Dear My Lecture ...

Dear my lecture,
Have I told you that I've studied really hard for your exam? Not yet? Oh, I see. I guess I forgot to tell you about it.



Well, sekilas saya ingin curhat tentang kejadian yang saya alami beberapa hari yang lalu. Sebenarnya saya bingung mengkategorikan kejadian itu sebagai good thing or bad thing, ya, coba nanti rekan-rekan simpulkan sendiri ya.

Saya sudah melewati ujian MID Semester IV yang Alhamdulillah lumayan membuat ritme belajar saya naik dan cenderung kepontal-pontal. Memang saya akui, kebiasaan buruk yang terbawa sejak masih menyandang status pelajar adalah sistem belajar saya yang ngebut H-1 ujian. Dengan bermodalkan waktu kurang dari 24 jam, saya sudah harus 'minimal' membaca semua materi yang besok diujikan. Sistem belajar seperti ini memang menuntut pemahaman ekstra cepat dan ngga pake lama. Terkadang saya hanya membaca sekilas, lantas diendapkan sebentar banget, lantas lanjut lagi ke pembahasan selanjutnya. Hasilnya gimana? Sukses? Hahaha, ya jelas enggak lah.

Sistem belajar yang seperti itu memaksa saya menjadi seorang perangkai kata yang handal. Dengan bermodalkan ingatan samar-samar dan logika sebisanya yang apa adanya, jawaban-jawaban ujian harus mencerminkan seolah-olah datang dari referensi buku terpercaya. Layaknya seorang pengarang buku, saya merangkai kata demi kata di atas lembar jawab. Sebisa mungkin harus dengan bahasa yang amazing supaya ngga ketauan amat ngarangnya, hehe. Jangan ditiru ya teman-teman.

Tapi saya rasa itu bukanlah hal yang salah-salah banget. Masih mending lah saya ngarang dengan sedikit pendasaran logika, daripada harus nyontek, bawa modul ke ruang ujian, bawa kepek'an, duh saya nggak sampe ati nglakuin itu. Dan asal tahu ya teman-teman, saya adalah mahasiswa yang punya nama lengkap berawalan A untuk 3 nama yang saya punya, well Adora Aline Alfiana. Jelas sudah posisi duduk saat ujian selalu dekat dengan bapak ibu dosen tercintaa. Itulah faktor terbesar kenapa saya memang harus ngarang, hehehe.

Dan kadang, hasil karangan saya saat ujian masuk dalam kategori jawaban benar, haha, and I got a good mark :D
Di situlah letak kepuasan untuk tetap berperilaku jujur saat ujian. Ngga percaya? Coba deeeh, haha.

But, once upon a time, saya agak panas dingin saat menerima kertas ujian, salah satu mata kuliah, milik saya. Kenapa? Nilainya jelek? Bukan. Nilai yang tertera di kertas ujian saya ngga jelek-jelek amat untuk ukuran pengarang, haha. Lantas apa? 
Huahaahaa. Rasanya kepingin nangis. 
pada saat membagikan kertas ujian, bu dosen dengan menyunggingkan senyum, memberikan ucapan "Congratulation for being the best", whoooaa serasa melayang di udara. Namun, setelah saya buka kertas ujian saya, ada banyak sekali coretan tinta merah dengan sederet kalimat yang bunyinya menusuk sanubari terdalam. Seperti ini kira-kira, "Bukan kalimat dari Referensi Buku." dan ada lagi yang seperti ini, "Sumber googling". Wuahaahaha. Untuk kalimat pertama okelah saya akui memang saya banyak ngarangnya, tapi jawaban saya juga ngga disalahin kok sama bu dosen. Untuk kalimat yang kedua, weiiiiits, inii yang bikin saya uring-uringan. Boro-boro googling, bawa gadget aja kagak beraniii :"

Asumsi yang salah. Ya, itulah penjelasan yang mampu saya tangkap setelah membaca goresan tinta merah di kertas ujian. Huuuuf, yasudahlahya. Mungkin ini teguran, supaya besuk lebih memperhatikan pemilihan kata dan bahasa penulisan jawaban ujian. Ada sebagian dosen yang memang sangat saklek dengan buku pegangan. Dan kalian para mahasiswa hanya harus berusaha lebih mendekatkan diri dengan buku pegangan :"

Good Luck ya. Jangan Googling!



Comments