No Title Needed

"Teruntuk temanku, saudaraku ...
Sesungguhnya dari kamu-lah cerita ini bermula
Maaf. Sungguh maaf. tidak ada niat buruk.
Hanya saja aku tak bisa menahan diriku untuk tidak bercerita."



Alkisah, aku punya seorang teman yang sudah seperti saudara sendiri. Sebut saja dia Mawar melati semuanya indah. Kami dipertemukan oleh sebuah organisasi kemanusiaan yang sangat menjunjung tinggi solidaritas dan kepekaan sosial tiap anggotanya, sekitar setahun yang lalu, iya setahun yang lalu.

Kami bukan teman dekat. Sama sekali bukan. Kami hanya berhubungan selayaknya teman satu organisasi. Berdiskusi jika diperlukan dan bercanda ria saat sempat. Lantas kenapa aku menyebutnya sudah seperti saudara sendiri? Yah karena memang kami semua bersaudara dalam misi kemanusiaan.

Ceritaku bukanlah cerita yang teramat spesial. Hanya saja, bagiku, ini benar-benar pengalaman yang sangat berkesan. Maaf sekali lagi kuucapkan untukmu Mawar. 

Mawar adalah gadis yang sangat anggun. Terlihat dari caranya berpakaian, caranya berbicara dan bergaul dengan teman-teman yang lain. Singkat cerita, dia adalah the most wanted future wife, hehehe. Namun bukan itu yang ingin aku ceritakan.

Untuk gadis seusianya, Mawar termasuk mempunyai proporsi badan ideal bahkan cenderung berlebih. Mawar, maaf aku terlalu jujur, hihi. Dari gayanya berbicara pun mencerminkan bahwa dia adalah orang berilmu. Kesan yang aku tangkap tentang Mawar adalah dia gadis yang sehat. 

Sampai suatu ketika aku mematahkan sendiri opiniku.

Mawar, dia jatuh pingsan. Pingsan? Bukan hal baru untukku. Aku sudah sering menangani korban pingsan, maaf tidak ada niatan riya'. Gampang saja pikirku saat aku harus menyadarkan Mawar. Mungkin hanya kelelahan atau sakit biasa. 

Namun, percaya tak pecaya, Mawar adalah korban pingsan terlama yang pernah aku temui. Benar-benar butuh waktu lama, hampir 45 menit aku harus berkutat dengan keringat dan perasaan takut. Well, sebagai seorang penolong, keselamatan korban adalah segala-galanya :')
 
Kukira cukup sampai di situ ceritaku dengan Mawar, namun beberapa minggu kemudian, kudapati dia pingsan kembali. Dengan pola yang sama, aku harus berjuang keras supaya Mawar bisa sekedar membuka mata. Entahlah, dari ekspresinya saat proses 'penyadaran', aku menangkap ekspresi berjuang entah seperti ada sesuatu yang sedang berusaha dia lawan. Dia mencoba membuka mata, aku melihat otot-otot matanya bergerak, namun terlihat seolah ada yang menahan matanya untuk tetap tertutup. Kasihan sekali. 

Dan ketika Mawar berhasil membuka mata, dia tak langsung bisa merespon apa yang aku instruksikan padanya. Seperti baru saja kembali dari belahan dunia lain, seperti sedang mengumpulkan kesadaran. kasihan sekali Mawar. Setelah kesadarannya sudah kembali terkumpul, dia mengaku sangat amat lemas. Terlihat pula dari mimik mukanya.

Sekarang, bukan hal baru lagi saat tahu Mawar pingsan. Masih dengan pola yang sama pula. Seperti itu setiap saat. 

Lantas ada apa dengan cerita ini? Aku sama sekali tidak keberatan mengenai penanganan Mawar yang mebutuhkan tenaga lebih ekstra dari biasanya, namun sejujurnya aku belum bisa menemukan penyebab Mawar menjadi serapuh ini. Dulu tak pernah kudapati dia jatuh pingsan sesering ini. Dan lagi, dia tak mau menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Sudah kubilang bukan, aku tidak terlalu dekat dengan dia :) 

Oh ayolah Mawar...
Pencegahan selalu menjadi hal yang lebih baik daripada mengobati.
Tak apalah jika tak mau bercerita, tapi setidaknya hargai tubuhmu.
Allah memeberikan anugerah yang luar biasa dan tugas kita adalah memaksimalkan dan menjaganya agar tetap berfungsi dengan baik.
Berhentilah jika lelah, setelah itu beranjaklah kembali.
Semangat Mawar. Aku bosan sebenarnya kalau harus terus-terusan nampar pipi kamu :')
Sehat ya! Semangaaat! 

 

Comments

  1. kak , ini curhatan apa cerpen ?? kaloo jadi cerpen kayaknya bagus nih kak...saran aja sih...heheh

    Apapun ini semangat juga buat kakak , mmm Buat Mawar juga , hehe ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan cerpen, bukan curhatan juga hhehehe. Yes terimakasih anonim :)

      Delete

Post a Comment