Dear My Future Husband ...

This post is dedicated for "Uyung" Ulfah Hidayah and my dearest future husband :D
Dear umi uyung, haduh nama samaranmu banyak nian, thanks for your request, aku jadi punya alasan untuk posting beginian hehehe. Love you, Miss you to the moon and back.






Sejujurnya bingung, sebab masih jauh dari angan mengenai dunia pernikahan. Well, targetku menikah memang masih jauh, tapi kembali lagi kan manusia hanya bisa berencana.

Dear suami, jika kelak postingan ini sampai di tanganmu, dan semoga kamu tak segan membaca, percayalah bahwa postingan ini kubuat dengan kesungguhan jiwa raga. I'm 22 but look like 12, some people said. Your wife is not a perfect person. Secara fisik aku bukanlah sosok terbaik versi manusia. Ala kadarnya dan tak bisa menjadi sosok instagramable macam gadis seusiaku lainnya. Aku payah, sangat payah, dalam hal memoles wajah, memilih pakaian dan kerudung seperti apa yang sebaiknya ku kenakan. Kuperingatkan sebelumnya :)

Tapi percayalah, Allah Maha Baik dengan memeberiku kaki tangan dan organ yang lengkap. Bisa kugunakan berjalan beriringan denganmu, bisa kugunakan untuk mencuci pakaian kotormu, bisa kugunakan untuk naik gunung, go somewhere new with you or anything else. Percayalah aku bisa belajar melakukan hal0hal seru denganmu.

Dear suami, istrimu ini tidak pandai memasak, harus minta tolong ibu untuk membuatkan sarapan, makan siang sampai makan malam. Tak pernah ada cerita mengenai Aline yang jago masak. Tapi suami, percayalah aku sedang dalam fase belajar memasak. Kompor dan peralatan masak hendak kubeli. Sebagai wujud komitmenku kepada ibu yang tak henti-hentinya mendukung setiap perubahan baik di hidupku, terima kasih ibu. Satu hal lagi, percayalah suami, aku akan sangat memperhatikan pola makanmu. Sungguh aku tak ingin melihatmu mengurus setelah kita menikah kelak. You will be my priority, trust me :)

Dear suami, aku pun tak pandai menahan hasrat untuk tidak membeli buku bacaan. Rasa cintaku terhadap tulisan bahkan melebihi rasa cintaku terhadap akuntansi dan seisinya. Tapi percayalah, membaca bukan sebuah dosa jika tujuannya untuk kebaikan. 

Dear suami, aku bukan perempuan bergelar tinggi. Tak perlulah kujelaskan lagi, aku tak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, meskipun sebenarnya aku ingin. Tapi percayalah, kulalui setiap fase belajarku dengan baik. Kuberikan kesempatan belajar untuk adik-adikku agar tak kalah hebat mereka. Percayalah, aku paham betul bahwa anak-anak yang cerdas berasal dari ibu-ibu yang cerdas. Sebab bagiku, cerdas tak hanya sebatas jago di kelas. Aku pun belajar sampai saat ini, belajar ilmu kehidupan yang penuh ujian yang tanpa pemberitahuan. 

Dear suami, aku tak menjanjikan hidupmu akan selalu bahagia denganku. Sebab aku sering disetir emosi, sebagai perempuan tentunya, aku butuh penyeimbang. Percayalah, aku akan taat sama seperti aku menaati kedua orang tuaku dulu. Mengesampingkan ego bukan hal yang sulit kukira, ketika pemahaman akan hidup setelah pernikahan mampu kita raih. Aku tak menajanjikan jalan yang mulus, namun kujanjikan kesediaanku mendampingimu menapaki jalan yang entah akan Allah rancang seperti apa.

Menunggumu yang entah kapan hadir dihidupku saja aku mampu, apalagi jika berjuang bersama-sama denganmu, tak mungkin kusiakan pemberian Allah. Semoga kita sama-sama bisa saling melengkapi, seirama meskipun berbeda, satu tujuan dalam jalan Allah, saling mengingatkan dan saling menyayangi tentu saja.

Dear suami, cukup sudah yang mampu aku tulis. Selebihnya silahkan nilai aku sebagai seutuhnya partner hidup di kemudian hari.

Salah satu nasihat yang sangat aku favoritkan, 
"Pasangan ganda di cabang olahraga badminton, tak mungkin mahir bermain jika bukan kemampuan masing-masing pemainnya yang sudah mahir."

Itulah mengapa, saat ini kugunakan setiap waktu untuk melakukan perbaikan, diiringi sahabat-sahabat terbaik, sampai-sampai aku lupa kecemasan akan hari esok dan dengan siapa aku akan bersanding. Rencana Allah pasti yang terbaik kan :D

Alinea
Maumere, November 11th 2017

Comments