I Hate This blablabla

Hai !
Kita berjumpa lagi di dunia maya, hihi. Ngomong-ngomong soal dunia maya, jadi keinget sama salah satu novel Tere Liye yang judulnya BUMI. Kok bisa gitu? Ya bisa lah, hehehe. Di novel BUMI, Tere Liye memaparkan bahwa sejatinya dunia dalam gambaran fiksinya itu seperti terbagi dalam beberapa lapis kehidupan. Yeah, berlapis-lapis dalam satu tempat. Kita berpijak di tempat yang sama, namun tanpa disadari di bagian elemen kehidupan di tempat yang sama pula, ada kehidupan lain. Masih belum  ngeh? baca sendiri aja sono gih novelnya, wkwk. 
Tapi tetep aja, BUMI itu cuma sebatas novel fiksinya Tere Liye, yang sebetulnya amazing bingit, dan sepertinya juga bukan diangkat dari kisah nyata hehehe. Sama seperti pertemanan kami. Sebatas maya. Well, tunggu deh. Kami? Maksutnya kami itu siapa? Wkwwk.
Ngga ada niat buat bikin kalian kepo sih. Aku juga sanksi kok, ada nggak ya yang baca postingan ini, wkwk. So, ini sebetulnya semacam curcol gitu deh. Aku pengen dia tau, tapi juga nggak pengen dia tau, hehehe. Aneh banget kan ya? Iya lah. Namanya juga Alien. wkwkwk.
Sejatinya kami berpijak pada tanah yang sama. Dimana lagi kalo bukan Tanah Air Indonesia. Tapi intensitas pertemuannya, emmm, berasa kaya kepisah di belahan dunia mana gitu, hehehe. Dan eng ing eng, lewat postingan ini, berjuta terimakasih kuucapkan spesial buat penemu aplikasi Blackberry Messenger for Android, yang sejujurnya aku nggak tau siapa namanya, rumahnya, nomer hapenya, ahsudahlah, hehe. Berkat dia nih, aku sama dia yang lain bisa tetep keep in touch komunikasi satu arah. Oh, Thank you so much. Kamu berhak tau betapa amazingnya penemuanmu ini. 

Dan kembali ke pembahasan novel BUMI, yang sejatinya adalah fiksi, aku dan dia juga sedang terjebak dalam hubungan lintas elemen dunia, hehe. Cuman bedanya, kalo di novel BUMI ada klan matahari, klan tanah, dll, di Dunia kami cuma ada dua, dunia nyata dan maya, wahaha nyesek. Di dunia nyata, kami seperti manusia normal lain yang berbicara jika ada perlu. Namun kadang dibalik itu, di tempat dan waktu yang sama, kami diam-diam berinteraksi via dunia maya. Oh Via terimakasih plaaakkk. Tak jarang kami saling bertukar emoticon titik dua kurung tutup di dunia maya, namun di dunia nyata? Oh sudah jangan tanya.

Dan semua ini menyadarkanku akan satu hal. Betapa sulitnya mengontrol harapan. Iya harapan. Aku nggak akan mengelak lagi. Aku juga perempuan. Yang bisa salting kalo digombalin. Bisa senyum-senyum sendiri kalo dipuji sedikit. Demi apa ya, kaum adam itu selalu misterius. Dia memang baik, mungkin nggak cuma sama aku dia berbagi kebaikan. Dengan perempuan lain, who's know? Tugasku cuma satu sekarang, naikkin Ip. Titik.



Comments