Better Not to Read

Sejenak tertegun. 
Berfikir. Sambil sesekali melihat kembali ke layar terpa. 
Yah, kawan, ada fotomu terpampang jelas di sana. 
Lengkap dengan kata-kata yang entah, membuatku semakin menyadari akan perasaan bersalah ini.

 
I can't describe what I'm feeling now :')
we're very close before. I still remember, when you asked for some idiot questions, when you laughed, told me your last night dream, when you stayed to hear my story, and the most i Missed is when we keep talking about KPop :)

Dud, you won't be replaced :')

Tapi coba lihatlah sekarang. Untuk berkata jujur padamu pun aku enggan. Ada yang telah berubah. Entah aku, kamu, atau suasananya.

Tapi aku tak bisa sepenuhnya menyalahkanmu. aku dan kamu mendapat terpaan pengkondisian yang sama. Kamu mengiyakan, akupun juga. Namun, entah mengapa, ada sebagian dari diriku yang enggan menurut.

Oh God, please ...
Aku tak pernah bisa menjelaskan semua ini. Maybe I'm specious.
Aku tau tak seharusnya seperti ini. Namun, sekali lagi, terpaan akan niat baik selalu datang. Dan aku gagal menangkisnya.

Aku memilih jalan hidup seperti dulu. Seperti saat aku dan kamu masih belum tau apa-apa. Bersikap seolah aku belum pernah mendapat pengetahuan akan sesuatu yang benar. Mengingkari apa yang pernah aku akui.

Itulah kawan, mengapa hati ini sangat takut bertemu denganmu. Takut jika bagimu, tidak perlu lagi ada aku.
Sungguh aku belum bisa mengimani semua ini.
God, I'm so sorry

Kawan, aku rindu kamu
rindu kebersamaan waktu itu.
yang mungkin tidak bisa kembali diulang :')
 

Comments