MARAH, MENANG DAN KALAH

Seperti Kentut, Amarah pun Harus Ditahan
Ditahan, lantas diluapkan dengan cara yang benar.
Begitulah kira-kira aku menasehati diriku sendiri. Meskipun belum sepenuhnya berhasil, tapi cukup membuat marahku padam, macam listrik PLN kalo lagi Blackout.

Sebenernya apa sih yang bikin kita marah?
Ketika segala sesuatu tidak seperti yang kita inginkan.
Ketika merasa dicurangi.
Ketika merasa hidup dan orang sekitar kita itu berlaku ngga adil.
Ketika udah capek secara fisik dan mental.
Ketika diremehkan.
Ketika kecewa berat.
Ketika perasaan kita mendominasi, mengalahkan akal.

Yap! beraneka macam ragam penyebab kemarahan. Sejatinya semua perasaan-perasaan itu adalah wajar dan manusiawi. Induk ayam aja marah kok kalo anak-anaknya diganggu. Manusia juga akan melakukan hal yang sama ketika merasa ada yang tak sejalan dengan keinginannya. Namun kewajaran tidak bisa dijadikan pembenaran.

Setiap kemarahan seseorang pasti ada pemicunya. Nggak mungkin ujug-ujug marah senewen mencak-mencak ngga jelas. Pemicunya ngga bisa ditebak, sulit dihindari namun nggak mustahil juga sih kalo mau berusaha menghindar. But, hey, this is life. Life is not only 'you' inside. Ada banyak manusia dan pasti di hidup ini akan melibatkan banyak manusia. Kodrat kita sebagai makhluk sosial nggak bisa dihindari, cuy. Manusianya juga ngga cuma sejenis, ratusan, ribuan jenis sifat dan wataknya. Pemikiran si A sama si B ngga mungkin sama. Visi bisa sama, tapi misi ngga selalu sama. Perbedaan memang indah tapi kadang serem juga kalo gesekannya terlalu kuat. Paham kan gaya gesek bisa jadi energi panas, haha. 

Boleh ngga sih marah?
Marah itu ngga bisa dihindari, tapi bisa kita arahkan menjadi sesuatu yang lebih anggun. Biasanya, kalo udah berasa ngga enak di hati, aku selalu bilang sama diriku sendiri, "Aline, cantik, manis, baik, eling yo, semua ini sementara."  Perasaan-perasaan seneng sedih gundah marah semuanya sementara. Harus diarahkan, supaya dampak dari kemarahan tidak membawa bad impact untuk diri sendiri dan juga orang lain. Meskipun case-nya kita yang benar dan do'i yang salah, tapi tetap ingat selalu peribahasa KALAH JADI ABU, MENANG JADI ARANG, sama-sama merugi. Okelah bisa saja kita menang, tapi hubungan dengan rival pasti ada renggangnya, teteap aja merusak hubungan baik. 

Aku sering mengalami itu. Merasa diriku yang benar, lantas ketika ada yang memberikan opininya tentang sesuatu yang sudah kuanggap benar itu, opini kontradiksi ya, seolah hey, kamu ngeremehin aku gitu? Marah dong haha. Tapi wait, tunggu dulu, mari kita telaah bersama, coba aja, kebenaran pasti akan menang dan jangan pernah malu mengakui kesalahan. Sering aku tu ngerasa kaya begitu, apalagi semenjak kerja, berhadapan dengan dinamika manusia yang punya tanggung jawab masing-masing namun harus tetap melibatkan orang lain dalam bekerja. 

Hal penting lainnya, ngga perlu ngotot dengan ucapan, perlihatkan saja bukti jika memang merasa benar. Simple, tapi sulit :D

Musuh kita adalah diri kita sendiri. Marah adalah salah satu ujian terberat. Jika kita mampu meredamnya dan melampiaskannya dengan cara yang anggun, maka sejatinya kita menang melawan diri kita sendiri. Hadiahnya apa? Dewasa secara pemikiran dan InshaAllah tentram hidupnya.

Nasehat dari ku, untukku.
Alinea


Comments