Wanna Start All Over Again

Andai hidup seperti menulis blog, yang kesalahannya hanya sebatas typo. Memperbaikinya pun mudah, tinggal pencet tombol backspace atau delete, then rewrite.


DIA
Kehidupan yang menuntutmu bergerak namun mematikan sebagian kesukaanmu. Hah, hanya pembelaan saja kamu itu bisanya. Sudah tidak produktif menulis bukan karena tidak ada waktu, hanya saja kamu terlalu malas meluangkan waktu. Coba saja renungkan, berapa banyak waktu terbuang sia-sia hanya untuk meratapi kesedihan, meratapi kebodohan, padahal kamu tau sendiri, dengan menuls, masalahmu bisa terurai, bisa lebih jelas akarnya. Namun sekarang tak kulihat pola seperti itu lagi di hidupmu. Baiklah aku memahami, semua butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Kewajibanmu yang bertubi-tubi, yang bahkan terseok-seok langkahmu ketika mengimbangi lingkungan yang serba bergerak cepat, karakter manusia disekitarmu yang bervariasi, hingga sulit rasanya menemukan sosok yang memahami jalan berfikirmu, menuntutmu untuk bersosialisasi dengan tidak berdasarkan kecocokan, hanya sebatas menemani, menghindari predikat 'sendiri'.

Aku tau itu sulit untukmu. Tapi aku tak akan pernah lupa mengingatkanmu, bahwa sejatinya ada kebiasaan masa lampaumu yang tak buruk untuk kamu ulangi kembali. Ingat, kamu bisa sampai di titik ini, salah satunya karena your good habit


AKU
Tak bisa menuntut banyak dari diriku. Banyak permasalahan yang sebenarnya tidak terlalu besar, namun kubesar-besarkan. Entah, aku merasa seperti hilang arah. Aku tak lagi mempercayai untuk apa aku menyembah penciptaku. Jika dengan hidupku yang berjalan sebagaimana sekarang berjalan saja, aku masih bisa hidup makan dan bersedih. Lantas untuk apa aku menyembah?

Bantulah, aku butuh pengingat. Apakah aku harus ditimpakan kesulitan yang luar biasa agar aku paham makna penciptaan diriku di dunia. Jangan seperti itu, sungguh berada di sini dengan situasi seperti ini saja sudah sangat berat. Akan kuhapus kata "Lain Kali", akan kuhapus kata "Menunda". Semua kuyakini, namun tak bisa kupungkiri diriku terlalu malas. Kumohon bantulah aku berbenah. Sebab aku tau ini salah, namun sulit rasanya melangkah. Maafkan aku tak bisa diandalkan.

Tentang tulisan, kuakui lagi-lagi aku malas. Aku beranggapan semuanya akan baik, namun nyatanya tidak. Terima kasih sudah diingatkan dengan kalimat yang sangat panjang. Responku akan singkat namun tindakanku yang bergerak banyak. Terima kasih sekali lagi.

Jika tak punya teman untuk kamu ajak bicara, tak ada teman untuk kau mintai pertolongan, kamu masih punya bapak ibu dan adik-adikmu. Diatas segalanya, kamu masih punya Allah, yang takan sejengkal pun meninggalkanmu, tak pernah luput memandang setiap gerak-gerikmu, meskipun berulang kali kamu berpaling, menjauh dan tak peduli pada setiap berkah yang sudah Ia berikan. Terima kasih sudah mengingatkan, terima kasih sudah selalu ada saat buruk seperti ini.

Maumere, 12 April 2018.
Kamu dan Aku 


Comments