The 30th Summaries #4



MASA KEPANITIAAN



Awal kepanitiaan, kami mulai dikelompokkan menjadi staff operasional. Duh dag dig dug memang, mau dibawa kemana ya diri kami ini hehe. Ada banyak yang terkejut ketika pembagian staff operasional diumumkan. “Loh kok aku di sini sih?”, “Alhamdulillah cocok!”, seperti itulah kira-kira respon kami saat itu hehehe. Tapi tak butuh banyak waktu untuk meributkan pembagian staff operasional, karena kami paham bahwa kami berorganisasi untuk KSR bukan operasionalnya. Baru awal kepanitiaan saja kami sudah belajar hakikat loyal berorganisasi, hehehe.

Selama menjalankan roda kepanitiaan, jalan kami tentu saja tidak selalu mulus. Ada banyak suka duka yang mengiringi kisah kami sebagai aktivis kampus. Tak bisa dipungkiri, setiap masing-masing dari kami adalah mahasiswa dengan tanggung jawab yang tidak sedikit. Bahasa kerennya, kami dengan sadar telah menduakan kuliah, hehe. Menduakannya untuk tujuan yang baik, jadi ngga masalah to? Hehehe.

Dinamika organisasi sangat kami rasakan saat menjabat sebagai panitia. Kebersamaan yang dulu sudah tumbuh, menjadi semakin mengakar kuat. Kami benar-benar mendapat keluarga baru di organisasi ini. Dari hal kecil seperti makan bareng, sholat bareng, jalan-jalan bareng, ngutang duit, nebeng pulang, membuat kami paham betul bahwa rasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga bisa kami rasakna bahkan di tempat yang sangat jauh dari keluarga kami sendiri. Rumus itu terbukti benar, Family doesn’t always blood, bahwa keluarga tidak selalu hubungan darah. Kami telah membuktikannya.


Dinamika yang lain, yaitu guncangan yang berasal dalam angkatan kami sendiri. Di awal sudah kami ungkapkan bahwa kami adalah sekumpulan manusia unik dengan visi misi yang berbeda. Saking uniknya, kadang kami lalai menjaga salah satu dari kami agar tetap on fire belajar di organisasi ini. Ada yang hilang. Tentu saja rasa jenuh dengan pressure proker yang jumlahnya bertubi-tubi ditambah tanggung jawab perkuliahan dan kenyataan bahwa di antara kami memutuskan untuk berkomitmen di dua organisasi (dualisme) membuat personil kami banyak yang tumbang dan menyerah sebelum semuanya usai. Tak perlu kami sebutkan siapa saja. Kami adalah kami, satu kesatuan yang tak mungkin ada tanpa salah satu dari kami. Kami telah membuat karya yang tak bisa diduplikat angkatan dan organisasi mana pun tentu saja. Karya yang akan kami kenang sepanjang hayat hidup dan mungkin akan kami ceritakan ke anak cucu kami kelak, hehehe.


Karya kami yang benar-benar nampak di depan mata ialah kehadiran adik-adik Angkatan 31, yang berjumlah 58 orang. Kami akui, selama menjadi panitia, masih banyak proker yang belum sepenuhnya mencapai tujuan yang diinginkan. Kurang persiapan, terlalu malas, miss-koordinasi dan kurang disiplin membuat jalan yang kami lalui tak bisa seratus persen mulus. Evaluasi sering kami lakukan, tujuannya tak lain untuk membuat kinerja kami menjadi lebih baik. Namun, tetap saja kami adalah manusia pembelajar yang saat itu memang masih dalam proses belajar berorganisasi. Salah tak apalah, yang penting jangan diulang-ulang.

Masa kepanitiaan yang berjalan kurang lebih satu tahun, tak terasa berlalu juga. Kembalilah kami harus siap dengan kenyataan berpisah dengan Angkatan 29. Kami pun sudah dihadapkan dengan tanggung jawab baru, yaitu adik-adik Angkatan 31, sosok-sosok yang akan kami bimbing dikemudian hari. Nama-nama calon Komandan pun telah bergulir dan akhirnya terpilihlah Ndan Syahid, dengan nama beken Ndan Hid, sebagai tonggak kepemimpinan masa kepengurusan 30.

Comments