Kesalahan.

Kenapa aku ngerasa kayak jadi bad evil semenjak bekerja. Ya Allah apa aku salah tujuan?
Jujur saja, aku masih belum bisa menemukan cara ampuh supaya aku enjoy dalam bekerja. Feel No Worry, meskipun terdengar mustahil. Tapi benar-benar aku belum bisa menikmati ini semua. Ya Rabb, bantu hambaMu ini menemukan jawaban.

Ketika aku stuck, lelah, down dan pingin udahan aja, aku cuma bisa menasehati diriku supaya mengingat lagi, bukankah ini yang selama ini kamu perjuangkan lin?
Memangnya apa yang kuperjuangkan? Pekerjaannya? BUMNnya? 

Pikiranku mungkin terlalu sempit kala itu, Tak banyak tahu mengenai resiko-resiko yang akan kuhadapi. Siap dengan sisi positifnya namun menampik segala tempaannya.

Sekarang aku belajar lagi. Aku pun tak berani menjamin jika di tempat lain apakah akan lebih baik. Karena semakin dewasa, semakin aku tak percaya ada tempat paling nyaman di muka bumi ini. Semua berisi tempaan, ujian, cobaan yang harus dilewati manusia. Hingga nikmatnya dunia terasa, kadang membuat lupa bahwa semua ini fana.

Mungkin harus ku koreksi terlebih dahulu, niat awalku dalam bekerja. Apakah benar untuk sebuah pengabdian? Apakah sebatas untuk mencukupi kebutuhan keluarga? Kenapa isisnya hanya tentang dunia? Mana yang bisa membawamu kepada keabadian di sana?

PR ku banyak, tapi ini weekend. Bagaimana jika aku tak nganu dulu?

Selamat menunda dan selamat kelabakan untuk kesekian kalinya, lin. Ingat hutangmu banyak :)

Maumere, 2 November 2018
Hari ini menerima SK kedua, penuh drama dan pembelajaran bahwa, tak boleh terlalu berharap pada manusia.
Alhamdulillah Ya Allah, nikmatMu tiada tara. Allahu Akbar.




Comments