tag:blogger.com,1999:blog-88676476794681646572024-03-13T20:23:10.452+07:00Adora Alinea Alfianamenulis di blog karena tulisan saya jelek.Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.comBlogger148125tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-40204702835843421212022-11-04T20:57:00.010+07:002022-11-04T21:13:30.025+07:00Percakapan Ubin Masjid, Adem<p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">- Friendship is a voluntary bonding -</span></i></p><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">couldn't agree more</span></i></p><p style="text-align: justify;">Tidak bisa dipungkiri, semakin dewasa lingkaran pertemanan kita akan mengecil. Kehidupan berjalan, tanggung jawab bertambah seiring dengan pertambahan usia. Yasudahlah, keniscayaan yang barangkali akan kualami nanti, semoga.</p><p style="text-align: justify;">Namun, lagi-lagi Allah amat baik. Secara raga memang aku jauh tak terkira, secara usia juga sudah banyak teman-temanku yang mentas dari dunia single-lillah, namun takjub aku dibuatnya, Allah baik, memberikan obat pelipur lara dalam wujud hubungan pertemanan antar manusia.</p><p style="text-align: justify;">Sempat bingung, pertemanan yang saat ini terjalin bukan pertemanan yang dulu kugaungkan saat masih duduk di bangku sekolah. Tidak bisa dipungkiri, <i>wiwiting tresno jalaran seko kulino</i>. Aku pernah punya teman dekat karena kami satu kantor, namun ketika temanku mutasi, hubungan kami juga seolah bergeser dari level ultimate menjadi level standard. Ya gakpapa juga sih, hehe. Akhirnya Allah tunjukkan kualitas hubungan kami. Selanjutnya adalah menerima, ya memang tidak semua hubungan dengan manusia harus bertahan lama. Asal kami tetap menjalin silaturahmi yang baik, bukan menjadi masalah.</p><p style="text-align: justify;">Lantas, di sisi lain, kualitas pertemananku dengan beberapa orang seolah sulit sekali dinalar. Kami berjauhan, berkomunikasi secara alakadar, namun ketika ada beban berat yang menimpa, entah kenapa aku selalu berlari ke arah mereka dan hebatnya, Allah Sang penggerak hati telah menggerakkan hati mereka hingga akhirnya mendengarkan keluh kesahku dengan paripurna. Lewat masalah yang kuhadapi, Allah menunjukkan kualitas hubungan pertemanan kami. MashaAllah.</p><p style="text-align: justify;">Beberapa kali aku mengabadikan percakapan telepon jarak jauh antara aku dengan teman-temanku. Kupahat dalam inti sanubari, hingga akhirnya menjelma menjadi pengingat yang menguatkan di saat sendiri.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Allah lagi nitip rejeki orang tuamu lewat kamu, lin."</i> Aku terjerembab di titik ini. Ditampar oleh kalimat yang sejatinya sangat halus, namun berhasil menyusup ke level kesadaran. Apalah aku yang mengira digdaya dan sangat berjasa, padahal hanyalah perantara. Sadar seketika.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Kemarin sebenernya mau aku tawarin juga mau minjem buat beli tiket gak."</i> Salah satu pesan teks dari teman yang memang tidak terbiasa menunjukkan ekspresinya melalui pesan whatssapp. Kalimat tersebut terlontar setelah ia menjadi perpanjangan tangan Allah untuk pemecahan masalah yang kala itu sedang kuhadapi. Bukannya membatasi diri, ia malah menawarkan lebih banyak lagi. Allah, sungguh baik ciptaanMu.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Aline kalo ada apa-apa jangan sungkan cerita."</i> Klise, namuan ternyata tak pernah ada niat bercanda dalam kalimatnya. <i>She is my only one call away, till now</i>. Tidak pernah berniat membandingkan nasib kami masing-masing, semua cerita mengalir apa adanya.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Ngga papa kalau pilihanmu beda. Landasan kita memilih bukan cuma sebatas teori baik dan buruk tapi ada cerita yang membangun emosi ketika kita memilih sesuatu. Gakpapa lin."</i> (kurang lebih begitu sih hehe). Temanku mencoba mengusir perasaan bersalahku atas segala upaya yang kubangun namun kadang terasa sia-sia. <i>Strong words, but you may not related</i>.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Ternyata 'mendengar' itu susah lho."</i> Elaborasi yang kami dapatkan setelah cerita kehidupan masing-masing kami. Diikuti dengan perasaan syukur yang tidak terbendung atas Maha Baiknya Allah menghadirkan pertemanan ini.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Aline, kamu harus punya temen."</i> Pesannya saat bahasan mental health mencuat ke obrolan kami. Uniknya, dia berpesan padaku setelah sesi curhatnya sendiri, hihi, <i>sweet</i>. Yang berhasil kutangkap adalah, dia mengingatku bahkan ketika kehidupan di sekitarnya tidak berputar pada diriku.</p><p style="text-align: justify;"><i>"Lin, jadikan ini momen bahagia. Kamu pasti cantik kalo bahagia."</i> <i>Another gentle reminder from her </i>hahaha. Aku tidak pernah malu mengakui betapa aku sangat tidak percaya diri dengan penampilanku, <i>esp with a friend like her</i>. Itulah kenapa sekarang sudah jarang sekali muncul hasrat ingin difoto, atau posting foto sendiri yang kelihatan parasnya hahaha. Namun temenku bilang, aku harus bahagia. Karena itu adalah intinya.</p><p style="text-align: justify;">Tak bisa dipungkiri waktu kita sama, namun energi dan prioritas ynag kita miliki tidak akan pernah sama. Allah hadirkan simbiosis pertemanan mungkin sebagai hadiah bagi jiwa-jiwa yang lelah akan masalah yang dipendam sendiri. Allah hadirkan pertemanan juga sebagai pengingat bahwa segala sesuatu hanyalah titipan, tidak untuk dimiliki selamanya. Welas asih dan telinga yang siap mendengar menjadi pelipur lara bagi ia yang tak tau harus berbuat apa untuk dirinya sendiri.</p><p style="text-align: justify;">Aku pernah berada di situasi yang sangat sulit, sampai tak terbendung rasanya kesedihan sehari-hari. Kecewa akan segelintir ulah manusia, namun Allah hadirkan pertemanan ini sebagai bukti Ia tak pernah meninggalkan umatNya seorang diri. Aku beruntung tentu saja. Aku bersyukur dan juga berdoa agar kita senantiasa di kelilingi oleh orang-orang yang baik. Juga doa yang tak lupa kugaungkan setiap harinya, adalah agar aku dimampukan menjadi perantara Allah untuk memberikan kebaikan bagi teman-temanku yang sudah sangat baik. Semua kebaikan bersumber dari Allah.</p><p style="text-align: justify;">Meskipun jauh, meskipun jarang berkirim kabar, meskipun prioritas kita sudah tak lagi memberi ruang untuk bercengkerama, setidaknya sebut selalu teman-teman kita dalam doa. Agar tetap terjalin pertemanan walau tak ada sua, walau tak ada kabar berita.</p><p style="text-align: justify;">Maumere, 04 November 2022.</p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-31321265910595155052022-08-24T11:29:00.002+07:002022-11-04T19:38:46.921+07:00(I'm)possible #2<p>Perihal kegagalan, sudah diprediksi pun tetap saja menyakitkan.</p><p>Tapi tetap mensugesti diri, bahwa ini pasti yang terbaik dari Allah.</p><p>Semakin paham bagaimana alurnya, tidak apa-apa gagal sekarang, waktumu untuk belajar masih panjang.</p><p>Coba lagi besok, masih banyak jalan yang belum dicoba.</p><p>fall 7 stand up 8 !</p><p>Semangat aline !!</p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-27041055369134391622022-08-19T13:48:00.004+07:002022-08-24T10:56:55.820+07:00(I'm)possible #1<p>Hari ini saya mencoba meruntuhkan ketakutan yang ada di dalam diri.</p><p>Masih banyak anak tangga yang harus didaki.</p><p>Gagal? Bisa saja.</p><p>Berhasil? Mungkin, jika Allah sudah berkehendak.</p><p>Bukankah belum berhasil juga merupakan hasil?</p><p>Hasil yang sudah direstui Allah Swt, tentulah yang terbaik.</p><p>Pagari harapan dengan keyakinan penuh pada Yang Maha Mengatur Segalanya, lin.</p><p>Manusia selalu pandai berencana, padahal pengetahuannya amat terbatas.</p><p>Maka serahkan, serahkan sepenuhnya, serahkan bagian yang tidak bisa kamu jamah, lin.</p><p>Bismillah, untuk segala asa yang tengah diperjuangkan.</p><p>Aku rindu kamu yang gigih dan penuh strategi.</p><p>Semangat !!!</p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_70eFhxA1DRT-Y971se3Kn_7_CgBAuR5z45mjZNYWkqrZ9aBdJidEvUwR2EEep3HfmQc_jO0TPBR9vNU94ihsQ5z9KFzPrxk0YlT8Ii7tGdRab4HOk2BNf4oi9zyn8wvAg_KvVyG3dsGeOOa-VgdRY2sJBai8GdeI4q_LxFZlKAdhDnG_dkHXNvc/s1280/WhatsApp%20Image%202022-08-17%20at%2010.35.05%20PM.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_70eFhxA1DRT-Y971se3Kn_7_CgBAuR5z45mjZNYWkqrZ9aBdJidEvUwR2EEep3HfmQc_jO0TPBR9vNU94ihsQ5z9KFzPrxk0YlT8Ii7tGdRab4HOk2BNf4oi9zyn8wvAg_KvVyG3dsGeOOa-VgdRY2sJBai8GdeI4q_LxFZlKAdhDnG_dkHXNvc/w640-h360/WhatsApp%20Image%202022-08-17%20at%2010.35.05%20PM.jpeg" width="640" /></a></div><br /><p><br /></p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-26197287772353196542022-07-26T14:25:00.006+07:002022-07-27T14:02:24.054+07:00Truly Venus and Truly Mars - random thoughts from the book 'Men are from Mars Women are from Venus' <div style="text-align: justify;">Jarang-jarang saya menulis ulasan buku, tapi karena <strike>saya gabut</strike> saya tak ingin kehilangan kesan dan pesan yang termuat dalam buku Men are from Mars Women are from Venus, maka dengan senang hati saya mencoba menulis ulasan random-nya disini ya. Semoga Allah mudahkan tulisan ini untuk selesai.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semenjak memasuki usia dua puluh lima, saya lebih sering membaca buku non fiksi, dengan genre pengembangan diri. <i>Cie cie, rajin bener, anak siapa sih</i>. Berkat masif-nya para bookworm di instagram membagikan konten buku serial pengembangan diri, maka jadilah saya netizen yang teracuni. <i>Bookstore should be thankful to you guys! </i>Buku ini merupakan rekomendasi dari mba apik (kalo ngga tau mba apik, mba apik itu istri mas gun, sedangkan mas gun adalah suami mba apik, sampai sini paham ya), rekomendasi buku-buku yang patut dibaca untuk mempersiapkan diri masuk ke jenjang pernikahan. <i>Cie cie mau nikah, ya mau lah</i>. Tidak cuma mba apik, buku ini juga masuk di rekomendasi mentor kelas pranikah yang pernah saya ikuti, mohon maaf saya lupa namanya :") Melihat banyaknya warga net yang merekomendasikan buku ini, maka jadilah Allah meggerakan hati saya untuk membeli dan membaca buku ini, MashaAllah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Men are from Mars Women are from Venus (sepakat kita singkat menjadi MAFMWAFV ya) yang saya beli adalah versi terjemahan, karya John Gray, Ph.D (sepertinya beliau pakar psikologi, idk). Saya suka cover bukunya karena berwarna biru muda, dengan tulisan judul berwarna putih, waow aku banget :)) Seperti buku terjemahan pada umumnya, beberapa pilihan kata dalam buku MAFMWAFV agak kurang pas, tapi tidak begitu mengganggu, yah meskipun saya harus mengulang membaca bagian tersebut sebab ngga bisa langsung nangkep maksudnya apa hehe, <i>itu mah kamu aja yang lemot lin</i>. Begitulah saudara-saudara, tidak ada buku yang sempurna.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada bab awal buku MAFMWAFV, penulis menerangkan bahwa pria dan wanita adalah dua makhluk yang sangat berbeda, hingga diibaratkan wanita berasal dari Venus dan pria berasal dari Mars. Perbedaan disini bukan melihat perbedaan fisik namun lebih kepada perbedaan karakter, sehingga perbedaan tersebut tidak hanya berpotensi menimbulkan ketertarikan atau rasa cinta namun juga berpotensi menimbulkan konflik serta kesalahpahaman selama hubungan cinta tersebut berlangsung. Penulis juga menekankan, wanita dan pria yang menjalin hubungan asmara akan lebih sensitif dalam merespon tindakan-tindakan pasangannya. Itulah kenapa penting bagi kita untuk mengetahui perbedaan antara pria dan wanita agar hubungan dengan pasangan tetap harmonis.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Fyi, buku ini lumayan tebal, berisi 13 bab, butuh waktu berbulan-bulan bagi saya menyelesaikannya hehe. Bagian yang paling saya garis bawahi adalah <span style="background-color: white;"><span><b>makhluk mars sangat menjunjung tinggi perasaan dihargai, dipercaya dan diterima</b></span>. Itulah kenapa pen</span>ting bagi wanita untuk selalu menunjukkan rasa hormat, penghargaan, rasa percaya dan penerimaan kepada pria. Hal-hal yang harus dihindari wanita a.k.a makhluk venus antara lain:</div><div style="text-align: justify;"><ul><li>Mencoba memperbaiki tingkah laku pria dan memberikan nasihat yang tidak diminta oleh pria. Jika wanita melakukan ini, pria akan merasa wanita tersebut tidak mempercayainya lagi.</li><li>Mencoba mengubah atau mendikte tingkah laku pria. Hal ini menyebabkan pria merasa tidak diterima sebagaimana adanya oleh wanita.</li><li>Mengeluh mengenai apa yang dilakukan pria baginya. Hal ini menyebabkan pria merasa tidak dihargai.</li></ul><div>Bukannya tidak boleh memberi masukan yang membangun <i>bestie</i>, namun perlu kita sadari bahwa cara kita menyampaikan keluh kesah terkadang menyinggung perasaan pria, sehingga pria merasa tidak dicintai. Setelah tau alasan-alasan mengapa kaum mars merasa tidak dicintai, kaum venus akan lebih lihai dalam mengkomunikasikan apa yang menjadi uneg-unegnya tanpa menyinggung perasaan kaum mars. Tidak semua hal terjadi sesuai dengan keinginan kita :) Selain itu, kebiasaan buruk yang harus kaum venus hilangkan adalah <b>memendam keinginan, berharap kaum mars bisa membaca pikiran kaum venus</b>. <i>Big no, ladies</i>. Sampaikan apa kebutuhanmu dengan cara yang tidak menyinggung kaum mars, tentu saja secara singkat dan jelas. </div><div><br /></div><div>Salah satu hal yang saya syukuri ketika membaca buku ini adalah, saya bisa lebih mengenal sifat dasar diri saya. Terkejut juga sebenarnya, niat awal membaca buku ini adalah mendapat petunjuk bagaimana menghadapi kaum-kaum mars, namun ternyata ada juga aha momen dimana saya disuguhkan fakta-fakta mengenai kaum venus. Menyadari ternyata selama ini saya belum mengenal kebutuhan dan sifat dasar diri saya sendiri. </div><div><br /></div><div>Lewat buku ini, penulis menerangkan sifat dasar wanita yang berkebalikan dari pria. Secara singkatnya, berikut hal-hal yang harus dihindari oleh pria a.k.a kaum mars :</div><div><ul><li>Pria tidak mendengarkan, mudah terbagi perhatiannya, tidak mengajukan pertanyaan yang penuh minat atau penuh perhatian kepada wanita. Jika mendapat perlakuan seperti ini, wanita merasa pria tidak peduli kepadanya dan hal tersebut membuat wanita merasa tidak dicintai.</li><li>Pria menasihati karena menganggap wanita meminta solusi praktis atau meminta penyelesaian. Wanita akan merasa tidak dicintai karena pria tidak memahaminya. <i>Hey dude</i>, kami lebih butuh didengarkan secara utuh, memvalidasi perasaan negatif kami merupakan keputusan yang lebih baik daripada langsung memberi nasihat. Kaum venus tetap membutuhkan nasihat, hanya saja sampaikan itu setelah memvalidasi atau menunjukkan bahwa kaum mars memahami perasaan negatif yang dirasakan kaum venus. <i>Be all hearing</i>.</li><li>Pria mendengarkan tapi kemudian marah dan menyalahkan wanita karena mengecewakannya atau membuatnya patah semangat. Hal ini akan membuat wanita merasa pria tidak menghormati perasaan-perasaannya.</li><li>Setelah mendengarkan, pria tidak mengatakan apa-apa atau pergi begitu saja. Dengan melakukan hal ini, wanita merasa tidak aman karena tidak memperoleh jaminan yang dibutuhkannya.</li></ul><div>Penulis juga menyampaikan teori mengapa terkadang perasaan cinta kepada pasangan dapat berubah sangat drastis menjadi perasaan kecewa, benci atau perasaan negatif lainnya. Saya coba kutip ya, </div></div><div><blockquote><div>Cinta memunculkan perasaan-perasaan yang belum terselesaikan. ... Saat kita lebih mencintai diri sendiri atau dicintai oleh orang lain, perasaan-perasaan yang selama ini ditekan cenderung muncul dan untuk sementara mengalahkan kesadaran kita yang penuh cinta. Perasaan-perasaan tersebut muncul agar disembuhkan dan dilepaskan.</div></blockquote></div><div><br /></div><div><span style="background-color: white;"><span>Ternyata, <b>perasaan-perasaan yang selama ini kita pendam bisa tiba-tiba membanjiri kesadaran kita ketika kita aman untuk merasakannya</b>. Cinta mencairkan perasaan-perasaan terpendam dan lambat laun perasaan-perasaan yang tidak terselesaikan ini muncul ke permukaan, ke dalam hubungan kita, a</span>tau bahasa kerennya, <i>inner child</i> kita muncul guys. </span></div><div><br /></div><div>Penting bagi kita untuk memberi jeda ketika rasa marah, kecewa dan sedih itu muncul. Beri ruang agar perasaan tersebut leluasa muncul, obervasi dan lakukan langkah perbaikan. Sulit? tentu saja. Perasaan-perasaan tersebut tidak berwujud, <i>absurd</i> dan mudah berubah-ubah. Saya juga sedang berusaha teman-teman. Sekali-kali menyendiri dari hiruk pikuk, tuliskan apa yang sedang kita rasakan, <i>let it flow</i>, <i>let it heal</i>.</div><div><br /></div><div>Sebagaimana manusia diciptakan tidak sempurna, akan selalu ada hal yang kurang pas dalam diri pasangan kita. Dengan menyadari bahwa wanita dan pria pada dasarnya memiliki banyak perbedaan semoga mampu meredam perasaan negatif kita terhadap pasangan dan berubah menjadi momen pemakluman.</div><div><br /></div><div><i>Maumere, 15:25 WITA</i></div></div>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-15994772313537457842022-07-12T13:53:00.003+07:002022-07-26T12:37:09.737+07:00Rapor Merah Muda<p style="text-align: justify;"><i> 13:14 WITA</i></p><p style="text-align: justify;">Menulis cerita ini di sela-sela jam istirahat, sambil diiringi suara jari rekan kerja yang beradu dengan <i>keyboard laptop</i>, serta musik <i>western</i> yang diputar keras-keras lewat speaker kantor. <i>Just an ordinary day</i>.</p><span><a name='more'></a></span><p style="text-align: justify;"><i>I've turned twenty seven, well, 12 days ago</i>. Saatnya membuat intisari tentang apa-apa saja yang sudah saya lalui, ehem, sebagai manusia dewasa. <i>I see myself as an adult now</i>, hhhh.</p><p style="text-align: justify;">Rasanya sungguh berat untuk menulis lagi, karena lagi-lagi tidak ada cerita pencapaian gegap gempita yang bisa saya bagi. Lebih mudah menulis hal-hal menyenangkan daripada sebaliknya. Ada rasa sesak yang coba saya ubah menjadi sebuah pembelajaran dalam cerita kali ini. Semoga rekan-rekan bisa menangkap apa-apa yang coba saya bagi. Semoga Allah memberi kemudahan agar tulisan ini bisa tuntas selesai.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Ibumu, Ibumu, Ibumu, Ayahmu.</h4><p style="text-align: justify;">Terdengar mantap dan sering kita dengar tentu saja. Betapa mulianya sosok ibu, yang wajib kita hormati dalam kondisi apapun. Ibu adalah madasrah pertama dan utama untuk anak-anaknya. Yah, benar saja, saya pun tak luput bersyukur dengan pelajaran yang coba ibu saya berikan. Menginjak akhir tahun 2021, pelajaran kehidupan menghambur datang, lewat perantara ibu tentu saja. Pelajaran yang sayangnya dibungkus dengan kelalaian ibu mengatur finansial keluarga kami. Maafkan, bukan kelalaian ibu, namun kelalaian keluarga kami. Tak adil rasanya jika membebankan semua hal pada ibu. Sungguh fase yang tidak ingin saya ingat, tapi melihat kemudahan yang Allah beri kepada keluarga kami, membuat saya sangat amat bersyukur. Ibu, Ibu, Ibu, saya tak bisa memilih lahir dari ibu yang seperti apa. Pun jika saya diberi keleluasaan untuk memilih, mungkin saya akan tetap memilih ibu saya sekarang. Saya marah, saya kecewa, saya sedih, saya kesepian, saya mempertanyakan banyak hal. </p><p style="text-align: justify;">Sampai pada fase menerima dan menyadari, ibu saya juga seorang manusia, yang tentu saja tidak luput dari salah dan khilaf. Namun fase tersebut tidak begitu saja saya tapaki. Berbulan-bulan mimpi buruk masih sering mampir di antara jam tidur. Tidak ada hari libur, karena setiap hari saya berpikir dan ketakutan, bagaimana nasib keluarga saya nanti. Kenapa saya, kenapa baru sekarang, semua pertanyaan berputar di kepala. Semua jalan seolah buntu, semua opsi terlihat begitu tidak menentu. Saat terpuruk itulah saya hanya bisa berpasrah, sungguh manusia tidak memiliki daya upaya. Hingga akhirnya saya memperpanjang sujud, mengalunkan doa dengan sungguh-sungguh tidak seperti biasanya yang hanya sepintas lalu. Saya butuh bersandar dan memang harus bersandar. Allah teramat baik, menitipkan kejernihan pikir disaat pelik, melapangkan hati untuk merelakan segala yang memang hanya titipan.</p><p style="text-align: justify;">Saya rehat, saya pasrahkan, saya menerima, saya mencoba menata hal-hal yang bisa saya tata, saya meminta maaf serta memaafkan. Allah yang memudahkan segala prosesnya. Al-Jabaar, Yang Maha Menyelesaikan Segala Urusan. Ujian ini tidak boleh mengurangi rasa hormat dan sayang saya kepada ibu dan bapak.</p><p style="text-align: justify;">Tidak akan ditimpakan kesulitan kecuali yang sanggup kita tanggung.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Pertolongan Allah di Luar Logika Manusia</h4><p style="text-align: justify;">Setelah menapaki fase penerimaan, akhirnya saya memaksa diri untuk bergerak mencari jalan keluar. Saya mencoba menghitung berbagai opsi. Segala yang sudah terjadi harus dihadapi. Tapi sekarang saya tidak sendiri, Allah yang membersamai. Jika kemarin jalan terlihat buntu dan abu-abu, mungkin karena saya lupa melibatkan Rabb pencipta dalam setiap sesinya. Saya bersyukur sejadi-jadinya saat titik terang itu datang. Hanya butuh satu kali, satu kali pilihan dibuat, dieksekusi dan akhirnya ditemukanlah solusi. Allah mengirim teman-teman yang baik dan mengerti bagaimana kondisi saya saat itu.</p><p style="text-align: justify;">Saya tidak punya modal apa-apa, kecuali Allah yang menggerakkan hati teman-teman saya. Saya mencoba menyampaikan cerita runtut tentang kepelikan dan kesulitan yang sedang coba saya selesaikan. Jangan lari, jangan malu, jangan sedih, saya menguatkan diri. Tidak mudah menceritakan sesuatu yang ketika mengingatnya saja membuatmu ingin menangis. Namun Allah mudahkan, semua tanpa cela. Saya butuh meluapkan kesedihan dan kebingungan, Allah mengirimkan Alus, Eka dan Yuan. Semua mendengar tanpa interupsi, saya yang sedang mengosongkan kecamuk yang ada di dalam hati. Saya butuh solusi konkrit, akhirnya Allah menggerakkan hati teman saya Eka dan Yuan yang begitu baiknya mempercayakan sebagian rejeki untuk saya gunakan terlebih dahulu. Saya masih ingat bagaimana berdebarnya hati ketika mengungkapkan bahwa saya butuh pertolongan. Bukan nominal yang sedikit, namun mereka baik, memberikan bantuan tanpa babibu. Ya Rabb, semudah itu Engkau beri pertolongan. Semoga Allah mengganti kebaikan hati teman-teman dengan ganti yang lebih baik dan lebih megah.</p><p style="text-align: justify;">Ya Rabb jadikan hambaMu ini sosok yang amanah, yang tidak lalai akan janjinya sendiri dan juga janjiMu. Semua pasti bisa saya lalui, sebab saya tidak sendiri, ada Engkau Ya Rabb. Saya percaya keajaiban di luar logika akan kembali terjadi. Tugas saya hanya harus menjalani peran saat ini.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;"><b><i>Yours will be yours</i></b></h4><p style="text-align: justify;">Salah satu poin yang cukup mencengangkan saat memasuki usia dewasa adalah ketika menyadari semua sudah tertakar. Seolah yakin bahwa masa depan akan terlihat seperti yang terbayang dalam angan dan perhitungan manusia, namun ternyata semua hanya akan berjalan sesuai kehendakNya. Di akhir 2021 pula, saya resmi merasakan bagaimana rasanya mutasi. Tapi tidak merasakan pindah kos hehehee, karena mutasinya dekat. Saya mengulang masa kerja saya di Maumere, mulai dari enol lagi. Sedih? Lumayan, karena sungguh akhir 2021 adalah masa-masa paling sulit. <i>I'm grateful for everything now and soon too</i>. Inilah yang sanggup saya pikul saat ini, Allah yang pilihkan. Ada perasaan kecewa, namun setelah ditelusuri lagi, ya buat apa kecewa, Alhamdulillah Allah pulihkan segera. Saya diberi kemudahan dalam proses adaptasi, diberi <i>support system </i>yang mumpuni dan lagi-lagi rejeki lain yang saat ini sangat saya syukuri. Semoga selalu dikuatkan di setiap penugasan, tidak dengki dengan pencapaian orang lain dan semangat semangat oke oke.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><h4 style="text-align: justify;">Mencintai Diri Sebagaimana Mesti</h4><p style="text-align: justify;">Beberapa minggu lalu, saya memutuskan membeli kaca yang lebih besar. Akhirnya saya bisa melihat utuh diri saya dari pantulan cermin hehehe. Sebagaimana yang terselip di dalam doa bercermin, 'sebagaimana telah Engkau baguskan rupaku, maka mohon baguskanlah akhlak-ku'. Ternyata oh ternyata, setiap kita sudah diciptakan dalam kondisi bagus oleh Allah Swt, tapi saya masih sering dihinggapi perasaan <i>insecure</i>. Kadang juga terbersit dalam hati, <i>I feel sorry for being this ugly,</i> hahaha saya meminta maaf karena merasa jelek.</p><p style="text-align: justify;">Kembali kepada doa bercermin, yang seharusnya selalu kita mohonkan adalah kebaikan akhlak, karena itulah poin utama yang harus kita perjuangkan. Akhlak ini tidak kasat mata, maka tak mungkin standar manusia yang kita jadikan patokan utama. Menerima sebagaimana Allah memberi saya badan yang sehat, rambut yang lebat dan organ yang lengkap. Betapa banyaak hal yang luput saya syukuri. Melihat pantulan diri yang berdiri tegak, mampu menumbuhkan perasaan syukur. Silahkan dicoba wkwkwk.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: justify;">Begitulah empat poin yang sanggup saya rangkum. Saya masih takut akan kemungkinan ujian-ujian di masa depan. Masih takut mengulang bagaimana terpuruknya hidup kala itu. Pun banyak amanah yang belum tuntas, maka selalu memohon kemurahan Sang Pencipta untuk memberi saya keberkahan usia, agar cukup menuntaskan amanah sebelum nanti dipanggil pulang. Semoga Allah perkenankan. Meskipun masih ada perasaan takut, namun kaki lebih ringan melangkah. Saya sudah melalui ujian yang saya rasa berat, ternyata ada jalan keluar. Jika nanti dihadapkan dengan ujian yang lebih berat, semoga Allah memampukan saya kembali, melalui ujian dan memetik hikmah.</p><p style="text-align: justify;">Saya mohon doanya ya teman-teman. Selalu ingat bahwa segala ketetapanNya adalah yang terbaik.<br />Yuk bisa yuk<i>.</i></p><p style="text-align: justify;"><i><br /></i></p><p style="text-align: justify;"><i>14:52 WITA</i></p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-87075059640602918512021-10-20T23:16:00.002+07:002021-10-20T23:16:10.164+07:00Audit Hati<div style="text-align: justify;">Dewasa ini, saya sering menjumpai pikiran-pikiran buruk yang muncul dari dalam diri. Sepele, tapi berulang kali saya ulangi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seperti saat salah satu rekan bertumbuh sedang memperkenalkan diri, pendidikannya, sepak terjangnya, kisah hidupnya, yang muncul di pikiran saya adalah,</div><div style="text-align: justify;">"Ya jelas dia bisa fokus melanjutkan pendidikan, la wong orang tuanya berkecukupan."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">atau begini,</div><div style="text-align: justify;">"Ya pantas hasil tugasnya memuaskan, la wong dia punya banyak waktu luang."</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">kadang juga begini,</div><div style="text-align: justify;">"Dia cantik sih, pantes ..."</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Astaghfirullah.</div><div style="text-align: justify;">Ampunilah hambamu ini ya Rabb.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Alih-alih mengambil keteladanan dari setiap cerita yang rekan-rekan saya lontarkan, saya malah berpikir sebaliknya. Saya meremehkan perjuangan mereka, saya meremehkan alur cerita yang Allah berikan untuk hambaNya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bukankah setiap manusia memiliki jalan juangnya masing-masing?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Bukankah pencapaian tertinggi letaknya pada keimanan seorang hamba dan bukan sederet prestasi dunia?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bukankah tak pantas kita menilai ikhtiar seseorang, menilai sepak terjangnya, sebab setiap hamba hanya akan ditanya perihal sepak terjangnya sendiri, bukan sepak terjang orang lain?</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Bukankah benar hati ini masih jauh dari kata bersih? Apakah iman akan tumbuh di dalam hati yang kotor dan selalu merasa sempit?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div><div><div style="text-align: justify;">Memaknai kembali pemahaman diri, bahwa apapun yang terjadi, itulah yang terbaik.</div><div style="text-align: justify;">Hatimu lebih butuh perhatianmu. Sibukkan diri menyapu hal-hal yang tak seharusnya ada di dalam hati.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebuah pengingat, <i>Allah is the best plan maker ever !</i></div></div>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-59206292960394645152021-08-31T23:11:00.006+07:002021-09-01T06:37:35.242+07:00Ruang Kelas Raksasa Bernama Realita<div style="text-align: justify;"><i>Masih miskin harta benda namun semoga semakin kaya akan pengalaman dan pengamalan.</i><span><a name='more'></a></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Memperingati tahun ke-empat, berulangnya tanggal penetapan SK pengangkatan pegawai. Sebenarnya saya bingung hendak menuliskan hikmah sepak terjang dalam per-karir-an duniawi atau tips bagaimana cara bertahan dengan pekerjaan administratif, yang kata orang sangat membosankan, selama empat tahun lamanya. Daripada bingung, saya tuliskan saja keduanya ya hehehe. Sebab, hikmah yang didapat selama bekerja di perusahaan listrik berusaha saya rangkum supaya dapat dijadikan tips dan trik, yang semoga bisa diterapkan oleh para sohibul korporat dimana pun kalian bekerja. Barangkali ada yang sudah mencapai titik bosan level ultimate dengan segala pekerjaan yang disuguhkan, semoga postingan ini bisa membuat kita jatuh cinta lagi pada pekerjaan kita. Semoga Allah memampukan, tiada daya upaya tanpa pertolongan Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya pribadi bukanlah pegawai yang berprestasi. Biasa aja, ngga ada istimewanya. Jadi tentu saja, postingan ini akan sangat subjektif. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Postingan ini dibuat pada hari Selasa tanggal 31 bulan Agustus tahun 2021 dimana merupakan H-1 dari tanggal ulang tahun ke-empat SK pengangkatan pegawai saya, hihi. Selamat ulang tahun SK, semoga semakin membawa keberkahan bagi banyak insan. Jika tahun-tahun kemarin yang selalu terlintas dalam benak adalah menginventarisir hal apa saja yang sudah saya dapat selama bekerja, maka mungkin tahun ini saya ingin mengubahnya menjadi momen perenungan diri. Apa yang sudah sanggup saya beri? Apa kabar kontribusi? Bagaimana kualitas karya? Sudahkah saya menjadi bagian dari solusi?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertanyaan yang sungguh sulit. Apalagi jika kembali membaca paragraf kedua tulisan ini. Jika diibaratkan seorang murid, saya bukan tipe murid yang akan dengan senang hati mengacungkan tangan ketika ada guru yang bertanya <i>"Siapa yang bisa jawab?"</i> padahal saya tau pasti jawabannya apa. Namun yang tidak saya tau secara pasti adalah apakah saya memiliki keberanian untuk mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan tersebut. Setiap analogi semacam itu terlintas dalam benak, saya selalu menyemangati diri dengan kalimat <i>'gakpapa lin, setidaknya sekarang kamu menyadarinya'</i>. Langkah kaki saya hanya mampu menapaki tangga kesadaran, belum bisa melangkah ke tangga perbaikan. Seperti itu terus sampai akhirnya saya lulus dan bekerja selama empat tahun disini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Seolah berjalan jauh tapi kemudian jenuh</h4><div style="text-align: justify;">Saya pernah merencanakan di tahun kesekian bekerja, saya sudah bisa mencapai ini itu ini itu. Definisi sukses sebagai seorang pegawai korporasi adalah memiliki gerak karir yang cepat, selalu terlihat dan tidak lama-lama berdiam di tempat. Saya pun tidak luput memimpikannya. Ah tapi ternyata, semenjak 01 September 2017, saya masih disini, di meja yang sama, menatap file pekerjaan yang sama, mengeksekusi berkas dengan alur yang itu-itu saja, berkutat dengan tantangan yang kemudian berubah menjadi sebuah ah gitu doang. Sombong ya saya ini, hehehe. Ya tapi benar begitulah yang saya rasakan. Saya sempat merutuki diri, kenapa karir kamu nggak cemerlang lin. Menjadikan nominal pendapatan sebagai parameter keberhasilan, pertambahan skill harus diiringi pula dengan pertambahan aset, mutasi adalah sebuah prestasi. Kenyataan pahitnya adalah, semua itu hanya sebatas angan-angan. Tiada satu pun yang berhasil saya capai, bahkan hingga 01 Spetember menyapa lagi lagi dan lagi. Di suatu titik, saya merasa gagal berkembang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;">Kejenuhan sebagai momen menumbuhkan kesadaran</h4><div style="text-align: justify;">Namun kemudian, banyak sekali kejadian-kejadian yang atas ijin Allah, mampu menyadarkan saya. Bahwa setiap peran layak diapresiasi. Apakah bumi ini akan indah jika semua tumbuhannya menjulang tinggi? Bumi tetap membutuhkan tumbuhan yang tumbuh merambat, tumbuh hanya sejengkal, tidak tinggi, namun tetap bermanfaat. Bagaimana jika pohon teh dibiarkan tumbuh menjulang? tentu akan sulit mendapat teh kualitas terbaik sebab konon, teh kualitas terbaik hanya ada di pucuknya (perkenalkan Aline si korban iklan). Setiap peran harus diapresiasi bukan?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jenuh dengan pekerjaan yang itu-itu saja selama empat tahun lamanya adalah hal yang manusiawi. Apalagi melihat pencapaian teman-teman lain yang sudah naik kelas berulang kali. Ah, saya kurang sibuk, sehingga sempat mencemaskan pencapaian orang lain. Namun kemudian saya mencoba melihat sisi sebaliknya. Melihat sisi yang tersembunyi, atau sengaja disembunyikan mungkin biar seru hehe. Rejeki-nya Aline mungkin bukan di pencapaian karir, namun pada hal-hal lain yang juga tidak kalah bernilai tinggi. Apakah itu? Waktu luang, sehingga bisa mengikuti banyak kelas pengembangan diri. Waktu senggang, sehingga lebih banyak buku yang bisa dibaca. Waktu berkualitas, sehingga bisa dengan segenap hati memahami pekerjaan yang sedang digeluti. Barangkali Aline bisa jadi master of blablabla, yang sudah mengantongi empat tahun pengalaman, setia tidak berpindah ke hati selainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">MashaAllah, banyak sekali rejeki yang diberi :''</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><i>Never ending reframing</i></h4></div><div><div style="text-align: justify;">Bagaimana agar jenuh yang dirasakan tidak semakin meresahkan?</div><div style="text-align: justify;">Hadapi saja, jangan lari. <span style="background-color: #ffe599;">Sadari bahwa memang ini amanah yang tepat kita sandang. Saat ini, hanya kita-lah yang mampu melaksanakan amanah ini, orang lain tidak ada yang sanggup.</span> Potensi diri bisa melejit apabila kualitas kita pada saat mengeksekusi pekerjaan tetap terjaga. Ubah cara kita memandang pekerjaan yang saat ini disuguhkan. Benar saja, pekerjaan saya sekarang dipenuhi dengan pekerjaan administratif, mengulang pola yang sama setiap minggunya. Siapa yang tidak jenuh jika pekerjaan tersebut hanya sanggup dimaknai sebagaimana yang terlintas di depan mata?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">pekerjaan administratif, mana keren?</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Namun akan berbeda ketika saya mencoba menggali makna yang lebih dalam. Pekerjaan administratif inilah yang menjembatani pekerjaan-pekerjaan besar lainnya. Ketika berkas-berkas tagihan dieksekusi lebih cepat, tentu pekerjaan selainnya akan lebih lancar. Pekerjaan lapangan secara tidak langsung juga akan lebih cepat terselesaikan, sebab sudah tidak dipusingkan dengan administrasi yang tersendat. Listrik bisa dinikmati lebih cepat, sehingga kualitas dan taraf hidup pelanggan meningkat. Sumber daya manusia bisa lebih berdaya, hingga akhirnya Nusa Terang dan Tumbuh tidak hanya menjadi jargon semata. Wah, keren sekali pekerjaan saya iniiii :D</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dengan terus memandang jauh ke dalam dan melihat <i>impact</i> pekerjaan secara lebih luas, maka semoga saya dimampukan untuk jatuh cinta berulang kali terhadap pekerjaan yang sudah empat tahun saya lakoni. <span style="background-color: #fff2cc;">Jenuh tentu ada, namun jenuh yang bersahabat dengan peluh dan pemaknaan yang sungguh-sungguh tentu akan membuat diri kita semakin teduh.</span> Terima kasih ya Rabb, atas segala sesuatu yang tersuguh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Seni <i><b>reframing</b></i> kondisi. Tidak melulu yang ditangkap panca indera selalu kita artikan apa adanya. Kadang ia butuh pemaknaan jauh lebih besar dari apa yang sanggup dilihat mata telanjang. Saya mendapat ilmu ini dari kak Melinda Nurimanisa, ya Rabb, semoga Engkau jadikan ini ladang pahala untuk kak Mel.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tahun ke-empat, semoga menjadi tahun yang tepat untuk melesat.</div><div style="text-align: justify;">Tahun ke-empat, semoga menjadi tahun penuh manfaat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebab saya sadar, waktu hidup di dunia terlalu sia-sia jika hanya cemas menanti yang tak kunjung diberi. Berusaha menghidupi hari ini. Modal saya hanya hari ini. Memperbaiki diri dengan niat tulus karena Allah menyenangi hamba yang senantiasa memperbaiki dirinya, bukan untuk naik jabatan, bukan untuk naik gaji, apalagi mutasi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Dunia kerja, ruang kelas raksasa. Realita kehidupan manusia dewasa yang mendewasakan.</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selamat bertumbuh Aline dan sohibul korporat dimana pun kalian bekerja. Kamu hebat!</div>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-54092513410793702852021-08-06T21:23:00.001+07:002021-08-06T21:23:31.076+07:00Sebuah Naskah Gagal : Perempuan Berperan Bukan Baperan<p style="text-align: left;"></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: x-small;"><i>Halo </i>:D</span></div><i><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">Postingan kali ini saya gunakan untuk mengabadikan salah satu tulisan saya yang gagal menang di perlombaan internal kantor hehe. Semoga bermanfaat ya!</span></i></div><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i></div></i><p></p><p style="text-align: left;"><i><span></span></i></p><a name='more'></a><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">“<i>Alamak!</i>”
pekik diriku saat menaiki kendaraan roda dua dengan buru-buru. Butuh waktu
sekitar sepuluh menit versi santai untuk dapat selamat dari bom waktu yang
kuciptakan sendiri, tapi sekarang tak ada kata santai, waktuku tersisa lima
menit. Lima menit!<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sedikit
berlari kecil, mencoba tetap tenang padahal hati kocar-kacir. Kulangkahkan
kakiku masuk ke ruangan yang sering disebut Ruang KSA, iya, disana letak meja
kerjaku. Sesekali menyapa sesama rekan kerja sambil menahan malu. Halo
perkenalkan aku, perempuan usia dua puluh lima tahun dan kebiasaan terlambatnya
itu. Aku terlambat lagi. Memang benar, aku tidak akan diinterogasi panjang
lebar, kenapa aku terlambat atau kenapa sulit sekali bangun pagi, namun
perasaan bersalah dan tak enak hati tetap ada, tumbuh subur entah siapa yang
sengaja memberi pupuk disana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dari
sekian banyak rekan kerja di Ruang KSA, aku paling malu dengan satu rekan
kerjaku. Sebab eksistensinya di bumi tidak hanya sebagai pegawai kantoran namun
juga sebagai seorang ibu. <i>Yes, she is an incredible working mom and this
story belongs to her. </i><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Aku
bisa disebut manusia merdeka karena tidak memiliki terlalu banyak kewajiban di
luar pekerjaan. Seharusnya langkahku lebih gesit, potensi kontribusi untuk
pekerjaan lebih mudah digali, bekerja lebih giat atau menjadi pegawai yang
lebih taat. Namun nyatanya di poin ini aku tertinggal banyak sekali. Mari
kuajak menengok rekan kerjaku, sebut saja dia Jenifer. Kami sama-sama bekerja
selama delapan jam setiap hari. Namun yang membedakan adalah seusai bekerja aku
bebas melakukan apa saja, sedangkan dia harus berganti peran, masih belum usai
tugasnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Salah
satu tantangan bekerja di Perusahaan Listrik Negara adalah lokasi
penempatannya. Aku sempat khawatir, saat Jenifer datang kembali ke lokasi
penempatan kami setelah cuti melahirkannya usai. Menjadi ibu bekerja yang
terpisah jauh dari keluarga, di lokasi yang tidak biasa, bagaimana rasanya?
Baiklah lupakan soal perasaan, aku yakin kisah Jenifer ini banyak dialami oleh
perempuan di luar sana. Jenifer memang tidak sendiri. Namun melihat bagaimana
dia mengatur ritme hidupnya membuatku malu sendiri.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Kukira
akan banyak drama terlambat datang ke kantor seperti yang kerap aku alami.
Tentu mudah saja bagi Jenifer untuk berdalih, anakku rewel atau alasan lainnya,
namun kualitas rekan kerjaku itu ternyata jauuuh di atas rata-rata. Kewajiban
sebagai seorang ibu tak membuatnya melupakan kewajibannya sebagai seorang
pegawai. Amanah yang lebih dulu dia ambil, tentu diambil secara sadar tanpa
paksaan dan sebagai manusia dewasa, sudah sepantasnya tak menyalahkan ketetapan
yang disepakati di awal perjanjian kerja. PLN memilihmu karena kamu lebih dulu
memilih PLN, bukan sebaliknya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Tentu
saja di titik ini, kemampuannya untuk beradaptasi menjadi sangat diuji.
Bertambah peran, merubah kebiasaan, menyeimbangkan fokus tentu sudah menjadi
makanan sehari-hari. Tak pernah sekalipun kudengar dia menjadikan keberadaan
anak sebagai alasan untuk tidak produktif. Lantas apakah dia adalah ibu yang
buruk? Kurasa aku pun tak berhak menilai, sebab menjadi perempuan memang akan
selalu dibenturkan dengan pilihan yang seolah membatasi. Namun lihat saja,
rekanku yang satu ini bisa dan akan terus berusaha menjalaninya. Bukankah di
balik peran ganda, terdapat perjuangan yang sudah pasti ganda dan juga pahala
yang (semoga) lebih berlipat ganda?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bagaimana
Jenifer menjalani perannya memberi kesan tersendiri untukku. Pemantik di kala
diri merasa sudah cukup berkontribusi, pengingat di saat lupa dengan komitmen
yang sudah dibuat serta role model untuk selalu adaptif dalam segala kondisi.
Pernah suatu waktu aku membaca <i>Instagram story</i> milik rekanku yang lain
(yang juga seorang <i>working mom</i>), ia menyebutkan bahwa perusahaan berhak
mendapat kontribusi terbaik dari kita, pegawainya. Benar! Bukan sikap pegawai
berakhlak jika kita hanya setengah-setengah menjalankan peran. Beban dan bekal
memang harus seimbang, supaya lebih mudah dalam menuntaskan kewajiban. Jika
bebanmu banyak, maka pastikan bekalmu lebih banyak.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Terakhir,
ijinkan perempuan dua puluh lima tahun ini mengutip salah satu quotes yang ia
dengar dari podcast berjudul Ibu Sebagai Pekerja Sekaligus Sumber Bahagia
Keluarga, <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><i><span style="background-color: #fff2cc; font-family: "Myriad pro", serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">konsep
ibu adalah orang yang akan melakukan segala-galanya yang terbaik untuk
anak-anaknya</span></i><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="background-color: #fff2cc;">.</span><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Myriad pro",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ditulis
sebagai pengingat diri sendiri, supaya riuhnya kehidupan di luar meja kerja tak
membuat kontribusi di pekerjaan berkurang. Selamat Hari Listrik Nasional ke-75,
<i>dear Jenifer</i>.<o:p></o:p></span></p><br /><p></p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-40369348609987280972021-07-10T22:44:00.000+07:002021-07-10T22:44:03.447+07:00Mbah Uti dalam Ingatan<p> <span style="text-align: justify;">Innalillahi wainaillahi rojiun</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Akhirnya sampai juga di tanggal
yang selama ini dirahasiakan dan tertulis rapi di Lauful Mahfudz. Ya Allah,
lapangkanlah jalan mbah uti. Terima kasih telah memberi kami cukup banyak waku
untuk merasakan kasih sayang almarhumah. Hamba mengerti bahwa sejatinya inilah
yang terbaik. Mbah uti sudah lama merasakan sakit, sudah terlalu lama gusar dan
tidak tentram hatinya, Ya Rabb, terima kasih telah Kau angkat segala sakitnya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kukira akan mudah saja melalui
momen ini. Mendapat kabar siang tadi dari ibu di rumah, sedikit meninggalkan
rasa sedih. Hanya sedikit. Namun, entah mengapa memori masa kecil terputar
kembali, dengan begitu lancar, terlalu lancar. Lantas kesedihan itu muncul tak
terbendung, tersedu-sedu bukan main. Ya Robb begini rasanya memiliki padahal
tidak. Ya Robb segala yang ada di bumi adalah milikMu, kumohon berilah kami
kepekaan hati agar selalu bisa menjalani takdir-takdir indahMu dengan penuh
rasa syukur dan sabar.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mbah uti adalah sosok yang telah
memberi pengalaman masa kecil tak terlupakan. Seperti tradisi di keluarga jawa
pada umumnya, jika sang bapak dan ibu pergi bekerja, anak akan dititipkan pada
kakek neneknya. Aku bersyukur ya Rabb, karena masa kecilku indah sekali berkat
kehadiran mbah uti.<o:p></o:p></p>
<h4 style="text-align: justify;">Mbah Uti dan Makanan Kesukaan</h4><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mbah uti yang memperkenalkanku
pada ‘<i>Endog So’ </i>alias telur daun melinjo. <i>Godhong so</i> adalah
bahasa jawa dari daun melinjo. Kebetulan di depan rumah mbah uti ada tanah
lapang milik tetangga yang banyak tumbuh pohon melinjo. Mbah uti sering membuat
lauk telur didadar dengan irisan daun melinjo yang masih muda. Aku sering juga
diajak ‘berburu’ daun melinjo muda, di kebun tetangga, tapi sudah ijin hehe.
Padahal rasanya biasa saja, tapi telur so menjadi salah satu makanan kesukaanku
yang kala itu <i>picky</i> banget sama makanan. Pernah saking kangennya, aku
membuat telur so versiku sendiri. Tapi karena di Maumere susah mencari daun
melinjo, akhirnya kuganti dengan daun bayam :’( ya jelas beda rasanya hehe.
Tapi tidak apa, begitulah caraku mengobati sindrom rindu mbah uti.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Cara membuatnya mudah sekali,
tinggal siapkan telur, daun melinjo muda yang diiris tipis, dan garam.
Campurkan semuanya (dadar seperti biasa), lalu goreng dalam minyak panas.
Alhamdulillah obat rinduku mudah.<o:p></o:p></p>
<h4 style="text-align: justify;">Mbah Uti dan Tradisi</h4><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jikalau boleh mendeskrispikan
mbah uti, almarhumah (astaghfirullah masih berat rasanya sebutan ini) adalah
sosok yang sangat kejawen alias menjunjung tinggi adat tradisi turun temurun.
Ada banyak sekali kebiasaan-kebiasaan yang selalu mbah uti lakukan tiap minggunya.
Mbah uti lahir bukan dari keluarga agamis, jadi memang masih tercampur adat
tradisi jawa kental yang mbah uti yakini. Beberapa tradisi mbah uti yang
kuingat yaitu ziarah kubur setiap selasa atau kamis, membuat sesajen setiap
weton almarhum mbah kakung dan almarhumah mbah buyut. Ya memang dalam Islam
tidak boleh seperti itu, semoga Allah mengampuni ketidaktahuan mbah uti. Satu
hal yang kuyakini, meski tradisi-tradisi tersebut selalu rutin mbah uti jalani,
almarhumah tidak pernah memaksa anak dan cucunya untuk ikut-ikutan atau
meneruskan tradisi tersebut. Sungguh tak pernah beliau mewarisi semua itu.
Wallahualam bisawab. Lapangkanlah jalan mbah uti Ya Rabb.<o:p></o:p></p>
<h4 style="text-align: justify;">Kasih Sayang Mbah Uti</h4><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bagian ini adalah yang paling
sulit dilupakan. Mbah uti adalah sosok yang tidak pernah memarahiku. Tidak
pernah berkata kasar padaku. Mbah uti yang selalu memprioritaskan kebutuhan
orang-orang yang beliau sayang. Mungkin jika kuingat-ingat lagi, pelajaran
tentang kasih sayang dan kelembutan kuperoleh dan kupelajari dari mbah uti.
Beliau mencontohkan tanpa terlalu banyak teori. Bagaimana harus bersifat
sebagai seorang perempuan jawa yang penuh unggah-ungguh, beliau mencontohkan
semuanya. Mengingatkanku, mengajariku agar selalu menggunakan bahasa jawa halus
yang benar setiap kali berbicara dengan orang yang lebih tua. Membungkukkan
badan sedikit ketika melewati tetangga yang lebih tua. Memberi salam, memuji
dan berbasa-basi, kupelajari semua dari mbah uti. Mbah uti juga sering mengajakku
ke pasar, berbelanja sambil menawari aku mau jajan apa, hehe. Mbah uti terbaik.
<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mbah uti juga merupakan sosok
seorang istri yang sangaat menyayangi suami. Terbukti dari beberapa percakapan
kami, beliau menyelipkan cerita heroik mbah kakung. Berusaha agar cucunya ini
mengenal mbah kakungnya yang sudah lama tiada, jauh sebelum cucunya dilahirkan.
Tak pernah sekalipun mbah uti mengeluhkan hidup yang berat pasca ditinggal mbah
kakung. Selalu hanya cerita yang baik-baik saja yang beliau ceritakan. Padahal,
dari cerita bapak, hidup mbah uti sulit sekali setelah kepergian mbah kakung.
Dengan tujuh orang anak, tidak punya pendidikan yang baik, mbah uti harus
meneruskan perjuangan seorang diri. MashaAllah, ya Rabb, semoga Engkau
melapangkan jalan kuburNya. Mbah uti juga tak pernah absen ziarah kubur, dan
inilah momen yang kutunggu-tunggu setiap minggunya. Mbah uti telaten sekali
mengenalkanku pada nisan-nisan di sekitar mbah kakung. Entah itu saudara jauh,
tetangga atau siapapun, beliau menyempatkan untuk medoakan. <i>So sweet</i>
sekali mbah uti.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pernah kala itu mbah uti
menceritakan tentang salah satu saudara bapak, yang memang memiliki relasi yang
kurang baik dengan keluarga besar. Mbah uti selalu berusaha memberi pembelaan,
namun kadang ditangkap berbeda oleh anak-anaknya yang lain. Hingga kala itu
bercerita, pakdhe yang selama ini beliau bela, adalah yang paling rajin
menemani mbah uti memasak di dapur. Menemani mbah uti menyiapkan dagangan untuk
dijual, di saat anak-anaknya yang lain sibuk dengan urusan masing-masing. Mbah
uti menyayangi semua anak-anaknya tanpa terkecuali. Pun sama halnya dengan
cucu-cucu. Tak pernah aku pulang ke solo tanpa membawa apapun, mbah uti selalu
menyiapkan buah tangan. Jika pohon alpukat milik tetangga berbuah, mbah uti
selalu menyimpan beberapa untukku, hehe. Makasih mbah uti.<o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-TNT0h3yTmTMlGaxXrCHRg7v9s_yH1vkqyVaq-PJed9aic-dAUoyr08vEjxQlwe4LbFCT3a0Pp_UslJgb1apdlNgIl39piyW6t2BRn3NX4Hhb0Td3FSf5_ARnGY36xFabtUI0xAwXc34/s1263/Screenshot_20210710-210304.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1263" data-original-width="594" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-TNT0h3yTmTMlGaxXrCHRg7v9s_yH1vkqyVaq-PJed9aic-dAUoyr08vEjxQlwe4LbFCT3a0Pp_UslJgb1apdlNgIl39piyW6t2BRn3NX4Hhb0Td3FSf5_ARnGY36xFabtUI0xAwXc34/s320/Screenshot_20210710-210304.jpg" /></a></p>
<h4 style="text-align: justify;">Mbah Uti dan Permainan Masa Kecil</h4><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Permainan masa kecil yang paling
membekas di benakku adalah <i>‘Pasaran’</i> dan Boneka Kertas. <i>Pasaran</i>
alias bermain masak-masak selaluu menjadi permainan wajib saat aku menginap di
rumah mbah uti. Biasanya pagi menuju siang, mbah uti mengajakku ke kebun
tetangga untuk memetik beberapa bunga, daun atau tumbuh-tumbuhan unik lain,
sebagai bahan masakkan yang akan dieksekusi nanti, hehehe. Seru sekali, aku
mengumpulkan banyak bunga, ada juga gulma yang bentuknya seperti mie warna
kuning, daun-daun dengan bentuk lucu, dan masih banyak lagi. Setelah terkumpul,
kami kembali ke rumah dan bermain di pekarangan. Seolah-olah menjadi chef,
hahaha.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Permainan boneka kertas mirip
dengan permainan boneka barbie. Mengganti baju dan seolah-olah memiliki kehidupan,
tempat tidur, makan dan sebagainya. Namun, mbah uti membuatnya sendiri dari
kertas, benang dan sapu lidi, hehehe. Kalau dipikir-pikir, kreatif juga
simbahku ini. Permainan sederhana namun membekas luar biasa. Mbah uti, semoga
disana kamu bahagia ya mbah.<o:p></o:p></p>
<h4 style="text-align: justify;">Mbah uti dan Kebiasaan Baik</h4><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mungkin ini yang terakhir yang
sanggup kutuangkan dalam tulisan. Mbah uti merupakan perwujudan perempuan jawa
yang berhasil. Berhasil menjaga kebiasaan baik. Kami, cucu-cucunya yang
perempuan, selalu diminta untuk bangun pagi, mengerjakan pekerjaan rumah
seperti menyapu, mencuci, memasak, semua diajarkan kepada kami dengan penuh
lemah lembut. Alhasil aku pun tidak pernah merasa terpaksa melakukannya. Ada
juga momen dimana setiap pagi mbah uti mengingatkan untuk menyiapkan teh hangat
dan sarapan untuk bapak sebelum beraktifitas. Wajib perut terisi sebelum
meninggalkan rumah. Mbah uti juga selalu menjamu tamunya dengan baik,
memanggilku supaya segera menyiapkan teh dan kudapan untuk dihidangkan. Ah
rasanya semua unggah-ungguh aku pelajari dari beliau. Momen sebelum tidur pun
tak kalah asiknya. Mbah uti selalu tidur di depan televisi bersamaku, tanpa
kasur, hanya tumpukan kain agar tidak dingin. Begitu saja aku sudah tidur
nyenyak. Ya Rabb, lapangkanlah jalan mbah uti.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku bersyukur sekali, Allah
memberiku sosok seperti mbah uti. Meski di ujung usianya, aku tak bisa
berkontribusi banyak. Penyesalan terbesarku, astaghfirullah. Luangkan waktumu
untuk menjenguk orang-orang yang kamu sayangi, orang-orang yang menyayangimu,
agar tak menyesal karena terlambat menyadari betapa berharganya waktu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pinta mbah uti saat aku masih
kecil dulu sederhana sekali, “sesuk nek wes gedhe ngumbahke jarike mbah uti ya
nduk.” Atau dalam Bahasa Indonesia, “besok kalau sudah besar, cucikan kain
jarik mbah uti ya nduk.” Tapi apalah dayaku, saat aku besar malah merantau jauh
dan jarang sowan mbah uti.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Terkahir kali aku bertemu mbah
uti, Juni 2021 saat aku pulang kampung. Mbah uti sudah beberapa kali sakit,
sudah tidak bisa mengingat dengan baik, sudah berkurang pendengaran dan
penglihatannya, sudah sering meracau tak tentu topiknya. Kurus sekali, lebih
kurus dariku. Sedih rasanya melihat mbah uti sakit. Mungkin benar, ini yang
terbaik. Mbah uti berpesan lagi saat pertemuan terakhir kami, beliau berpesan supaya
aku bisa menjaga adik-adikku dan juga adik sepupuku. Beliau senang sekali saat
kuberitahu aku sudah punya rumah, punya kendaraan (padahal belum, hehe, untuk
menenangkan hatinya saja). Beliau juga mendoakan supaya aku lekas bertemu jodoh
yang baik, yang mempunyai pekerjaan yang baik. Ya Rabb, ampunilah segala dosa
dan kesalahan kami. Tak akan Kau timpakan sesuatu yang tak sanggup kami
tanggung.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Aku tidak tau pasti apakah mbah uti termasuk muslim
yang baik atau bukan, namun beliau adalah nenek yang baik, istri yang baik, ibu yang baik,
tetangga yang baik. Mbah uti, maafin aline, doakan aline semoga bisa mewujudkan
keinginan mbah uti. Semoga kami semua rukun, tidak berselisih, tidak melupakan
sifat-sifat baik yang mbah uti coba wariskan. Semoga mbah uti disayang Allah di
sana. Semoga bertemu dengan mbah kakung di sana. Semoga kita bertemu lagi nanti
ya mbah. Aline sayang sekali sama mbah uti, tak terbendung, tak terhitung, tak
berujung.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tenang di sana mbah uti. Mohon doa untuk mbah uti kami. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">10 Juli 2021.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm9ZkHpP1l36_4qk-075dW8YUMXsuYGkgKxSqG4I_icz-RMzO7bpJl_odvRy_YJvY8ToaZYFVQ0CCr2_3O_ebllWLMwhXBAJRmzZXbE5_PD1PDBq-vfytwHc0oNnN34J1S-8nMvbJQK4s/s808/WhatsApp+Image+2021-07-10+at+3.40.11+PM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="808" data-original-width="578" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm9ZkHpP1l36_4qk-075dW8YUMXsuYGkgKxSqG4I_icz-RMzO7bpJl_odvRy_YJvY8ToaZYFVQ0CCr2_3O_ebllWLMwhXBAJRmzZXbE5_PD1PDBq-vfytwHc0oNnN34J1S-8nMvbJQK4s/s320/WhatsApp+Image+2021-07-10+at+3.40.11+PM.jpeg" /></a> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /></div><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br /></p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-87853678036941060682021-06-19T21:23:00.000+07:002021-06-19T21:23:04.803+07:00Yang Tertinggal dari Quarter Life<p style="text-align: justify;">Jika Allah mengijinkan, saya akan genap berusia 26 di akhir bulan Juni kelak. <span></span></p><a name='more'></a>Saya sudah melewatinya, apa yang orang sebut <i>quarter life</i>, <i>but the crisis is still here</i>. Apa yang kiranya mampu saya tangkap selama 26 tahun hidup di dunia akan coba saya tuliskan disini. Setelah postingan terakhir saya di bulan Februari, nyatanya memaksa diri untuk giat menulis bukan hal yang mudah dan saya sering kalah.<p></p><p style="text-align: justify;">Ijinkan saya menuliskannya dengan pelan, hanya untuk diri saya sendiri. Apabila tulisan ini terbaca oleh rekan-rekan, maka sungguh itu hanyalah sebuah bonus. Sebab saya selalu meyakini, bahwa tulisan akan sampai ke tangan pembaca yang membutuhkan. Atas seijin Allah tentunya.</p><p style="text-align: justify;">Aline menuju dua puluh enam. Masih berkutat dengan dirinya sendiri, belum berdampak banyak. Entahlah, itu yang mampu saya tangkap. Aline belum berani menikah, belum berani memulai karir yang baru. Memangnya siapa yang menuntut Aline melakukan semua itu? <i>Aline is just a human being not a human-doing</i>. Tugasnya saat ini ya hanya menjalani peran yang tersaji.</p><p></p><div style="text-align: justify;">Aline membaca banyak buku. Sebagai pelampiasan sepi katanya, bukan kebutuhan akan literasi. Namun, siapa sangka, niat itu berubah sendiri. Tanpa buku, Aline tak akan memiliki pemikiran seeperti sekarang ini. Lewat tulisan ia belajar, mengenali dirinya sendiri, menerima segala takdir yang tersaji, menyadari statusnya sebagai hamba yang lemah, yang selalu butuh bimbingan dan pertolongan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lucu memang ketika kita harus mendeskripsikan diri kita sendiri. Apakah ini akan berlangsung objektif? Entahlah kita coba saja hehe.</div><p></p><p style="text-align: justify;">Jadi, apa yang sudah Aline dapatakan selama hidup 26 tahun di bumi yang maha luas ini?</p><h4 style="text-align: justify;">Iman kepada Qada dan Qadr adalah rukun iman paling sulit, perlu latihan setiap hari.</h4><div><div style="text-align: justify;">Apa yang membuat Aline merasa sedih tak berkesudahan? Pikirnya suatu waktu.</div><p style="text-align: justify;">Dia rajin membaca, mempunyai banyak teman meski jauh tak terkira, memiliki pekerjaan yang banyak diinginkan orang, keluarga yang masih lengkap dan sehat, apa kiranya yang membuat rasa sedih itu hadir? Perasaan iri yang menggelayuti, seolah semakin memperolok takdir yang sedang ia jalani. Aline, kenapa kamu sial sekali.</p><p style="text-align: justify;">Ternyata ada palung besar di dalam hatinya. Ia belajar namun tak menemukan jawaban. Hingga suatu hari Allah ijinkan jawaban itu mendekati. Ia tak punya pengetahuan yang komprehensif tentang makna Qada dan Qadr. Jika mengetahui secara pasti saja tidak dilakukan, maka jangan harap iman itu datang. Semua butuh waktu, merangkai <i>puzzle</i> yang berserakan. Qada dan Qadr sungguh dekat sekali dengannya. Hidup yang sedang ia jalani, peran yang sedang ia hidupi, tertulis rapi sesuai kehendak Illahi. Selesai sudah semua kesedihan.</p></div><p style="text-align: justify;">Aline akhirnya menyadari, segala ketetapan yang tepat sudah menyertai sejak ia dilahirkan ke bumi. Hasil yang ia nikmati saat ini, tidak akan pernah cukup untuk memenuhi segala hasrat duniawi. Namun selalu cukup apabila selalu disyukuri tanpa tapi. "Bukan pada jumlahnya namun berkahnya", kata-katanya yang selalu diulang setiap hari.</p><div style="text-align: justify;">Beriman pada Qada dan Qadr bukan perkara mudah, itulah mengapa hadiahnya surga. Kalau mudah ya gak akan dapat hadiah.</div><h4 style="text-align: justify;">Pengetahuan manusia sangat terbatas.</h4><blockquote style="border: none; margin: 0px 0px 0px 40px; padding: 0px; text-align: justify;"><i>Lihat segalanya lebih dekat dan ku bisa menilai lebih bijaksana. - Sherina Munaf</i></blockquote><p style="text-align: justify;">Lirik lagu yang sering sekali didengungkan Aline pada saat ia kebingungan dengan apa yang sedang menimpanya. Manusia dengan segala angan dan asanya, memiliki banyak sekali keterbatasan. Termasuk di ranah pengetahuan. Ada sunatullah yanng membuat segala sesuatunya dapat dengan mudah dicerna. Jika melakukan A maka B. Namun terkadang, hasil B inilah yang memiliki makna beragam. Ia sering salah mengartikan maksud Allah memberikan B untuk dirinya.</p><p style="text-align: justify;">Seperti saat ia berusaha menerima segala ketetapan yang tersaji, kadang masih sulit hatinya untuk mematuhi teori yang diyakini. <span style="background-color: #fce5cd;">Nyatanya, sesuatu yang tidak diberikan untuknya memang bukan sesuatu yang ia butuhkan. Buktinya, segala angan yang tidak kejadian merupakan jawaban akan pilihan yang lebih tepat untuk disandang. Ia manusia biasa, yang terbatas pengetahuannya. Merasa hidup tidak adil padahal kesadarannya yang masih kerdil.</span></p><p style="text-align: justify;">Namun sekarang sudah membuka lebar mata tak hanya indra namun juga mata batin. Manusia terbatas pengetahuannya, tak mampu menembus dimensi Sang Khaliq. Untuk itu selalu dengan rendah hati, ia memohon bimbingan dari Yang Maha Kuasa, untuk selalu diberi petunjuk yang bukan bertujuan untuk menyombongkan diri karena lebih pintar dari orang lain namun demi memperoleh ketentraman hati. Sebab semua bisa berjalan beriringan, logika dan rasa. Letakkan semua pada tempat yang seharusnya.</p><h4 style="text-align: justify;">Tak akan pernah bisa menyenangkan semua orang.</h4><p style="text-align: justify;">Aline pernah merasakan pahitnya tidak punya teman. Mungkin itulah mengapa ia selalu berusaha menyenangkan orang lain agar ia tidak ditinggalkan. Bukan hal yang buruk memang, namun melelahkan. Akan ada satu titik batas kesabaran dan kesadaran yang memunculkan sifat aslinya. Bagaimana ketulusan bisa hadir bila bersumber dari ketakutan?</p><p style="text-align: justify;">Ia memutuskan untuk menjadi seapa-adanya diri. Tak sanggup meladeni segala kisi-kisi yang harus dipenuhi untuk menyenangkan hati manusia lain. <i>Friendship is a voluntary bounding</i>, kecamnya suatu waktu. Mengancam diri sendiri untuk mampu memahami, tak semua hal wajib kita kuasai. Bukankah kita adalah magnet yang akan menarik rekan-rekan satu frekuensi? Bukankah ada Allah yang selalu menjadi teman sejati? Bukankah ada malaikat Raqib dan Atid yang selalu mengawasi? Aline sadar, ia tak pernah sendiri.</p><h4 style="text-align: justify;">Dunia yang fana selalu menilai hasil, namun Allah menilai proses.</h4><p style="text-align: justify;">Dalam dunia korporasi yang menuntut performa tinggi, Aline merasa keadilan sering tidak hadir menyertai. Ia telah bekerja lebih keras dan lebih baik namun nilai yang didapat tidak pernah lebih tinggi. Nilainya di mata dunia selalu biasa-biasa saja, bahkan pernah anjlok tak ada harganya. Saking seringnya mendapat <i>feedback</i> yang buruk, ia merasa tak perlulah memberikan usaha maksimal. Setelah menjalani hari dengan <i>effort</i> biasa-biasa saja, ia mulai menyadari bahwa ketentraman hatinya ikut menyingkir seiring dengan usahanya yang minim. <i>Feedback</i> tetap buruk dan batin yang tak pernah terpuaskan.</p><p style="text-align: justify;">Lantas ia menyadari, bahwa sebaik-baiknya apresiasi adalah apresiasi dari penduduk langit, bukan penduduk bumi. Bagaimana mungkin ia hanya menggantungkan nilai diri pada penilaian manusia yang terbatas pengetahuannya? Manusia tentu hanya mampu melihat hasil, sebab mereka tak memiliki sistem penilaian paripurna selayaknya sistem yang dimiliki malaikat Raqib dan Atid, selalu mencatat 24 x 7 tanpa absen. Tak pernah menghiraukan hasil, sebab hasil sudah dijamin. Aline akhirnya memahami, bahwa prosesnya lah yang harus ia maksimalkan. Bahwa akumulasi kerja keras tak harus dinikmati hasilnya saat ini, bisa jadi menjadi tabungan yang akan dinikmati nanti.</p><p style="text-align: justify;">Manusia sejatinya sedang menabung amal dan perbuatan baik, selain itu tak adalah artinya berlelah-lelah di dunia.</p><h4 style="text-align: justify;">Menikah, berkeluarga dan punya rumah sawah mobil mewah, bukan tujuan namun sarana.</h4><p style="text-align: justify;">Pertanyaan yang kerap menghantui kepalanya yang kecil adalah bagaimana kelak ia akan menjalani kehidupan?</p><p style="text-align: justify;">Ketakutan yang ia pelihara ternyata menjadi gemuk dan mulai meresahkan. Masa lalunya memang tidak ideal, penuh kenangan yang sulit dilupakan. Ia takut semuanya terulang kembali. Perasaan sedih, perasaan tidak berdaya, perasaan ditinggalkan, perasaan takut, masih terngiang jelas. Sudah coba untuk dikupas namun mungkin memang mereka ingin tinggal lebih lama. Hanya saja Aline berusaha membuatnya sebagai pengingat diri. Cukup sebagai pengingat diri. </p><p style="text-align: justify;">Kenangan akan perasaan buruk tersebut hadir bukan untuk menjadi penghalang langkah, namun sebaliknya, menjadi reminder yang akan selalu mengingatkan akan pentingnya kerja keras yang dibarengi dengan perasaan cukup. Tanpa kerja keras, akan sulit melunakkan dunia. Tanpa perasaan cukup, akan sulit memenuhi hasrat keduniaan yang selalu fana.</p><p style="text-align: justify;">Tujuan hidupnya bukan lagi menikah, berkeluarga, punya rumah sawah dan mobil mewah, sebab itu bukan jaminan bahagia. Meski terkadang terbersit keinginan untuk memiliki, selalu berusaha ia pagari dengan pemahaman bahwa selayaknya sarana, mereka berhak diperjuangkan namun tak didapat pun tidak mengapa. Menjadi seseorang yang sukses dunia akhirat di jalan yang diridhoi Allah, mungkin begitulah life goal-nya saat ini. Ayo pembaca bantu amin-kan hehe.</p><h4 style="text-align: justify;">Mendengarkan podcast adalah jalan ninja yang menyenangkan untuk ditempuh.</h4><p style="text-align: justify;">Hobi baru Aline selain membaca buku adalah mendengarkan podcast. Favoritnya adalah Thirty Days of Lunch, Endgame by Gita Wirjawan, Faithamins Podcast, dan masih banyak lagi. Genre-nya gak jauh-jauh dari self improvement dan religi. Wah, kenapa hidupnya terlalu kaku. Barangkali, selera humornya ada di tempat lain hehe. Selamat menyelami kesukaan saat ini, Lin! Jangan hiraukan omongan orang tentang dirimu yang sedang berproses.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p style="text-align: left;"></p><div style="text-align: justify;">Mungkin itulah beberapa yang sanggup saya tulis hari ini. Tak akan menjadikan usia sebagai patokan, namun tentu saya butuh parameter sejauh mana saya sudah berkembang. Jika menilik ke belakang, tentu sudah banyak yang berhasil dilakukan. Dan semoga Allah memberi kesempatan kepada saya untuk melakukan lebih banyak lagi, di dunia yang fana ini, di waktu yang sempit ini.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semangat untuk kita semua. Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah!</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p></p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-80061966292298171202021-02-07T15:49:00.007+07:002021-02-07T15:51:49.705+07:00Insight : Sebelum Membeli Rumah Pertamamu<h4 style="text-align: justify;"> <i>Home is where the heart is.</i></h4><div style="text-align: justify;">Rumah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia setelah sandang dan pangan. <i>Well</i>, dewasa ini semakin memahami hakikat kebutuhan pokok, yang tentu saja tanpanya akan membuat kita kerepotan. Selain itu memahami pula bahwa sejatinya segala sesuatu terkait kebutuhan pokok dapat dipenuhi tanpa harus memiliki objek seutuhnya. Nah, terkadang disitulah letak masalahnya. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Rumah yang selama ini saya tinggali cukup disebut sebagai komponen kebutuhan pokok yang sangat primer, hehe. Cukup untuk berteduh di kala panas dan hujan. Cukup untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang membutuhkan privasi, seperti mandi, tidur dan bersantai sambil menonton televisi. Cukup, menjadi kata yang sangat mewakili.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div><div style="text-align: justify;">Dulu tak pernah terpikirkan ternyata memiliki rumah butuh <i>effort</i> gedhe hehehe. Setelah beranjak dewasa (serius udah dewasa?) dan berkutat dalam circle pergaulan yang menjunjung tinggi pencapaian, memiliki rumah menjadi lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan pokok. Tentu saja jika orientasinya hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok, rumah seperti rumah orang tua saya juga sudah cukup mewakili, atau rumah yang disewa untuk hunian sementara, cukup mewakili tentu saja. Entah mengapa rasanya kebutuhan untuk memiliki hunian bergeser dari kebutuhan primer menjadi kebutuhan tersier, engap sekali untuk dipenuhi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ketakutan akan kurangnya sumber daya untuk memiliki hunian tercermin dari historis <i>You Tube</i> saya, yang ternyata menampilkan pencarian tentang <i>"Tips Menabung untuk Membeli Rumah", "Membeli Hunian Sebelum Usia Tiga Puluh Tahun, Mungkinkah?"</i>, <i>"Kupas Tuntas Kredit Kepemilikan Rumah"</i> dan lain sebagainya, hehe lucu juga ya. saya geli sendiri ketika mengingatnya. Sebab sudah banyak <i>search</i> sana-sini namun tak kunjung memulai langkah realisasi.</div></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hingga akhirnya saya mendapati webinar keren yang diadakan oleh <i>Career Class </i>tentang kiat-kiat memiliki hunian. Awalnya, yang membuat saya tertarik adalah dari pemilihan judul, Rumah dalam Rumah Tangga, hehe keren gak tuh. Iya paham, saya belum berumah tangga, ini sebagai ikhtiar persiapan memiliki hunian sekaligus berumah tangga hehe. Saya akan mencoba menuliskan <i>insight</i> yang saya dapat dari webinar yang saya ikuti setahun yang lalu, semoga Allah memampukan.</div><h4 style="text-align: justify;"><i>Our Dilemma(s)</i></h4><div style="text-align: justify;">Berangkat dari isu <i>our dilemma(s) </i>yang kerap terjadi ketika kita akan mempersiapkan hunian, yaitu (1) Membeli rumah hanya "satu kali" karena termasuk aset tetap yang membutuhkan nilai investasi yang besar dan (2) Nyatanya, kita harus bekerja keras sebelum dan sesudah membeli rumah karena seperti aset tetap lainnya, rumah juga butuh biaya perawatan serta akan terdepresiasi sepanjang tahun pemakaian. Dilema ini nyata adanya namun kita tak boleh terus menerus terpaku disana.</div><div><h4 style="text-align: justify;"><i>Asset or Expense ?</i></h4><div style="text-align: justify;">Lantas ada hal lain yang lebih menarik, bisa saja ketika kita memutuskan untuk membeli hunian dengan sistem kredit seperti menggunakan alternatif Kredit Pemilikan Rumah (KPR) rumah yang kita beli bisa menjadi beban bukan aset. Tentu saja hal tersebut tidak bisa dipukul rata alias menyimpulkan ketika kita memilih KPR, otomatis rumah yang kita beli adalah beban. Hal tersebut terjadi apabila kita tidak menyesuaikan kemampuan finansial kita dengan cicilan KPR yang kita pilih. Ingat ya, setelah kepemilikan rumah pun akan muncul banyak biaya. Renungkan dan tanyakan kepada diri sebelum memutuskan membeli rumah.</div></div><h4 style="text-align: justify;"><i>Research Housing for Millennial</i></h4><div style="text-align: justify;">Nah di bagian ini kami diajak menggali errr lebih tepatnya melihat realita yang ada hehe, berapa sih budget yang diperlukan untuk memiliki hunian hingga benar-benar siap huni. Tentu saja tidak hanya sekedar harga tanah per meter persegi namun juga biaya legal dan administrasi yang tersembunyi di dalamnya. Waktu itu kami disuguhkan sample harga hunian di Tangerang, Banten, yang harganya (bagi saya) cukup membuat selera makan hilang. Ah, tapi ingat ya jangan berputus asa dari rahmat Allah. Melakukan riset bukan untuk membuat diri kita menjadi minder namun malah sebagai lecutan semangat dan gambaran riil agar ikhtiar kita senantiasa terarah. Oh ya, cara melakukan <i>research</i> mandiri memang gampang-gampang susah. Terkait harga, sangat bergantung pada lokasi sehingga tidak ada pakem atau standar yang pasti. Apabila kita ingin membangun sendiri rumah kita, disarankan untuk memakai jasa arsitek, agar lebih terarah dan hasilnya maksimal. Untuk panduan melihat biaya rumah dengan jasa arsitek kita dapat mempelajari Buku Merah IAI. Wah, benar memang membeli rumah itu seperti mencari jodoh. <i>Fix, no debate! <br /></i><h4><i>Personal Choice</i></h4><div>Ada banyak alternatif dalam memiliki rumah tinggal dan yang sering dijadikan perdebatan serta perundingan tiada ujung adalah lebih baik membeli atau menyewa? Tentu saja tidak ada jawaban benar dan salah untuk pertanyaan tersebut. Semua kembali pada pilihan masing-masing individu. Supaya tidak terlampau bingung, hal-hal berikut ini bisa dijadikan pertimbangan :</div><div><ul><li><i>Focus on your career first</i>. Kalau memulai bisnis, ya mulai saja dulu serta pastikan sudah tersistem dan secure dengan baik.</li><li>Baru mencari rumah yang cocok.</li><li>Itupun, minimal 2-3 tahun minimal sudah tinggal di tempat tersebut untuk merasakan tinggal dan hidup disana. Sebab harus yakin dengan tetangga dan masyarakat sekitar.</li><li>Lakukan riset mendalam terkait hunian yang akan ditinggali.</li><li>Sesuaikan dengan <i>career / business plan</i>, apakah yakin akan tinggal disitu untuk tahun-tahun mendatang.</li><li><i>Do your own research</i> dan tetap semangat.</li></ul><div>Nah, sebagai tips tambahan, kita bisa menggunakan <i>Rent vs Buy Calculator</i> yang diinisiasi oleh <i>New York Times</i> (bisa cari di google ya). Namun perlu dipersiapkan dahulu rincian terkait harga rumah dan biaya-biaya lain untuk dapat menentukan hasil <i>rent vs buy</i> ini. Kira-kira seperti ini tampilan hasilnya,</div></div><div><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKE6xITHwmbumshyphenhyphena0rhDBIOVseLx188J6zYml3OU_6oNGGoVqKvQv5beiybr6ifSBhxmXlRBAgAQyBeD4BrR4SxyDWcJQOE-wVLgAR-9lvyABmMP46E6nWMPMn7v65p3EFvq_Dyp3_vQ/s578/Capture.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="578" data-original-width="464" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKE6xITHwmbumshyphenhyphena0rhDBIOVseLx188J6zYml3OU_6oNGGoVqKvQv5beiybr6ifSBhxmXlRBAgAQyBeD4BrR4SxyDWcJQOE-wVLgAR-9lvyABmMP46E6nWMPMn7v65p3EFvq_Dyp3_vQ/w257-h320/Capture.JPG" title="Rent vs Buy Calculator by NYT" width="257" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="font-size: x-small;">Rent vs Buy Calculator by NYT</span></i></td></tr></tbody></table><div><br /><br /></div><h4><i>Home for Nomad Worker</i></h4><div>Topik yang satu ini memang bukan topik ideal, sebab tidak semua pekerjaan menuntut mutasi dan rotasi di kota yang berbeda setiap jangka waktu tertentu. Namun, isu ini erat kaitannya dengan saya pribadi. Memang menjadi pekerja yang terikat ikatan dinas membuat tidak leluasa dalam kepemilikan hunian. Berikut beberapa tips bagi pekerja nomaden seperti saya ini dalam kepemilikan hunian :</div><div><ul><li>Pastikan rumah sebagai aset bukan beban.</li><li>Pastikan cash flow mampu mencukupi dapur yang terpisah (bagi yang menjalani <i>Long Distance Marriage</i>).</li><li>Pentingnya memiliki kas saat ini.</li><li>Hitung perbandingan antara menyewa dan membeli, sebab menyewa pun tetap ada <i>cost</i> sehingga tidak boleh buru-buru menyimpulkan.</li><li>Alokasikan uang untuk investasi saja apabila belum tetap karirnya.</li></ul><h4><i>Hidden Cost Rumah</i></h4></div><div>Terakhir, kami diberi beberapa gambaran terkait <i>hidden cost</i> yang akan ditanggung pembeli saat membeli rumah. Jangan kaget ya memang sebanyak itu hehe. Namun, perlu diketahui bahwa <i>hidden cost</i> ini sangat bergantung pada kebijakan tiap daerah serta sistem pembiayaan yang dipilih.</div><div><ul><li>Biaya Bank</li><li>Biaya Appraisal</li><li>Biaya Administrasi</li><li>Biaya Provisi</li><li>Biaya Pajak</li><li>Biaya / beban rumah setelah ditinggali (PBB, <i>maintenance</i>, dll)</li></ul><div>Dengan sudah disampaikannya beberapa fakta mengenai kepemilikan hunian, tentu langkah selanjutnya adalah mempersiapkan sumber dana. Di tahap ini, memiliki rencana keuangan menjadi hal yang penting dan harus dilakukan. Tak apa jika proses kita lebih lambat dari yang lain, asal tidak buru-buru dan setiap pilihan mampu kita pertanggung jawabkan. Tak lupa, ingin memperkenalkan pemateri dari webinar Rumah dalam Rumah Tangga yang berhasil memaparkan materi dengan sangat ciamik, yaitu Bapak Retas Amjad selaku CEO Shirvano Consulting. Semoga ilmu yang dibagikan membuka pintu keberkahan, aamiin.</div></div><div><br /></div><div>Terakhir, ijinkan saya mengutip salah satu <i>statement</i> dari Ibu Elita (salah satu inspirator di PLN) yang saya baca di <i>instagram story</i> beliau,<br /><blockquote><span style="background-color: #eeeeee;"><i>A goal is a dream with deadline</i>. Impian dan cita-cita kita itu bisa terwujud bukan karena "kita", itu kerja tim. Antara kita, Tuhan dan semesta. Tugas kita berjuang dan melakukan langkah-langkah kecil yang bermakna serta mengarahkan kita semakin dekat ke impian kita. Berjuang itu bukan cuma melakukan upaya fisik. Usaha batin seperti berdoa dan meminta pada Tuhan adalah bagian utama dari perjuangan.</span></blockquote><p><i>Barakallah</i> bu :)</p><p>Semoga suatu saat kita bisa mencapai impian itu, memiliki rumah beserta kehangatan di dalamnya.<br /><i>Fighting!!!</i></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_kwa5Ko7aVRbqX5ibM4SvaUdBMEvF-8QaFw58ph_FlOdOe_YgIjj8XJmuSspo1XSyl7XcUH1hmc0mrIoGVnfoMAoKh0hq6KBP7X_NUtZKgfSkP5Nt32uSBTeuUKYT296OEaQ22he1Bbg/s1280/WhatsApp+Image+2021-02-06+at+3.47.13+PM.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="1280" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_kwa5Ko7aVRbqX5ibM4SvaUdBMEvF-8QaFw58ph_FlOdOe_YgIjj8XJmuSspo1XSyl7XcUH1hmc0mrIoGVnfoMAoKh0hq6KBP7X_NUtZKgfSkP5Nt32uSBTeuUKYT296OEaQ22he1Bbg/w400-h200/WhatsApp+Image+2021-02-06+at+3.47.13+PM.jpeg" width="400" /></a></div><br /><p><br /></p></div></div>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-68171193489771489732020-08-14T21:29:00.004+07:002020-08-14T21:29:57.293+07:00Boba : Bulir-Bulir Bahagia<p style="text-align: justify;">Jumat malam kali ini riuh, riuh karena suara hujan.</p><p style="text-align: justify;">Tak hanya riuh namun juga teduh. Sekali hujan datang, panas hasil akumulasi siang tadi hilang tak bersisa. Sejenak teringat masa-masa dimana aku menantikan hujan. Hujan yang ditunggu-tunggu kedatangannya kadang malah tak kunjung datang. Menyebalkan. Sedang tadi, ketika aku sedang melahap boba pertamaku, hujan datang tanpa rasa bersalah. Boba pertamaku, dingin di luar dan di dalam.</p><p style="text-align: justify;">Apakah sebal? tidak juga. Bobaku dingin, badanku dingin, bagian bawah celanaku basah, tapi tak sedikit pun ada perasaan resah. Aku menikmati semuanya, bersama seseorang. Seseorang yang hampir selalu ada di momentum pertamaku mencoba sesuatu. Termasuk si boba tadi. Silahkan hujan sederas-derasnya, aku tetap bahagia, hehehehe.</p><p style="text-align: justify;">Apakah ini penting untuk diceritakan? tentu saja, hahahaha. Sebagai pengingat betapa hal-hal yang seharusnya menyebalkan bisa menjadi yah-nggak-se-menyebalkan-itu kok, tergantung pada dengan siapa kita berada hahaha. <b>Bahagia itu memang benar-benar sederhana, asal kita memilih bahagia pada hal-hal yang sederhana</b>.</p><p style="text-align: justify;">Sederhana-kan bahagiamu.</p><p style="text-align: justify;"><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiACMHV3P_tVG10hFzyDZrLWy0TFCblELD3ze9heYvcUStFpXhf9PQCDY1R-DnINoaO0SYAV_traH9G3iANoBkINA36BpHLCCO4DVCCM5IyVo7G9JSFp6Fnl9vsB20YD-KpCC4PlJtC60A/s1039/WhatsApp+Image+2020-08-14+at+8.08.56+PM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="519" data-original-width="1039" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiACMHV3P_tVG10hFzyDZrLWy0TFCblELD3ze9heYvcUStFpXhf9PQCDY1R-DnINoaO0SYAV_traH9G3iANoBkINA36BpHLCCO4DVCCM5IyVo7G9JSFp6Fnl9vsB20YD-KpCC4PlJtC60A/s640/WhatsApp+Image+2020-08-14+at+8.08.56+PM.jpeg" width="640" /></a></div><p style="text-align: justify;"><br /></p>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-78772483937288447292020-07-18T07:24:00.000+07:002020-07-18T07:24:04.689+07:00Merayakan Keteledoran<div style="text-align: justify;"><b><i><blockquote>Di balik orang yang teledor, ada potensi menjadi orang baik.</blockquote></i></b></div><div style="text-align: justify;">Sengaja menjadikan kalimat yang kontradiktif sebagai pembuka postingan kali ini. Maksudnya apa sih, di balik orang yang teledor kok bisa ada potensi menjadi orang baik?</div><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya akan menceritakan tentang diri saya, yang teledor dan pelupa. Bukan sifat unggulan memang, tapi terlalu berkesan bagi saya pribadi untuk tidak diceritakan. Ya, saya akan menceritakan kejadian yang bisa saja menjadi sebuah pengalaman buruk namun atas kebaikan beberapa orang, berubah menjadi pengalaman baik yang akan selalu saya kenang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya adalah manusia teledor abad 21. Sering lupa menaruh barangnya dimana. Sering bingung karena tidak ingat meletakkan sesuatu, entah dimana kadang hanya saya si teledor dan Allah yang tahu, hehehe. Sungguh merepotkan ya, ketika ada saya di hidup dan kehidupan kalian hehehe.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Suatu waktu, di tahun 2019, sepulang saya bekerja, matahari masih nampak sedikit. Senja menuju maghrib, saya putuskan untuk mampir ke salah satu swalayan kenamaan di Maumere. Tempat dimana saya selalu merasa senang meski hanya datang melihat-lihat, mengingatkan saya pada keseruan belanja di tanah kelahiran, aduh rindunya. Seperti biasanya, saya masuk ke dalam, memilih apa yang hendak saya beli, membayar di kasir, kemudian keluar untuk membayar parkir.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sesampainya saya di atas motor, kang parkir datang menghampiri. Saya tidak curiga, karena memang begitulah SOP-nya. Saya sudah menyiapkan selembar dua ribu Rupiah untuk jasa kang parkir dan bersiap untuk menerima seribu Rupiah kelebihan pembayaran. Iya, di Maumere tarif parkir cuma seribu, ramah ya. <br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Anehnya, kang parkir memasang raut muka serius, sedikit heran karena tak seperti bisanya. Lantas ketika kang parkir sudah di depan motor, beliau berkata,<br />"Nona, ini nona pung <i>handphone</i> kah?", sambil menunjukkan <i>smartphone</i> ASUS yang case-nya sudah buluk. Astagaaa, saya menepuk jidat, sambil tertawa, tanpa penyesalan. Iya, kang parkir mengkonfirmasi apakah <i>handphone</i> yang sedang ia bawa adalah benar milik saya.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Saya lihat di <i>dashbor</i> Nona pung motor, saya simpan." katanya sambil menyerahkan ASUS dan tertawa.<br />"Tidak ingat kah tertinggal disitu? Lain kali hati-hati e nona."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya berucap terima kasih, tak terhitung jumlahnya. Untung beliau baik budi pekertinya, tidak silau akan harta dunia, yah meski ASUS yang saya miliki jauh dari spesifikasi barang mewah, tapi kan tetep bisa dijual hehehehe.<br /><br />Saya kemudian menyerahkan uang dua ribuan yang sudah saya siapkan tadi.<br />"Tidak usah kembalian om, terima kasih banyak ya om. Semoga Tuhan yang balas." ucap saya mantap. Tuhan pasti menyaksikan dan sudah merencanakan hal baik untuk kang parkir yang sangat baik. Ya Allah, berilah selalu limpahan rizki dan kesehatan untuk beliau.<br /><br />Lantas saya berfikir, lewat keteledoran saya, manusia lain bisa beramal, hehehe ngeles.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cerita lainnya, masih terjadi di tahun 2019. Waktu itu di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Saya dan rombongan kerbau sedang bersiap menuju ke Gate 4 kalau tidak salah, untuk segera naik ke pesawat tujuan Jogjakarta. Kami hendak menghadiri pesta pernikahan salah satu rekan kerja kami di Surakarta.<br /><br />Saya sudah mengambil antrian untuk pengecekan <i>boarding pass</i>, namun sesuatu menyadarkan saya. ASUS saya manaaaa???? Saya panik, menyadari <i>smartphone</i> saya tidak ada di saku celana, di dalam tas, di dalam plastik Bali Banana juga tidak ada. Saya ingat ingat dan ingat lagi, aduh, tertinggal di <i>Lounge</i>. Tentu tidak ada waktu untuk misuh-misuh. Segera saya menitipkan si Bali Banana, yang cukup banyak dan berat itu, pada salah satu anggota rombongan kerbau. Sambil dimaki-maki tentu saja, sahabat-sahabat saya itu memang menunjukkan rasa kasih sayangnya dengan marah-marah.<br /><br />Lari secepat dan segesit yang saya bisa. Sampai di pintu belakang <i>Lounge</i>, saya meminta ijin kepada mbak penjaga untuk bisa diberi akses <i>free pass</i>.<i> </i>Masih ngos-ngosan, saya memberi penjelasan bahwa <i>smartphone</i> saya satu-satunya ketinggalan di dalam. Si mbak yang sangat cantik dan baik itu akhirnya mempersilahkan masuk tanpa pikir panjang. Saya melompat ke arah kursi yang tadi saya duduki. Lega rasanya, melihat ASUS masih ada disana, tergeletak dengan charger yang masih terpasang.<br /><br />Saya segera mengambilnya dan lari ke arah mbak yang baik tadi sambil mengucapkan terima kasih. Si mbak melihat saya dengan mimik muka iba. Bagaimana tidak, saya keringetan padahal Bandara Ngurah Rai dinginnya seperti rumah Suku Eskimo. <i>Well</i>, Tuhan menyelamatkan saya dari kehilangan ASUS dan dari potensi ketinggalan pesawat.<br /><br />Begitulah sebagian kisah saya tentang eksistensi kebaikan. Kecil namun berarti besar untuk saya. Sebuah peringatan bagi saya untuk segera meminimalisir sifat ceroboh dan memperbanyak sifat baik, namun sulit heheheh.<br /><br />Sekian cerita tentang merayakan keteledoran. Ada orang baik yang selalu merepresentasikan Pencipta yang tak kalah baik.<br /><br />Semua orang punya bakat menjadi baik.<br /><br />Salam,<br />Alinea.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2bcQh3cYmzyWdyiFAy-ZtBOKOZO9nTSkE43Bh__Q0g5Bhu_RFT9H7SJsQFXlFDJc2EPv7eITouBJm1itgwnBO7nNtKub9hByVqNr9bdqRV4TRi2H03cdiDHhLkwCkSsVaOu8oxZe-hoQ/s2048/2017-09-01+07.20.04+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1152" data-original-width="2048" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2bcQh3cYmzyWdyiFAy-ZtBOKOZO9nTSkE43Bh__Q0g5Bhu_RFT9H7SJsQFXlFDJc2EPv7eITouBJm1itgwnBO7nNtKub9hByVqNr9bdqRV4TRi2H03cdiDHhLkwCkSsVaOu8oxZe-hoQ/s320/2017-09-01+07.20.04+1.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-211954024340433472020-03-15T14:21:00.003+07:002020-05-03T18:41:18.143+07:00Prepare My Own Meals<div style="text-align: justify;">
<i>Long time no see, guys!!! </i><br />
<i>I hope in 2020, you can get closer to your dream and please stay health, Covid-19 still popular till now on.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Menginjak 2020, tahun ketiga-ku bekerja dan tahun ke-empatku mencari rejeki di Nusa Tenggara Timur, ternyata Tuhan masih menginginkanku belajar di Maumere. Sejujurnya kembali menulis disini terasa sedikit sulit, setelah terakhir aku menge-post ceritaku di bulan November 2019. Tentu saja, aku masih suka menulis, sebab menulis itu menyenangkan dan melegakan. Tapi memang terlalu banyak pilihan <i>paltform </i>yang semuanya pun menyenangkan (semoga sama baiknya), untuk sekedar menulis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Long short story, you can easily find my activity on my instagram account <a href="https://www.instagram.com/alinealfi/" target="_blank">here</a> and hopefully you can find some advantageous </i><i><i>thing there</i>, hihihi</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Well, seperti judul yang kusematkan, aku ingin memperkenalkan hobi(?), yah hobi baruku. Sebenarnya aku sendiri kurang yakin apakah aktivitas ini sudah masuk di kategori hobi atau belum.<br />
<br />
Memasak, yap. Cukup mengherankan memang mengingat rekam jejakku yang jauh sekali dari kata me-ma-sak. Aline nggak pernah ngerti cara berperilaku di dapur. <i>Kitchen is just kitchen, until you try to cook, it becomes your comfort zone</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin awal ceritaku berani memasak adalah semenjak Maumere menjadi ladang rejekiku dan tentu saja, ada pemantik yang menyulut keberanian itu. Sebut saja dia mba Lely. Yap, perkenalkan dia teman angkatan di PLN 58, satu penempatan dan bagiku sudah seperti kakak perempuan sendiri. <i>She is good enough in preparing meals</i> dan gak pernah pelit ilmu. Ya Allah, berikan sebaik-baiknya rejeki buat mba Lely yang gak pernah pelit ilmu. Dia tau aku gak bisa masak, tapi dia selalu mempersilahkan aku untuk mencoba. Ternyata tujuan akhirnya bukan sekedar masakan, tapi keberanian mencoba dan skill yang makin lama makin terasah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai akhirnya aku membeli peralatan memasakku sendiri, hihihi. Cukup dengan kompor gas portable (bukan gas LPG ya, karena di Maumere LPG 3kg tidak ada), teflon untuk menggoreng dan panci nggg bukan panci sih tapi gunanya untuk merebus. Hanya tiga itu senjataku, sampai sekarang ketambahan wajan hasil hibah dari Putri (rekan kerjaku yang dimutasi), dan itu lebih dari cukup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman pertama memasak tentu saja sangat kacau hehehe. Aku masih ingat, kala itu hendak membuat oseng-oseng tempe dengan kacang panjang dan hasilnya <i>Astaghfirullah </i>asin seperti rasa air Pantai Koka. Terlalu asin. Tapi semenjak itu aku terus mencoba, mencoba dan mencoba. Hingga akhirnya oseng-oseng menjadi masakan yang paling mudah untuk dieksekusi. <i>See</i>, semua butuh proses yang tidak instan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, seiring berjalannya waktu, aku mulai enjoy menyiapkan makananku sendiri. Malah kadang, proses menyiapkan makanan menjadi <i>refresh moment</i> setelah hari kerja yang melelahkan. <i>What a day!</i> Meskipun proses memasak itu sendiri pun menyita waktu dan tenaga, karena bener deh apa kata orang, masak tu cepet, yang lama tu proses potong-potong sayurnya dan nyiapin bumbunya. Apalagi kalo sekalian mau bikin food prep alias stock sayur mentah di kulkas, beh ribet, harus nyiapin wadah, menyiangi, cielaah menyiangi, sayur yang fresh from the market, banyak penyusupnya.<br />
<br />
Tapi tak pernah kulewati semua proses dengan hening, alias aku selalu <i>nyambi</i> dengerin podcast. Gimana, udah produktif belum? hahahha. Tapi ini saran dari aku pribadi and <i>it works on me</i>, motong-motong sayur sambil dengerin podcast tu enak banget, apalagi buat yang gak punya televisi macam aku ini hahahaha. Alhasil, proses memasak menjadi lebih seru.<br />
<br />
Bukan berarti aku sudah jago memasak ya. Aku mulai menikmati aktivitas ini. Bagaimana ribetnya nyiapin sayur dan bumbu, bagaimana pusingnya pilih menu, <i>it always fun</i>. Ekspektasi teman-teman jangan besar-besar dulu ya hahahha. Aku pun masih sering pake bumbu instan, masih belum mahir, masih masak makanan yang <i>comfort </i>alias <i>simple</i>, masih sering jajan juga kalo males. Mulai memasak pun juga karena kebutuhan akan variasi menu dan menyadari kalau jajan terus bikin kantong cepet tipis guys. Tidak ada intervensi dan ambisi untuk menjadi mahir, natural saja.<br />
<br />
Setelah rutin menjalankan <i>preparing my own meals</i>, aku jadi lebih menghargai makanan. Setiap yang tersaji di meja makan, sudah pasti perlu proses panjang untuk menyiapkan semuanya. Jadi kadang, enak ngga enak ya tetep dimakan, udah capek-capek siapin soalnya. Terus jadi keinget jaman masih satu rumah setiap hari sama orang tua, ibu sudah siapin segala lauk pun kadang aku masih protes. Dulu ngga ngerti sih ribetnya kayak apa.<br />
<br />
Selain itu juga kemampuan budgeting jadi berasa lebih kepake. Makanan itu bukan sesuatu yang bisa bertahan lama, jadi kadang mesti pinter-pinter mengalokasikan sumber daya supaya cukup tidak kurang dan tidak lebih untuk diriku seorang, untuk menu satu hari dan lain sebagainya. Di awal waktu, masih sering tergopoh-gopoh masalah budgeting ini. Sering ngebuang sayur atau nasi yang ngga kemakan, lebih sering karena basi kadang juga karena kebanyakan terus bosan. Begitulah, urusan perut ini memang banyak sekali urusannya hahahaha.<br />
<br />
Aku senang bisa menemukan sesuatu yang membuatku bahagia ketika melakukannya, di perantauan tentu saja.<br />
<br />
Semoga postingan kali ini berfaedah ya.<br />
<i>See you on the next post !!!</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRVoi0b3FWlWvLkkon6mf7Ka8MdGRbFodUDa00QcTZRBaYEDSJncbM4BiFYRYe-llMQkz0ZyxiwHotEy6qZjuGVaX1y7k1ndv1gFLXabPg7D3VRPWGbHta76TZoPRk2S_t7dcMlgqfdJw/s1600/WhatsApp+Image+2020-03-15+at+1.46.24+PM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1175" data-original-width="1176" height="319" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRVoi0b3FWlWvLkkon6mf7Ka8MdGRbFodUDa00QcTZRBaYEDSJncbM4BiFYRYe-llMQkz0ZyxiwHotEy6qZjuGVaX1y7k1ndv1gFLXabPg7D3VRPWGbHta76TZoPRk2S_t7dcMlgqfdJw/s320/WhatsApp+Image+2020-03-15+at+1.46.24+PM.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
</div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-64001971093482227882019-11-09T23:28:00.001+07:002019-11-09T23:28:30.210+07:00Sempilan 6<div style="text-align: justify;">
Menginjak bulan-bulan akhir di 2019.</div>
<div style="text-align: justify;">
November rain :)</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada banyak hal terjadi selama 2019 ini, mungkin belum saatnya mengupas semua. Masih ada satu setengah bulan lagi yang harus dilewati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku cuma mau bilang kalo Allah itu baik banget. Maha membolak-balikkan tidak hanya hati namun juga nasib hambaNya. Sepersekian detik saja bisa tiba-tiba membuat sebuah keputusan penting, tanpa diprediksi sebelumnya. Aku sedang berbicara tentang manusia, namun tak mungkin seorang manusia memperoleh ketetapan tanpa seijinNya, kan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun terkadang, keputusan-keputusan yang berawal dari mimpi besar tak lantas dibarengi dengan kesadaran akan perlunya usaha-usaha yang tak kalah besar. Aku contohnya. Terseok-seok karena mimpiku sendiri. Mimpi yang sebenarnya masih buram, namun kupaksakan mataku melihat dan akhirnya membuat sebuah keputusan. Salah atau benar, entah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kupaksakan diri melangkah gontai. Tak apalah, asal aku tak diam di tempat. Namun setelah jauh berjalan, kusadari ada langkah yang salah. Ternyata putar arah jauh lebih sulit. Ada baiknya kita berdiam diri terlebih dahulu, berpikir dan menelaah diri kita sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa potensiku? </div>
<div style="text-align: justify;">
Apa kelemahanku? </div>
<div style="text-align: justify;">
Apa tujuanku? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agar tak salah langkah, supaya tak perlu putar arah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayo kutemani, padahal sebenarnya kamu gak pernah sendirian. Ada Allah membersamai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhc5w4tuW3_dz5w4zvbrIWd2XWlLCRDSEeUGdeibDvq1Hg1wPZc6mAAfbStMjUxUlTnFMTVhZ-CEgEV8nSqUPB3Ut4iv6AN8ex4e44wMqP0__qtsX53WNEIO12r9yaNfBDtzNgU9JrodW8/s1600/2017-07-15+01.35.48+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhc5w4tuW3_dz5w4zvbrIWd2XWlLCRDSEeUGdeibDvq1Hg1wPZc6mAAfbStMjUxUlTnFMTVhZ-CEgEV8nSqUPB3Ut4iv6AN8ex4e44wMqP0__qtsX53WNEIO12r9yaNfBDtzNgU9JrodW8/s320/2017-07-15+01.35.48+1.jpg" width="320" /></a></div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-14298374112636039282019-09-29T14:22:00.001+07:002019-09-29T14:22:38.169+07:00MEREVISI MIMPIAda kalanya kita dengan semangat mengutarakan "aku ingin ini, aku ingin itu"<br />
Tak jarang pula, keinginan itu menjelma menjadi satu-satunya motivasi<br />
Motivasi dalam menjalani hidup dan kehidupan<br />
Motivasi dalam setiap pengambilan langkah dan keputusan<br />
Semua berkiblat pada mimpi dan angan<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Yah, aku pun begitu ...<br />
<br />
Kurasa langkahku sekarang sudah benar<br />
Mimpiku terlihat mudah saja dicapai<br />
Namun, sekali lagi hidup tidak melulu tentang mimpiku sendiri<br />
<br />
Aku manusia merdeka, haha siapa yang bilang?<br />Bahkan dalam bermimpi saja aku tak bisa bebas merealisasikan<br />
Aku lupa, bahkan untuk dapat berdiri di titik ini,<br />
Tak mungkin bisa kurealisasikan sendiri<br />
Ada doa dan upaya manusia lain<br />
<br />
Itulah mengapa tak mungkin tujuan hidupku hanya untuk diriku sendiri<br />
Mimpiku tak mungkin sama seperti kala itu<br />
Saat aku memulai semuanya<br />
Memulai perjalanan menjadi manusia dewasa<br />
<br />
Jika mimpiku masih sama, egois rasanya<br />
Bagaimana bisa aku melupakan semua jasa manusia lain<br />
Jika boleh aku melupa sebentar saja,<br />
Mungkin akan ku lanjutkan mimpi kemarin<br />
Tak peduli apa kata mereka<br />
<br />
Namun begitulah aku,<br />Manusia dengan penuh hutang masa lalu<br />
Ku pilih merevisi mimpi kala itu<br />
Mimpi baru, tujuan baru<br />
<br />
Jalan yang sudah terlanjur ku pilih,<br />Ku modifikasi sebagaimana mesti<br />
Sebab tujuan akhirnya saja ku revisi<br />
Semoga kali ini yang terakhir<br />
Sebab mengubah tujuan tak pernah menjadi perkara yang mudah<br />
Tak semua orang menyukainya<br />
<br />
Alinea<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinOkPR-7t72Khqpy_kIHJWDJQ2zTX4CnIMKRXjgi5xVBLv_ZpuF4d9_AroRBlsl7qSeMWQ9icVACvuOcz_kp5rahDYQPTT5KLJq07oRhEJjY6GeLrrr1axxw4il2JYkPFFlCseuYsEqF0/s1600/2017-10-02+12.06.30+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinOkPR-7t72Khqpy_kIHJWDJQ2zTX4CnIMKRXjgi5xVBLv_ZpuF4d9_AroRBlsl7qSeMWQ9icVACvuOcz_kp5rahDYQPTT5KLJq07oRhEJjY6GeLrrr1axxw4il2JYkPFFlCseuYsEqF0/s320/2017-10-02+12.06.30+1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-38053615378925032442019-08-01T23:41:00.000+07:002019-11-09T23:29:03.122+07:00Lelah Bukan Tujuan<div style="text-align: center;">
<i>Lelah tentu bukan tujuan.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>maka tak akan kubiarkan diriku hanya sekedar berlelah-lelah tanpa hasil apapun di genggaman.</i></div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tidak pernah menyangka sebelumnya, bahwa ternyata dibalik kata bekerja tersimpan banyak sekali kompleksitas yang apik tersembunyi. Tentu saja, saya meraskannya setelah benar-benar diberi amanah untuk bekerja. Pengalaman adalah guru yang paling baik, nasihat lama tak pernah salah.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedikit cerita tentang kehidupan rutinitas pekerjaan saya di kantor, hehe. Rutinitas yang saya ulangi hampir setiap hari, berhenti hanya di hari sabtu dan minggu saja. Pekerjaan yang bagi saya aduh sudah hafal di luar kepala tapi sekali terlena, bisa bahaya. Apa sih lin haha.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Yap, saat ini saya menjabat sebagai junior analyst akuntansi dan keuangan di salah satu perusahan listrik milik negara. Saya diberi amanah khususon untuk mengeksekusi pekerjaan-pekerjaan keuangan saja, untuk akuntansi sudah diamanahkan ke rekan kerja saya yang lain.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Keuangan pasti bawa duit ya? Iya memang bawa duit, tapi hanya sebatas kas kecil yang limit tiap minggunya sudah ditentukan. <i>I should manage all the not too big cash flow every single day</i>. Repot gak sih? ya awalnya repot, bingung, takut, sempet ilang juga malah, haha, but. <i>I believe if i work honestly, every hardship should pass</i>. Meski sebenernya jadi jujur aja gak cukup kalau berurusan sama uang. Harus ditambah dengan ketegasan, waspada, hati-hati dan tidak teledor. Sangat jauh dari perawakan diri saya ini hiks. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi karena tuntutan pekerjaan yang mewajibkan saya untuk lebih <i>aware </i>dengan kondisi lingkungan dan <i>make sure the cash safe</i>, saya harus berbenah, bukan cuma demi perusahaan namun juga demi diri saya sendiri. Dibalik tanggung jawab hari ini, ada banyak pembelajaran untuk tanggung jawab esok hari. Cuma bawa duit aja ni? Tentu tidak. Saya digaji bukan hanya untuk melakukan satu pekerjaan. Selain bawa duit, saya juga mengeksekusi tagihan rekanan perusahaan. <i>Yes, my company collaborates with the others to make the goals come true</i> haha bahasa aing dah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sebenernya poin yang mau saya ceritakan ada di pekerjaan saya yang satu ini. Mengeksekusi tagihan rekanan, jalan yang harus dilalui tak semulus paha sapi. Ada banyak tabir cobaan yang harus dilalui. Saya jungkir balik dibuatnya. Karena perusahaan bergerak di bidang pemenuhan hajat hidup orang banyak, maka jadilah adminstrasi disini super duper berbelit dan ada aturan bakunya. Sebab sumber dana yang digunakan untuk pembayaran tagihan ini dan itu sebagian dari sumbangsih negara. <i>That's why we really concern in our standard operational procedure</i>.<br />
<br />
Satu hal lagi yang membuat pekerjaan ini menjadi sangat kompleks, saya tak mungkin bekerja sendirian. Seluk beluk muculnya tagihan rekanan, tentu saja melibatkan banyak pihak. Sekali lagi ya, banyak pihak. Alurnya menjadi semakin rumit sahaja.<br />
<br />
Ketika ada satu berkas yang kurang lengkap, harus dibenahi sampai benar. Itulah kadang penyebab timbulnya kerumitan yang tiada berujung. Kami sama-sama manusia biasa yang bisa salah dan khilaf. Namun seharusnya, hal tersebut tak bisa dijadikan alasan yang bisa diputer terus-terusan macam kaset rusak. Semua resiko bisa dimitigasi alias diperkirakan pencegahannya agar tidak terjadi.<br />
<br />
Di sisi lain, ada juga fenomena yang membuat saya merasa pekerjaan ini sangat sulit untuk diselesaikan. Datengnya gerudukan woy, sabar dong satu-satu. Bayangin aja, saya yang tangannya cuma dua, <i>astaghfirullah </i>lin bersyukur, dihadapkan dengan setumpuk berkas tagihan di atas meja. Kadang saya jejerin aja biar nggak numpuk, tapi tetep aja tidak sedap dirasa. Saya paling gak bisa melihat benda-benda kasat mata yang terbengkalai. Gemas.<br />
<br />
Sempet mikir, ini rekan kerja saya ngerjain apa gimana ya. Tega sekali mereka ngasih berkas tagihan kayak jamaah shalat tarawih di hari pertama puasa, banyak bejibun bejubel. Tidak kah mereka mengerti segala yang menumpuk di atas meja pun ikut menumpuk di inti sanubari saya. Kepingin marah tapi buat apa toh semua tetap harus dikerjakan, entah datangnya sendiri atau gerudukan, semua berkas tagihan harus dieksekusi.<br />
<br />
Hingga suatu hari, saya mendapati ada satu tagihan yang tersendat sistem SAP-nya. Tau gak SAP? <i>Googling</i> dulu ya. Intinya, SAP itu sistem yang perusahaan saya pakai untuk membantu proses pencatatan yang muaranya tentu saja sebuah ikhtisar akun-akun. Back to the topic, karena tersendat, akhirnya saya putuskan untuk mencari ilmu ke rekan kerja saya yang notabenenya adalah pihak pertama yang menginput data di SAP terkait tagihan tersebut.<br />
<br />
Saya diberi tutorial penginputan yang ternyata sangat rumit. Bagi saya sih rumit. Banyak step yang harus dilalui, ada tahapan approval atasan dan kalau salah harus ulang lagi dari awal. Hal tersebut bikin saya sadar bahwa nyatanya yang mengalami kesulitan di pekerjaan ini bukan cuma saya. Terlalu lebay memang kalau menganggap saya lah yang porsi kerjanya paling gila-gilaan. Tapi apa daya ternyata daya juang yang saya miliki hanya sebatas seujung kuku jari. Merasa berkontribusi banyak padahal itu memang kewajiban yang harus ditunaikan. Merasa diri paling nelangsa, padahal apalah arti kesulitan yang ditimpakan ini jika dibanding dengan kesulitan nabi terdahulu.<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Jangan kalah hanya karena merasa lelah.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Jangan karena merasa lelah, kamu bebas meninggikan kualitas pekerjaanmu dan mengerdilkan pekerjaan selainnya.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Tak ada satu pun manusia yang tujuan bekerjanya hanya untuk mendapat kelelahan.<br />Lelah bukan tujuan, jadi jangan biarkan dirimu hanya mendapat rasa lelah selepas meninggalkan meja kerja.</span></span><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: "courier new" , "courier" , monospace;">Harus ada yang bisa kamu bawa pulang. </span></span><br />
<br />
<i>You deserve more than this.</i><br />
<i>Dear friends, </i><br />
<i>Happy Working. </i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk9cUPuyPZo0h33cDk6KsUK_kArdunc4qER6W2yWflG7BpveLlt4Uto6YHQhwoTC5WxxbvvyDmsj1DEg5folnUkAoDTNz5jamslExuFhz6jfrgOdewwLv116wUVsjFSX3zYDgosYTus-M/s1600/2017-06-21+12.06.43+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjk9cUPuyPZo0h33cDk6KsUK_kArdunc4qER6W2yWflG7BpveLlt4Uto6YHQhwoTC5WxxbvvyDmsj1DEg5folnUkAoDTNz5jamslExuFhz6jfrgOdewwLv116wUVsjFSX3zYDgosYTus-M/s320/2017-06-21+12.06.43+1.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-60783822608629170372019-05-30T14:24:00.002+07:002019-05-30T14:28:14.662+07:00Review Buku Antologi Tulisan : TSUNAMI! TSUNAMI! <div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: small;"><i>"Ingatan bisa melekat dalam tubuh, pikiran, perasaan, foto-foto, rekaman suara, cerita-cerita verbal, teks-teks dan catatan, baik yang sifatnya personal maupun komunal, pasif maupun dinamis."</i></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Tsunami! Tsunami!</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Antologi Tulisan</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Pertemuanku dengan Mba Qikan, menjadi awal perkenalanku dengan buku ini. Mba Qikan itu siapa? Dia salah satu putri daerah Maumere yang memiliki kecintaan besar pada seni dan budaya, begitu kesanku padanya. Apakah kami dekat? Tidak terlalu, hanya kenal saja melalui pertemuan di Bukit Tanjung Kajuwulu setahun silam. Kami bertukar kontak, saling melihat aktivitas yang kami bagi di instagram. Dari situlah aku tahu kalau mba Qikan ini penggemar berat Real Madrid dan menyukai seni budaya. Dia aktif di beberpa komunitas (setahu ku ya), salah satunya Komuitas Huruf Kecil. Komunitas yang pernah sekali aku bergabung menjadi salah satu peserta. Dari situ lah akhirnya aku tahu ada event tahunan di Maumere yang diprakarsai oleh Komunitas Kahe, judul event-nya Maumerelogia, tahun 2019 menjadi tahun ketiga event tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebetulan, Maumerelogia III mengangkat tema tentang musibah tsunami yang pernah menimpa Pulau Flores. Di kesempatan yang sama, Komunitas Kahe menerbitkan sebuah buku bertajuk Antologi Tulisan dengan judul TSUNAMI! TSUNAMI! adalah buku terbitan komunitas pertama yang aku beli. Antologi Tulisan berbeda dengan novel, ada banyak elemen di dalam buku ini, antara lain yaitu esai, cerpen dan puisi. Semua karya dalam buku Tsunami! Tsunami! bisa ditebak pasti mengambil tema tentang tsunami. Dalam kesempatan posting kali ini, aku mencoba memberikan sudut pandangku sebagia pembaca, yang sangat awam, mengenai buku ini. Yah karena buku ini akan segera berpindah ke tangan lain hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalian tau tidak, Maumere memiliki sejarah kebencanaan yang maha dahsyat? Tepatnya pada 12 Desember 1992 pukul 13.29 WITA gempa berkekuatan 7,8 SR mengguncang Maumere dan sekitarnya. Tak cukup itu, gelombang tsunami, yang kemudian didaulat sebagai salah satu dari sepuluh gelombang tsunami terdahsyat di dunia, menerjang Maumere dan pulau-pulau kecil disekitarnya. Jumlah korban jiwa tak usah ditanya lagi, pasti banyak sekali. Teman-teman bisa googling sendiri ya lebih tepatnya, di buku Tsunami! Tsunami! dibahsa juga mengenai korban jiwa yang berjatuhan, lokasi yang terkena dampa paling banyak dan bagaimana cerita korban mengenai kehilangan sanak saudara dan harta benda secara personal. Iya, di buku ini benar-benar melibatkan korban yang menjadi saksi hidup dahsyatnya gelombang tsunami kala itu. Dikemas secara apik dengan pilihan kata yang terkadang bermajas, cerita tentang kebencaan dapat menjadi sangat emosional. Berbeda dengan saat kita membaca berita di koran. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di rubrik Esai, tentu saja memuat cerita nonfiksi dengan berbagai sumber terpercaya. Salah satu yang sangat memainkan emosiku saat membacaya adalah esai berjudul Tsunami dan Cerita Tentang Kehilangan karya Eka Putra Nggalu. Oya, buku ini disusun oleh beberapa jenis karya dari pengarang yang berbeda-beda, sehingga masing-masing judul memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda pula. Latar yang diceritakan, aku pernah setidaknya lewat disana. Membayangkan ternyata dulu tempat tersebut pernah diamuk gelombang, betapa kuasa Allah Swt. sangat tidak terbendung dan manusia hanyalah makhluk lemah yang kapan saja bisa berpulang. Ada juga esai yang meceritakan tentang pembangunan pasca bencana yang terkadang mengikis kebudayaan Maumere itu sendiri. Nyatanya, relokasi manusia tak hanya sebatas memindahkan raga, namun juga seluruh kenangan terhadap tempat tinggal yang pernah dihuni. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di rubrik Cerpen, mulai ada unsur cerita fiksi. Beberapa ungkapan menggunakan bahasa daerah Maumere yang sekarang sudah tidak terlalu asing di telingaku hehehehe. Cerpen yang paling aku suka berjudul Sebelum Mamat Kasip Meninggal karya Evan De Porres. Diceritakan seorang bernama Mamat Kasip yang memiliki istri lima, namun menjadi pelopor ekonomi berkeadilan di lingkungannya. Mungkin bagi teman-teman yang belum pernah ke Maumere, akan banyak hal-hal asing yang membuat roaming saat membaca buku ini hehehe. Tak apa ya, semoga pesan yang ingin disampaikan bisa dicerna dengan baik. Meskipun cerita fiksi, masing-masing punya pesan kebaikan yang ingin disampaikan penulisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rubrik Puisi menjadi rubrik yang memiliki judul dan kontributor paling banyak. Sejujurnya, aku kurang suka puisi, karena kadang majasnya gak bisa kucerna dengan baik di otakku hehe. Tapi ada satu judul yang eye-catching, yaitu Di Antara Suara Adzan karya Marianus Nuwa. Terlepas dari pengarangnya muslim atau tidak, tapi puisi ini menceritakan tentang hilangnya manusia-manusia yang biasa berdoa, kurasa seperti itu, sudah kubilang aku tak pandai berpuisi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku Tsunami! Tsunami! cukup mungil dan bisa dengan mudah masuk ke tas jinjing. Harga yang dibandrol kala itu lima puluh lima ribu Rupiah, cukup murah untuk buku terbitan Komunitas independen. Mungkin tak banyak yang bisa kuceritakan, aku belum pandai mereview buku hehehe. Sepertinya Komunitas Kahe masih membuka kesempatan untuk teman-teman yang tertarik membeli buku Tsunami! Tsunami!. Tapi bisa juga pinjam buku punyaku ini, isisnya tetap sama. <br />
<br />
Baiklah, sekian review singkat ini. Tabik untuk Komunitas Kahe, semangArt!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alinea</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFfyroMqu1RzhZ_aVYsbHcCLfkKpYPSNuGIJzLgfoiizm3pQJm6vbTOJbMkxNnMyZn4eWLUqwoQjLPA3_s1ApzMMApog0PAL1gwfccJW8sLMESNeBaPx2nJGFr1hxOJYa3LH4Pq9aQnV8/s1600/TSUNAMI.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1059" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFfyroMqu1RzhZ_aVYsbHcCLfkKpYPSNuGIJzLgfoiizm3pQJm6vbTOJbMkxNnMyZn4eWLUqwoQjLPA3_s1ApzMMApog0PAL1gwfccJW8sLMESNeBaPx2nJGFr1hxOJYa3LH4Pq9aQnV8/s320/TSUNAMI.jpg" width="264" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-38200394210871369272019-04-22T21:43:00.001+07:002019-04-22T21:44:57.841+07:00MEMANEN PENGALAMAN<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i>Selamat menempuh masa purna bakti adik2 angkatan 33, terima kasih dedikasinya, semoga pengorbanan dan pengalaman selama menjabat sebagai anggota aktif dapat berguna di fase hidup selanjutnya <br /><br />Untuk pengurus dan pantia serta adik2 yang baru bergabung, selamat menjalankan proses bertumbuh yang sesungguhnya, semoga selalu dalam koridor kerja ikhlas, kerja keras dan kerja cerdas</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><i></i></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Mengirim ucapan sedemikian rupa di WAG Diklat KSR POLINES, dalam rangka mencurahkan segala yang ada di kepala setelah berdiam diri cukup lama dari beberapa WA Group. minggu ketiga Bulan April memang cukup sibuk, cukup menguras tenaga jiwa raga. Nyatanya gak cuma aku yang sibuk, adik-adik KSR angkatan 33 juga sedang sibuk mempertanggung jawabkan kinerjanya selama satu tahun kepengurusan. Mereka akhirnya berhasil melakukan serah terima jabatan kepada angkatan 34. Congrats! But what a pity, I can't tell everyone that I'm very emotional with sertijab moment hehe. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><i> </i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Dipastikan akan banyak yang sedih. That's absolutely right. Aku dulu juga gitu. Aih, awalnya pengen cepet-cepet mengakhiri masa kepengurusan dan fokus menata masa depan, nyatanya, OH GOD WHY TIME FLIES SO FAAAAST?? IT WAS TOO FAST :( Berat banget ninggalin KSR tuh, sebagian besar waktu kuhabiskan bersama mereka. Tak usah diceritakan lagi gimana kami benar-benar diuji dengan serentetan proker yang Subhanallah hehehe. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Di kalimat ucapan yang aku kirim, sebenernya aku pengen meng- highlight tentang pengalaman yang akan berguna di fase hidup selanjutnya. Ya memang semua pengalaman itu pasti bakal berguna, meski nggak persis plek kejadiannya tapi bakal tetep kepake nantinya. Let's see, ikut KSR pasti dominan sama ilmu kepalang merahan, kesehatan dan hal-hal lain yang nyrempet kesitu, tapi dalam sebuah proker KSR, kita ngga cuma diuji ilmu kepalang merahannya doang, tapi gimana me- manage suatu acara. How to be a good Event Organizer, dimana gak cuma perihal rundown, tapi juga me- manage manusianya, men- treatment tamu-tamu undangan, manage duit yang cuma seuprit, sampai hal se- detail konsumsi, dekor, publikasi dan lain-lain. Meskipun dalam skala kecil, namun semua telah dihadapi, semua yang berkontribusi pasti punya nilai lebih dalam hal pengalaman bikin event. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Berguna gak pengalamannya?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">So Pasti. Aku sudah mengalaminya :)<br />Bukan cuma berguna tapi berguna banget. Udah gak kaget lagi musti menghadapi berbagai versi manusia, bikin rundown acara kecil-kecilan, nyiapin konsumsi buat rapat, hal-hal kecil macam gimana cara ngatur duit buat cukup ini itu. Berguna banget Ya Allah, terima kasih telah menggerakkan diriku di kegiatan-kegiatan positif meskipun bikin capek tapi nyatanya bikin pinter.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;">Itu yang mau aku sampaikan teman-teman sekalian. Bagi kalian yang masih bergelut di dunia pendidikan (masih sekolah, kuliah, etc) ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan eksistensi dirimu. Gakpapa kalo cuma dapet job yang kecil, asalkan tetap hadir, berkontribusi sekecil apapun, acara gak bakal jalan lancar kalo kamu cuma diem di pojokan malih. Be Active! Itu pesanku. Masih sekolah biasanya kuantitas acaranya gak terlalu gedhe, jadi enak buat sarana belajar. Jangan pernah berfikir kalian bakal dapet capek doang, gak lah, salah besar. Pengalaman bakal selalu berguna meski gak sama kejadiannya. Camkan wahai anak muda.<br /><br />Sekian tulisan kali ini untuk anak muda yang mungkin mampir di blog ku karena tersesat atau apalah.<br />Semoga tulisan ini bermanfaat.<br /><br /><br />Salam dariku, yang sudah tua <i><span style="font-size: x-small;">tapi badannya segini-gini aja haha</span></i>.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_MVLnsxyCCk_YaobhUMxDKuZ-5OL1pRGcg6I4HILvY5eVEl7YJG_xZSAguLGJ6ozJhzejvAlT-P80B5gLt72EfgXg5W5VHO8H5kDDq415E1YBxPEv6shyYD3McDqkVNbfq330zfhPAqs/s1600/IMG-20160501-WA0015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_MVLnsxyCCk_YaobhUMxDKuZ-5OL1pRGcg6I4HILvY5eVEl7YJG_xZSAguLGJ6ozJhzejvAlT-P80B5gLt72EfgXg5W5VHO8H5kDDq415E1YBxPEv6shyYD3McDqkVNbfq330zfhPAqs/s320/IMG-20160501-WA0015.jpg" width="320" /></a></span></span></div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: small;"><br /></span></span>
<div style="text-align: justify;">
</div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-60703274157745439792019-02-05T15:10:00.001+07:002019-02-05T15:10:48.556+07:00DIBALIK KODE 030<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Nyatanya, orang bijak itu bukan yang jago bikin quotes, tapi ..</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Orang bijak, taat pajak.</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>Gimana mau taat, kalo paham aja enggak </i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i>hmmmmmmmm..... </i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><i></i></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-size: small;"><i> </i></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Banyak jalan menuju Roma, banyak jalan juga untuk memperoleh rejeki. Salah satu rejekinya negara ya dari penerimaan pajak. Sesuai dengan peribahasa di kalimat pertama postingan ini, banyak peraturan yang dibikin sama negara untuk menghimpun rejeki (pajak) sebanyak-banyaknya. Begitulah. Sebagai salah satu manusia yang pernah dibiayai negara (yo'i, saya ini alumni mahasiswa bidikmisi), merasa punya hutang yang gatau harus dibayar pake apa. Anggep aja ini salah satu jalan rezeki saya untuk memudahkan negara dalam memperoleh rejekinya juga. Bingung nggak? Hahaha.<br /><br /><i></i></span>Tempat belajar paling mutakhir dan tempat mengaplikasikan ilmu paling mujarab itu memang di dunia kerja rek. Sudah lebih dari satu tahun saya berkecimpung dengan proses bisnis bagian keuangan di salah satu BUMN. Ngurus apa aja sih? Ya duit, yang ngga ada wujudnya hahaha. Yang paling bikin puyeng sebebnernya adalah pajak. Kenapa puyeng? Karena perlu pake ilmu ngga bisa seenaknya. Emang yang lain gapake ilmu? Ya pake, tapi kan hehehehehe. Kalo pajak, semua sudah tertulis jelas di peraturan-peraturan yang dibikin pemerintah. Satu Indonesia sama, jadi seharusnya objektif gitu, gak boleh beda-beda perlakuannya.<br /><br />Pertama kali bersentuhan sama pajak, saat ngurus tagihan dari vendor. Jadi kenal sama yang namanya Faktur Pajak, Bukti Potong, SSP, NPWP, NTPN, PBK dan banyak teman-temannya yang lain. Sedih rek, dulu pas pelajaran pajak kenapa ngga ada satu pun yang nyantol. Dulu aja bingung perlakuan PPh sama PPN, astaga sekarang jadi makanan sehari-hari. <br /><br />Challenge pertama kala itu, bedain kapan vendor harus menerbitkan Faktur Pajak kode 030 dan 010. Gampang banget mah kalo udah paham. Btw, saya kerja di salah satu BUMN ya. Jadi menurut PMK nomor 136/PMK.03/2012 (yang barusan saya googling), BUMN termasuk WAPU (wajib pungut) dalam transaksi perpajakan. Jadi, bagi rekan-rekan yang bertransaksi dengan BUMN, kewajiban memungut, menyetor dan melapor itu ada di BUMNnya, pihak rekanan tinggal nerbitin faktur doang. Ini kalo transaksinya Faktur Pajak dari rekanan sebagai FP Keluaran ya (BUMN sebagai pembeli).<br /><br />Berarti semua rekanan yang kerja sama dengan BUMN bakal selalu nerbitin Faktur Pajak kode 030?<br />Weits, diliat dulu nominal transaksinya berapa. <b>Untuk nominal diatas 10juta Rupiah, kode fakturnya memang kudu 030</b>, wajib fardu a'in.<b> Nah kalo nominal dibawah sepuluh juta, rekanan terbitin faktur pajak kode 010</b>, as always ya, ini BUMN sudah tidak berkewajiban sebagai Wapu kalo kodenya 010. Nominal yang dimaksud ini nomial <b>NET</b> ya, jadi 10juta sudah include PPN. <br /><br />Simple banget ya peraturannya :))<br />Simple dipermukaan, nyatanya segala jenis peraturan memang menarik untuk dilanggar, hahaha, jangan ditiruuuw.<br /><br />Dibalik sebuah kewajiban, pasti ada konsekuensi kalo kita lalai. Sama seperti peraturan kode 030 ini. BUMN sudah diminta sebagai Wapu, otomatis bakal dapet sanksi or denda (aku juga kurnag paham) kalo terlambat memungut, terlambat setor atau terlambat lapor. Saya ngga ngalamin langsung sih rasanya dapet surat ketetapan denda, tapi yang jelas ada itu dendanya. Kalo tidak salah, 2% dari jumlah PPN yang terlambat tadi untuk tiap satu bulan keterlambatan. Nah, kalo telatnya 12 bulan ya wassalam. Begitu mafren. Kalo PPNnya cuma cepek mah ga terlalu kerasa ya, tapi biasanya transaksi 030 kan gedhe-gedhe tuh, serem kalo dikali 2% hiks, kalo tombok ya nggak jadi gajian, hahaha, kasian.<br /><br />Jadi ngga se-sepele itu yah administrasi Faktur Pajak. Baik rekanan maupun pihak BUMNnya juga harus paham. Dan nggak brenti sampe disitu, konsekuensi juga dialami sama rekanan kami. Pukpuk yang sabar ya, demi negara. <br /><br />Awalnya sih saya gak ngerti juga gimaa konsekuensi dari sisi rekanan. Saya kira yang terbebani cuma BUMN doang, nyatanya tidak sodara-sodara hahaha. Pernah suatu kali saya didatengin saya salah seorang rekanan dan do'i gak sendiri, ngajakin konsultan pajaknya. OH MY GOD. Deg-degan ga sih, tapi musti stay cool biar bagus. Kami berdiskusi cukup alot, karena sejujurnya peraturan 030 ini seperti dua mata pisau. Entah akan mengenai siapa nantinya, ada yang harus mengalah.<br /><br />Sebagai pihak yang wajib menerbitkan Faktur Pajak, rekanan tentu saja kepingin fakturnya diterbitkan tepat waktu, sesuai dengan mereka membukukan transaksinya sebagai pendapatan dan piutang usaha, namun nyatanya gak smeduah itu ferguso. Kadang proses administrasi tagihan butuh waktu yang gak sebentar, karena ada dokumen-dokumen yang musti dilengkapi. Alhasil, gak bisa tepat waktu, sesuai kenyataan di lapangan. Ini yang bikin dilema, BUMN ya pinginnya faktur diterbitkan sesuai tanggal penagihan, karena kalo ngikut tanggal pelaksanaan yang udah berbulan-bulan yang lalu, bakal kena denda-lah kami, karena gak buruan nyetor pajaknya. Sedang dari sudut pandang rekanan, mereka udah terlanjut membukukan transaksi sebagai pendapatan di bulan yang bersangkutan tapi telat nagih yaampoon. Kalo mereka gak nerbitin faktur pajak di bulan tersebut, bakal ngaruh sama SPT Tahunan mereka, terus ngaruh sama PPh Pasal 25 dan lain sebagainya. Yah begitulah kawan, saya juga masih belajar. <br /><br />Kepingin jadi staff yang expert gitu di satu bidang. Kalo pajak ya pajak. Soalnya ilmunya gak cuma dari satu PMK, banyak vroh. Kalo gak konsen, susah pahamnya. Sedang yang saya alami sekarang, gak cuma konsen di pajak, tapi juga di de-el-el yang bejibun. Begitulah kisanak. Lagi-lagi segala keputusan itu selalu mempertimbangkan kebutuhan. Belajar bisa sambil jalan, katanya. Kata siapa? Kata orang-orang yang kayaknya juga nggak belajar-belajar banget. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiepI6J94BbJ6FGQmt3GKWS_fnzMbLrRRo2YvcrlJh1fsMptgqh9Xtkuxk9z2OQIz5Q92IcujC6sN1qz9nYn8JsKz_4j1MZ3Z7oKHunnLykq3unNywYjCixVnxFQaY7cKYaphPEbM4StYw/s1600/2017-05-27+07.17.30+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiepI6J94BbJ6FGQmt3GKWS_fnzMbLrRRo2YvcrlJh1fsMptgqh9Xtkuxk9z2OQIz5Q92IcujC6sN1qz9nYn8JsKz_4j1MZ3Z7oKHunnLykq3unNywYjCixVnxFQaY7cKYaphPEbM4StYw/s320/2017-05-27+07.17.30+2.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Semangat menggapai rezeki dan ilmu dalam satu waktu ya lin!<br /><br /></div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-8042092334298140442019-02-02T13:36:00.002+07:002019-02-02T13:36:31.204+07:00Keritik<div style="text-align: justify;">
Kritik itu seperti obat. Pahit tapi jika dikonsumsi dan dicerna dengan benar, ia menyembuhkan.<br />Siapa yang minum obat? Tentu saja orang yang sedang sakit.<br />Sama halnya dengan kritik, siapa yang dapat kritik? Tentu saja orang yang sedang 'sakit'.</div>
<a name='more'></a><br />Dunia kerja, dunia yang penuh dengan pertanggung jawaban. Kamu sudah digaji, kamu harus produktif. Melakukan A, harus berfikir panjang sekali sampai ke akar-akarnya, kira-kira apa konsekuensinya? Bagaimana bentuk pertanggung jawabannya? Dunia yang sangat rumit. Seolah kata maaf tak mungkin bisa kamu gunakan disini. 'Maaf pak saya telat masuk kantor', bah kata maaf tidak bisa mengembalikan jam produktif yang kamu tinggalkan.<br /><br />Tegang sih sebenernya menjalani hari-hari kerja. Kejutan apalagi setelah ini? Dapet complain apalagi setelah ini? Are you happy? I'm happy cause I've learned a lot from this heavy work life. I should be happy and thankful. <br /><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejauh ini, banyak dapat kritik dari sesama rekan kerja dan juga dari diri sendiri. Sebagian besar memang dari diri sendiri yang menilai payah sekali kamu ini kaya gini aja gak bisa ngerjain. Sebagian kecil lainnya kudapat dari rekan kerja, yang padahal mereka gak pernah mengkritik secara langsung, namun tesirat dari how they treat me :) padahal yang seperti itu lebih sakit gengs. Tapi gakpapa, karena kadang diri ini pun tak pernah siap kalo dikritik orang lain secara langsung.<br /><br />I'm still being the old version of Aline. Yang mendengarkan orang lain hanya untuk memberikan jawaban dan pembenaran. Masih belum bisa menjadi sosok yang hear to understand. Aku bingung sampai kapan akan speerti ini. I just remember what my early boss have told me, "do the best version of work, don't even think about the result". <br /><br />I've run for so long. My mind have a lot of changing. I think I've learn a lot but I just learn as a theory. I'm just human. I need another people to help me through this heavy life. I've tried to leave my bad habit but still feel bad. For several times, I forget, I have Lord who can strengthen me. That's my big mistake. <br /><br />2nd February 2019<br /><br />With Love, Alinea</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF4_u3X_M6H5ncYc61On1HCXrkZ_ZNVbTmjWhyphenhyphenj-_D2t008NCeYzcpiYq4qqgMWDShA4VDaAW6ehvYZxaIs2CP60guVCTMscWsUo0gzrRO3HnilbagytV_5mHp4Zm9YnxiP2V3xmb5qEg/s1600/2017-06-04+11.54.03+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiF4_u3X_M6H5ncYc61On1HCXrkZ_ZNVbTmjWhyphenhyphenj-_D2t008NCeYzcpiYq4qqgMWDShA4VDaAW6ehvYZxaIs2CP60guVCTMscWsUo0gzrRO3HnilbagytV_5mHp4Zm9YnxiP2V3xmb5qEg/s320/2017-06-04+11.54.03+1.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-36034377420104778592019-01-26T00:23:00.003+07:002019-01-26T00:23:45.228+07:00Hati dan Zaskia Sungkar <div style="text-align: justify;">
Maumere, 26 Januari 2019<br />Akhirnya menyadari betapa hatiku keras sekali.</div>
<a name='more'></a><br />Kemarin sempat nonton video di youtube tentang hijrahnya artis jelita Zaskia Sungkar. To be honest, dia sosok ideal wanita versi Aline. Adem aja gitu nontonnya, ya gak si? hehe. Di video itu, kak zaskia menceritakan bagaimana padangannya dahulu tentang Islam. Mengingat sekarang banyak sekali artis-artis yang pada hijrah. Ternyata kak Zaskia dulunya sempat menolak mengenakan hijab. Udah disuruh sama bapaknya, tapi dia menolak. Sampai akhirnya dia berkecimpung di dunia keartisan, tenar, ketemu Irwansyah, short story mereka menikah. Habis nikah pun kak Zaskia nggak langsung berubah cling jadi sebaik sekarang. Everything needs process honey. Apalagi merubah pandangan hidup manusia, memantapkan hati manusia yang penuh dengan kebimbangan, bukan perkara yang mudah. Namun tentu saja, atas seijin Allah, segalanya bisa menjadi mudah.<br /><br />Hijrahnya kak Zaskia tidak lepas dari peran seorang Irwansyah, suaminya. Beliau yang hijrah duluan, pelan-pelan juga tapi, nggak langusng wuss. Mulai dari sholat jamaah di masjid sampe akhirnya aktif ikut kajian, terus ikutlah kak Zaskia. Still need process. Start from, she wears hijab. Sampai akhirnya pasangan ciamik ini melakukan ibadah umroh bersama. Maybe it wasn't their first time, soalnya kak Zaskia cerita, dia biasanya berdoa sama Allah supaya dikasih rejeki dunia, dikasih keturunan dll, yang serba dunia. Tapi di umroh kala itu, dia minta sama Allah supaya dilembutkan hatinya. Sekali lagi, <b>dilembutkan hatinya</b>. Diliat di tipi, dia udah lemah lembut gitu, astaghfirullah, ternyata banyak yang orang luar tidak tahu. Lembut dan kerasnya hati tentu kita sendiri yang rasakan. Kadang memang akan terpancar keluar, dirasain sama orang lain, tapi yang tau dengan pasti itu ya kita sendiri. Alhamdulillah permintaan kak Zaskia dikabulkan sama Allah, alhasil seperti sekarang ini. Pemahaman tentang hidup jadi berubah. Paham jika semua ini fana, takut kematian tapi lebih takut sama Allah, cemas kalo bekal akhiratnya kurang dan selalu bersyukur sama apapun yang dikasih sama Allah. Ter-debest menurutku adalah ketika kak Zaskia menuturkan bagaimana cara ia menghadapi masalah hidup. Dia bialng bersyukur banget ketika dikasih cobaan, karena itu artinya Allah sayang sama dia, Allah kangen, pengen hambaNya mendekat. Dan gak usah khawatir, Allah gak akan ngasih cobaan di luar batas kemampuan umat.<br /><br />Hebat ya, dengan satu permintaan <i><b>Lembutkan hatiku</b></i> bisa merubah banyak hal dan merubah takdir Allah juga tentunya. Lantas, kapan kita merasa hati kita keras? Bagaimana kalau kita nggak sadar ternyata hati kita lagi keras, sampe ngga bisa nerima hidayah dari Allah? Gimana lin?<br /><br />Rasaku semua ini baik-biak saja. Bangun, sholat lima waktu, makan, kerja, tidur lagi. Mungkin memang kita nggak boleh terlalu percaya diri. Apalagi menyadari bahwa kita ini hanya sebatas hamba, banyak dosanya pasti, banyak salahnya. Nggak boleh sama sekali sombong sama Allah. So, minta dilembutkan hatinya itu harus selalu dilakukan, setiap saat. Supaya penerimaan kita terhadap keputusan Allah, terhadap rencana-rencana Allah, pemahaman kita terhadap setiap masalah yang datang, bisa membaik. <br /><br />Sulit, jelas. Tapi Allah Maha Segalanya :)<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kak Zaskia juga bilang di videonya, dia gak bisa dapet ketenangan hidup seperti yang sekarang dia rasakan setelah hijrah di psikiater manapun. Tentu saja semua ini pasti asalnya dari Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hari ini, baru saja tadi akhirnya aku menangkap basah diriku sedang keras sekali hatinya. Tidak mau mendengar barang secuil pun opini dan niat baik rekan kerja. Jika memang Ya Allah, Engkau mengizinkan, meski doaku tak kupanjatkan di depan Ka'bahMu, meski doaku kupanjatkan melalui sebuah tulisan, namun tak ada yang tak mungkin jika Engkau telah berkehendak dan aku tak pernah kecewa ketika memanjatkan doa padaMu Ya Rabb, hamba memohon lembutkan hatiku, barang secuil Ya Rabb, tak baik menyimpan kekerasan hati berlarut-larut. Semua ini atas ridhoMu Ya Rabb. Cukup satu saja pintaku kali ini, kumohon lembutkan hatiku Ya Rabb, agar mampu aku menerima segala ketetapan dariMu dan menerima hidayahMu.<br /><br />Pelan tapi pasti lin, alon-alon waton kelakon.<br />Kene padhang, kono padhang.<br />Bismillah. Alhamdulillah atas segala nikmat yang Allah berikan.<br /><br />Ditulis untuk perbaikan diri sekaligus pengingat diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEEu6b11c4IG8cr6O05CC4W-pslzvaxXTu1KT4VTLgWIjlQwZxkNxD4HXAJsZTJKY9uM2dGAZIy9REalOSukag3UZfEG_h3SaCRpknDcZfEeOqMqDOmm6PvVQ4W-CA3Yfui0Yyx0ErV2Q/s1600/2017-10-25+05.42.56+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEEu6b11c4IG8cr6O05CC4W-pslzvaxXTu1KT4VTLgWIjlQwZxkNxD4HXAJsZTJKY9uM2dGAZIy9REalOSukag3UZfEG_h3SaCRpknDcZfEeOqMqDOmm6PvVQ4W-CA3Yfui0Yyx0ErV2Q/s320/2017-10-25+05.42.56+1.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-54692278825176437082019-01-05T18:54:00.001+07:002019-01-25T23:04:58.625+07:00A GIRL WHO WANTS TO SPEAK UP <div style="text-align: justify;">
2018 sudah terlewati, Alhamdulillah Allah masih kasih hidup buat aku, nengok 2019.<br />
Gimana si 2018? B aja? Iya B, Beraaat.<br />
<a name='more'></a><br />
Berat karena banyak dapet ujian. Allah sayang sama hambanya, makanya dikasih ujian. Tapi si hamba malah rese, suka ngeluh, ngga tau diri gitu pokoknya. Padahal doí lagi disayang lho, dikasih ujian, ditinggikan derajatnya. Semoga doí lekas paham, segala yang disuguhkan ini pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Semoga doí bisa memilah, mana yang harus diperbaiki, mana yang harus ditinggalkan, mana yang harus dipertahankan, mana yang harus dirubah total. Semoga doí menyadari, sebaik-baik manusia adalah ia yang berharap hanya kepada Rabb penciptanya, bukan yang berharap pada sesama makhluk. Semoga ya.<br />
<br />
Apa sih yang bikin 2018 mu berat?<br />
Para manusia yang kerja di bidang keuangan pasti paham lah momok akhir tahun. Mungkin bagi sebagian manusia, akhir tahun identik dengan libur dan refreshing atau evaluasi atau apalah. But, rasaku nggak gitu. Dampak dari perubahan STO kerasa banget, aih apasih ini perubahan yang tidak melihat situasi dan kondisi, terlalu memaksakan, amburadul rasaku. Short story, aku ngambek sama si pembuat keputusan, bukan Allah, bukan. Si pembuat segala ini menjadi amburadul. Wait lin, kau pikir segala keputusan ini terjadi tanpa sepengetahuan Allah? Kalau segala ini buruk, pasti tak Allah biarkan. Oke lah, butuh mix and match besar-besaran, tapi yakin aja sih pasti bisa terlewati dengan dalih pembiasaan. Kamu bisa karena terbiasa to? </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kerjaan numpuk di akhir tahun, berasa sendiri ngerjain semuanya. Bukan berasa lagi sih, tapi emang sendiri. Kebayang gak bangun tidur sampe mau tidur mikirnya kerjaan terus, ngga ada secuil pun space buat mikir hal-hal menyenangkan dalam hidup. God, that was burden me a lot. Ditambah perilaku manusia di sekitarku yang punya misi masing-masing, berasa kami berada di kapal yang berbeda, padahal helloow kita ini kan satu kubu. Apasih maunya. <br />
<br />
Yeah kesimpulannya mungkin overload kerjaan ya, dosa produktivitas, oke, aku mengaku kalo berdosa. Siapa sih manusia yang luput dari dosa? Well, aku pun punya banyak hal yang harus di evaluasi. Aih malas aku nyebutnya, udah kayak tabiat. Semua orang pasti udah tau kok Aline itu susah bangun pagi, telat kalo masuk kantor, rapuh hatinya, gampang nangis, lembek mentalnya, kaya anak kecil, tidak dewasa, kurang teliti, suka buru-buru, suka menyepelekan. Oh sebuah kritik untuk diriku sendiri. Tapi tau gak sih, Aline itu gak bisa liat temennya susah. Kalo minta bantuan lho pasti dibantu, kalo doí bisa sih. Seenggaknya meskipun ngambek, Aline ngga pernah mogok kerja, daya tahan tubuhnya bagus, sakit paling sakit kepala itu pun karena laper. Ngga ngeluh meskipun keyboardnya kecil ngga worth banget buat dijadiin keyboard perusahaan kelas dunia. Gakpapa dijalanin semuanya, karena tau itu kewajibannya.<br />
<br />
But, tolonglah jangan dipendem. Kalo nggak sanggup bilang jangan malah bikin postingan di blog.<br />
<br />
Ngomong-ngomong soal speak up karena merasa overload jobdesk, pernah ngalamin waktu masih kuliah dulu, lupadeh tahun berapa, tapi yang jelas kala itu, masih unyu-unyu, masih manut iyalah sekarang juga mash manut, terus lagi ada acara HDC di kampus, KSR zone ya haha. Dulu dilibatkan jadi pantia, meskipun masih hangat-hangat kuku, alias belum ngerti apa-apa, hahah bener ga sih peribahasanya. Pas masih jadi anggota, tahun pertama kuliah, yak seratus! <br />
<br />
Momennya saat evalusi kegiatan, tapi bukan evaluasi final. Jadi kalo di KSR, tiap event yang penyelenggaraannya bukan cuma sehari, di waktu menuju hari berikutnya, halah, kami ngadain evaluasi gitu, biar ga lupa salah-salanya apa dan maksimal acara besoknya. Apalah aku dan teman-teman seangkatanku kala itu, masih anggota, minim pengalaman, cupuk bangets. Tapi waow, ada temen seangkatanku, masih gadis dia, haha, speak up di depan para kakak tingkat. Dengan beraninya doí bilang kalo jobdesk do'i terlalu banyak, intinya doí keteteran gitu. Gak cuma ngadu, tapi doí juga ngejelasin tuh apa aja jobdesk nya, terus bagi doí, yang segitu tu kebanyakan porsinya untuk seonggok anggota yang belum tahu apa-apa macam kami. Oke baik, seumur hidup aku nganggep kelakuan atau keberanian doí ini cupu gaes, masa gitu aja ngeluh sih. Dan jobdesk ini merupakan sesuatu yang sangat relatif, mungkin baginya overload, tapi bagi sebagian orang termasuk aku, biasa aja gitu. Tapi doí berani speak up! Nggak takut dicibir.<br />
<br />
Hingga akhirnya saat ini, aku merasa jauh tertinggal dari keberaniannya. Aku udah ngerasa overload kerjaan, tapi gak berani bilang. Diem-diem aja, berharap belas kasihan dari orang-orang, berharap si bos sadar sendiri kalo anak buahnya keteteran. Yaelah, ternyata sampe akhir tahunnya berakhir, terus sampe ganti tahun nih, tetep aja gak ada perubahan. Okelah, sekarang aku harus belajar untuk bisa terbuka, gak hanya pencapaian yang harus di share namun juga kesulitan. Bukan berarti kamu lemah, tapi supaya mengerti duduk perkaranya gimana, jalan keluar terbaik gimana. Manusia itu kadang pandangannya sempit, subjektifnya parah. <br />
<br />
Belajar dari temenku yang speak up di depan kakak tingkat, sekarang aku akui doí hebat. Hebat banget, bisa jujur di depan khalayak. Gak sok tegar tapi dibelakang ngomongin dunia ini gak adil atau ngeluh sambat sana-sini. Ternyata speak up itu lebih terpuji dan tidak mempercundangi diri sendiri. Wujud selflove yang haqiqi. Mungkin sekarang saatnya speak up, tapi tetep butuh momen yang pas buat semua itu. Speak up ada tata kramanya. Dapat dipahami?<br />
<br />
2019 lebih open minded and open hearted haha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semangat Aline!!!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkb1HohvuJNWqq1Qzy54Ul9hz4n_XCAyhdlbHO-JhlFt4X2FKn8WPCxUoL_gKEA_rSPN41pOXKX2ba7mQ1MB_cw2IFXThQQfvmxQ4aFa5c8vjZgVS8ialpsCKFfCW3yYRU_1_xIU8-HP8/s1600/PhotoGrid_1449679685642.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkb1HohvuJNWqq1Qzy54Ul9hz4n_XCAyhdlbHO-JhlFt4X2FKn8WPCxUoL_gKEA_rSPN41pOXKX2ba7mQ1MB_cw2IFXThQQfvmxQ4aFa5c8vjZgVS8ialpsCKFfCW3yYRU_1_xIU8-HP8/s320/PhotoGrid_1449679685642.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-70813112076566889552018-11-02T21:22:00.001+07:002018-11-02T21:22:39.930+07:00Menapaki Tiga Ratus Enam Puluh Lima Hari Lewat Sedikit<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebenarnya sudah terlambat untuk menulis ini itu mengenai perayaan satu tahun pengabdian. Tunggu dulu lin, pengabdian katamu? yakin semua yang kamu lakukan ini adalah sebuah pengabdian? atau cuma sebatas pencitraan dan kedok dari sebuah kegiatan penggugur kewajiban? Coba tengok lagi, lin. Siapa tau kamu salah memilih pilihan kata :) </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maumere dan 1 September semakin lekat saja di ingatan. Start di tanggal 1 September 2017 dan akhirnya, atas seijinNya, bisa melewati 1 September 2018. 365 hari kalender, 1 tahun masa kerja sudah berhasil dilewati. Dilewati? semua juga bsa kalau hanya sekedar melewati dan menghabiskan jatah kerja satu tahun. Mari jadi manusia super lin, yang tak hanya makan ketika disuguhkan, yang tak hanya bergerak ketika diperintah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku mengajakmu, tak perlu se-super definisi manusia lain. Cukup jadi versi yang lebih baik dari Aline yang dulu. Bukan main-main amanahmu, namun sembarangan saja kelakuanmu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kritik untuk diriku sendiri. Sebab di detik ini, banyak sekali kekecewaanku terhadap diriku sendiri.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mari kuajak flashback menuju satu tahun penuh arti ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa hal masih menjadi Pekerjaan Rumah yang entah kapan bisa kuselesaikan. Aku terlalu banyak membandingkan diriku, pencapaianku dengan pencapaaian orang lain, rekan kerjaku. Segala kubanding-bandingkan. Memang ada hal-hal yang bisa dikuantitaskan, supaya bisa mengukur sejauh mana pencapaian, dan aku kalah. Kalau sudah kalah, seperti kejatuhan meteor (padahal belum pernah, hihihi) berat dan terpuruk. Susah bangkit, terlalu fokus pada kelemahan bukan bagaimana cara memperbaiki kerusakan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keteledoran. Entah kapan aku bisa lulus dari mata kuliah ini hehehe. Banyak hal buruk menimpa gara-gara aku teledor. Efeknya gak cuma di aku dong, menyebar macam virus KPop, banyak yang kerepotan gara-gara aku teledor. Ya Allah kalo di akumulasi, mungkin dosaku sudah banyak. Aku harus gimana? Mungkin jurus jitu mengatasi keteledoran adalah banyak-banyak belajar dari keteledoran itu sendiri. Bikin note biar ngga lupa, bikin space khusus buat dokumen-dokumen, lebih hati-hati lagi dan bobok yang cukup biar fokus. Banyak-banyaklah belajar dari rekan kerja sekitar yangg lincahnya macam pesawat jet wuuusss, beres semua kerjaan, nggak kayak kamu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ntar dulu ah, yah ketunda. Begitulah aku. Menunda. Sek ya tak inget-inget dulu, semenjak bekerja mungkin dosa paling banyak timbul adalah dosa produktivitas. Sering sekali aku menunda pekerjaan ini itu, ujung-ujungnya kelabakan sendiri. I don't have priority. Aku nggak bisa, maaf ralat, belum bisa membuat sekala iya sekala prioritas. Aku belum bisa membedakan mana yang penting dan mana yang genting. Sulit, ngga tau kenapa. Kalau boleh bilang ini adalah ujian paling sulit. MANA DULU YANG MUSTI DIKERJAIN. Semuanya berasa penting di mataku. Mungkin yang bisa kulakukan adalah meminta pendapat atasan dan rekan kerjaku yang lain, atau malah meminta bantuan mereka :")</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kita bener-bener ngga bisa kerja sendiri gaes.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Penakut, Pecundang, Pesimis, Suka Cari-cari Alasan, Tidak Mau Mengakui Kesalahan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kenapa aku ngerasa kayak jadi bad evil semenjak bekerja. Ya Allah apa aku salah tujuan?<br />Jujur saja, aku masih belum bisa menemukan cara ampuh supaya aku enjoy dalam bekerja. Feel No Worry, meskipun terdengar mustahil. Tapi benar-benar aku belum bisa menikmati ini semua. Ya Rabb, bantu hambaMu ini menemukan jawaban.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika aku stuck, lelah, down dan pingin udahan aja, aku cuma bisa menasehati diriku supaya mengingat lagi, bukankah ini yang selama ini kamu perjuangkan lin?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Memangnya apa yang kuperjuangkan? Pekerjaannya? BUMNnya? </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pikiranku mungkin terlalu sempit kala itu, Tak banyak tahu mengenai resiko-resiko yang akan kuhadapi. Siap dengan sisi positifnya namun menampik segala tempaannya.<br /><br />Sekarang aku belajar lagi. Aku pun tak berani menjamin jika di tempat lain apakah akan lebih baik. Karena semakin dewasa, semakin aku tak percaya ada tempat paling nyaman di muka bumi ini. Semua berisi tempaan, ujian, cobaan yang harus dilewati manusia. Hingga nikmatnya dunia terasa, kadang membuat lupa bahwa semua ini fana.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mungkin harus ku koreksi terlebih dahulu, niat awalku dalam bekerja. Apakah benar untuk sebuah pengabdian? Apakah sebatas untuk mencukupi kebutuhan keluarga? Kenapa isisnya hanya tentang dunia? Mana yang bisa membawamu kepada keabadian di sana?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">PR ku banyak, tapi ini weekend. Bagaimana jika aku tak nganu dulu?<br /><br />Selamat menunda dan selamat kelabakan untuk kesekian kalinya, lin. Ingat hutangmu banyak :)</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maumere, 2 November 2018</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hari ini menerima SK kedua, penuh drama dan pembelajaran bahwa, tak boleh terlalu berharap pada manusia. <br />Alhamdulillah Ya Allah, nikmatMu tiada tara. Allahu Akbar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpMHLEM1-dpr4LQDiEIN3KMV5HUtR30rNtUeAQVyn2QJxw5CFUv_lyvPz4yqdf24vn799a-gSiAZS5Z76x8TcN9FUcVF-9HdJ1ovOeFEs6O9d68sJtw62KOScECNMjohV9PWLKYk9ixdQ/s1600/P_20170817_094300_BF.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpMHLEM1-dpr4LQDiEIN3KMV5HUtR30rNtUeAQVyn2QJxw5CFUv_lyvPz4yqdf24vn799a-gSiAZS5Z76x8TcN9FUcVF-9HdJ1ovOeFEs6O9d68sJtw62KOScECNMjohV9PWLKYk9ixdQ/s320/P_20170817_094300_BF.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8867647679468164657.post-36117679361480174772018-10-07T01:13:00.001+07:002018-10-07T01:13:14.938+07:00KESIAPAN YANG DIPERSIAPKAN <div style="text-align: center;">
"Bagaimana jika tanah yang kita pijak pun tak bisa dijadikan tempat berlindung?"</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Masih segar dalam ingatan bagaimana Indonesia berduka karena salah satu tempat indahnya diguncang gempa. Lombok dan setiap jiwa di dalamnya sedang diuji, bahkan mungkin sampai saat ini masih berperang melawan rasa cemas dan kekhawatiran tentang proses bangkit melanjutkan kehidupan. Duka semua orang. Ada saudaraku disana, ada temanku disana, dan makhluk Tuhan yang lain, tak luput dari duka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama setelah Lombok, kembali Indonesia diguncang keresahan. Penggalangan dana dan bantuan untuk gempa Lombok belum usai, namun kabar buruk kembali berhembus. Kali ini Sulawesi yang diuji. Palu dan Donggala, meski tak pernah sekalipun ku pijakkan kakiku disana, namun tetap saja ada teman seperjuanganku disana. Duka ini seperti digandakan. Tak hanya gempa, tsunami pun ikut menyapa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa sesering ini? <br /><br />Sudah kubilang di awal, ini kerasahan semua orang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini datang dari Grup Whatssapp-ku, Pemburu Hantu. Isinya cukup 5, namun jangan ditanya manfaatnya. Salah satu topik yang kami obrolkan saat itu adalah tentang Gempa Bumi. Berawal dari salah seorang temanku yang berhasil mengkatham-kan pendidikannya di bidang Geografi, namanya Trias Medita, membagikan beberapa tautan tentang Gempa Bumi. Cukup panjang dan menarik. Sudah pasti ini makanannya sehari-hari, karena banyak unsur geografisnya to hehe. Momen yang tepat untuk bertanya langsung kepada yang memahami ilmunya :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah tak bisa dipungkiri, Indonesia masuk dalam sasaran empuk terkena gempa. Ada banyak titik-titik yang aku tak paham namanya apa, tapi banyak yang mengartikan titik-titik itu sebagai titik gempa yang berpotensi terjadi. Seramnya, hampir semua wilayah di Indonesia dikerubungi titik-titik gempa, termasuk NTT, termasuk (tentu saja) Pulau Flores dan juga maumere :(</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimRA-Swybn3Ad5x99pmnBqjIbHep0IAP5jJgWTzRdFLdabyyLHI5YyTJCxn3BsoD3SSeVA5OQpUtSxSKN24mPoM8CQMSUTddrESrauUC4EZRLjnA3MoMfMmKA1-ds4T-eIdEfTKEz1G9g/s1600/gempa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="451" data-original-width="722" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimRA-Swybn3Ad5x99pmnBqjIbHep0IAP5jJgWTzRdFLdabyyLHI5YyTJCxn3BsoD3SSeVA5OQpUtSxSKN24mPoM8CQMSUTddrESrauUC4EZRLjnA3MoMfMmKA1-ds4T-eIdEfTKEz1G9g/s400/gempa.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mak, sekarang ku lihat laut macam lihat Indomaret, mudah dijangkau dan ramah karena mudah ditemui. <i>Worry</i> sekali jadinya, bagaimana jika gempa? Mau lari kemana? Ada laut disana-sini, terkepung, mampus kau :(</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ku ajukan pertanyaan pertama ku pada Trias, </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bisakah patahan yang menyebabkan gempa diprediksi? </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b></b><br />Well, sebelumnya Trias membagikan tulisan yang isinya membahas tentang kondisi geografis di Indonesia dan potensi sesarnya alias patahan, dialah penyebab segala gempa di muka bumi ini.Begini kira-kira,</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<b><i>Indonesia bnyak zona subduksi..<br />Zona subduksi= zona prtemuan 2 lempeng. 2 lempeng ini saling kontra, tipe yg saling nubruk2 satu sama lain.<br />Karena nubruk2,,jdinya ada gempa dan trbentuk gunung api</i></b></blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Well said</i> banget ga sih :')) ibu guru bertalenta </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaan keduaku akhirnya mengekor,</div>
<div style="text-align: justify;">
Teori menghadapi situasi darurat juga sudah disosialisasikan, namun tetap saja berharap kondisi yg kondusif saat bencana terjadi itu tidaklah mudah. Lantas what should we do? <br /><b>Apa sesarnya bisa dicegah? </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaan semacam itu muncul karena tips dan trik menghadapi bencana apapun itu terkadang tak bisa dipraktekan dengan baik ketika bencana benar-benar tiba. Panik. Kalau sudah panik pasti, Lari. Tapi sulit juga tenang dalam keadaan seperti itu, iya gak sih, iya gak? :(</div>
<div style="text-align: justify;">
Terus biar gausah ada korban banyak-banyak, bisa ga sih sesarnya dicegah gitu? Supaya tentram hati ini tinggal berdekatan dengan laut dan rumput.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaan ketiga akhirya terucap juga,<br /> <b>Lantas what should we do?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh ini sudah disebut ya tadi hehehe. Akutu musti ngapain dong, kalo sudah dihadapkan dengan situasi seperti itu wahai ibu guru. Diskusi terjadi saat jam produktif sebenarnya, jadi memang respon yang Trias berikan agak lama, gemas ya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya<b> </b>do'i datang dengan <i>Trias is typing...</i> lama banget sumpah typingnya, bikin skripsi kah yas? hehehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
dan jawabannya, MashaAllah pantes typingnya lama :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /><i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaan pertama kurang lebih dijawab seperti ini,</div>
<div style="text-align: center;">
<blockquote class="tr_bq">
<b><i>Yes dora. Gempa tidak dapat dicegah namun harus tetap dihadapi.</i></b></blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini ngutip dari penjelasan para ahli, semoga ga keliru yang aku kutip. Saat ini belum ada alat atau teknologi yang bisa memprediksi waktu dan kekuatan gempa. Dalam sejarah, baru 1 kali kejadian gempa dapat diprediksi, yaitu di China tahun 1974 (korban sekitar 300). Keberhasilan ini karena ada studi mendalam tentang aktivitas gempa dan ulang tahun gempa tersebut. Jadi pemerintah China waktu itu memprediksi Juni 1974 akan terjadi gempa. Kapan tanggal-hari-jamnya sama sekali gatau. Terkait penelitian-penelitian berikutnya ga cukup mnggembirakan. Gempa masih sulit diprediksi dan butuh riset yang sangat panjang. </div>
<div style="text-align: center;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Mungkin ini maksud Allah juga gais, blm mengijinkan manusia untuk mngetahui prediksi waktu gempa. Biar kita selalu siap mghadapi segala skenarioNya.</b></i></blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setuju banget sama part ini. Bayangkan jika gempa bisa diprediksi, orang-orang pasti ricuh, lari. Sama seperti ketika Gunung Api mau meletus, ricuh kan, tapi gunung api dampak letusannya bisa diprediksi, tanda-tandanya juga jelas, alhasil metode pengungsian pun bisa ancang-ancang dulu. Kalo gempa gimana ceunah? Mana aja yang kena, ya kali satu pulau ngungsi.</div>
<div style="text-align: center;">
<blockquote class="tr_bq">
<b><i>Bu Dwikorita (kepala bmkg) jg mnyampaikan jika gempa itu ibarat kematian. Kapan kamu mati? kapan gempa terjadi?<br />Itu 2 jawaban yg ghaib.</i></b> </blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Trias juga sampaikan begini,<br />Allah sengaja merahasiakan kematian kita biar kitanya nanti dateng ke Allah dengan persiapan dan bekal terbaik pun (mungkin) sama dengan gempa. Kita mghadapi gempa bukan disaat gempa itu terjadi saja, tetapi juga sebelum terjadi apakah kita udah siap "disapa" oleh gempa2 disini?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Marilah kita menundukkan kepala sejenak teman-teman :(</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertanyaan terakhir ku pun dijawab dengan apik dan otakku merespon 'bener juga ya'</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ini sedikit tips gais untuk secure dengan gempa:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Yg prioritas adalah upgrade iman kita, tunaikan kewajinan, minimalisir dosa. Krena mgkin ini sangat brperan utk mengurangi kepanikan saat trjadi bencana. </li>
<li>Kenali tempat tinggal kita. Bencana apa aja yg brpotensi trjadi. Cek peta potensi gempa di indonesia, cari tau jenis tanah disini, kenali morfologinya (datar2 aja/berbukit/ada sungai-laut-danau, kberadaan pohon2 dll). </li>
<li>Klo udh kenal wilayah & tau potensi bencananya, kita siapin kyak simulasi pribadi. Klo misal ada bencana ini hrs ngapain, lari kemana.</li>
<li>Saat trjadi bencana, hal utama yg dilakukan adlah saving life.</li>
<li>Update info kebencanaan dari sumber yg kredible. Misal bnpb, bmkg.</li>
<li>Cek rumah atau tempat tinggal kita.</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Kalo pas gempa hrs lari kemana (liat sekitar ada pohon/penghalang lain nggak)</li>
<li>klo ga sempet lari, ngumpet di bawah meja yg kokoh/cari sudut pojokan rumah yg dirasa kuat alias ga akan ambruk.</li>
<li>gimana perabotan kita? Mmbahayakan ga kira2. Mgkin perlu ditata ulang biar lebih safety.</li>
<li>belajar dari jepang juga, mreka hidup sederhana & ga suka trlalu mmiliki bnyak barang2 di rumahnya. Mgkin itu juga kesadaran adaptasi krena disana sering gempa.</li>
<li>nanti klo bngun rumah cek dlu jenis tanahnya, potensi bencananya, dan hrs dibuat dg material yg tahan guncangan. </li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
<blockquote class="tr_bq">
<div>
<b><i>Belajar dari salah satu korban gempa sulteng..saat gempa hebat, nalurinya cuma berkata bhwa dia hrs lari ke bandara. Krena bandara tempatnya lapang, cukup aman dari bangunan & pastinya jadi akses semua pihak pasca gempa.</i></b></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Chat dari Trias saya copas langsung, jadi mohon maaf jika ada typo :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulannya mungkin begini,<br />Kita nggak bisa menghindari gempa. Bisa saja tempat kita yang selanjutnya disambangi gempa. Tak boleh menyalahkan struktur geografis negara kita. Ada minus pasti ada plus. Bumi Indonesia indah, percayalah. Hidup tenang dengan selalu mengingat, oh bumi Indonesia yang indah ini hanya kusambangi sementara saja. Apapun yang terjadi, kita pasti siap. Panik sudah pasti, tapi setidaknya kita siap. Psikologis kita pasti akan berpengaruh ke tindakan kita selanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Siap yang saya maksud disini, bukan siap pasrah menerima segala kenyataan. Lakukan segala yang bisa kita lakukan. Sperti yang tertuang dalam jawaban Trias poin 2 dst. Kita masih bisa meminimalisir kerugian dan korban. Sisanya serahlan ke Allah saja :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCYA8Hj_oOUUJBg8wbFWZvvGeru0jHRjsl9wCDBr_2yqjElUUUfZDD4zsmSuuCywRM9QbrmpzNp6q7cIY9MJ8s0LlEigqCeSn9qKQH5UYID95Ub6-dnVwVGpXlUbQJInhzzj8lFfLRCl0/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="778" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCYA8Hj_oOUUJBg8wbFWZvvGeru0jHRjsl9wCDBr_2yqjElUUUfZDD4zsmSuuCywRM9QbrmpzNp6q7cIY9MJ8s0LlEigqCeSn9qKQH5UYID95Ub6-dnVwVGpXlUbQJInhzzj8lFfLRCl0/s320/1.jpg" width="194" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNH8ipurTWeQKZw8D0ALfOPGrtJk1LthF_JAj5LpJPyXp19qciBV_DKzBOiZcFyibkSaL8BKB2_y-UgfB7bAL6ChztRhd9fVZ9qxlJAJB0ERzGiYWwqznF3Cv_dc8siQFIrU94HH9Ao9A/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="917" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNH8ipurTWeQKZw8D0ALfOPGrtJk1LthF_JAj5LpJPyXp19qciBV_DKzBOiZcFyibkSaL8BKB2_y-UgfB7bAL6ChztRhd9fVZ9qxlJAJB0ERzGiYWwqznF3Cv_dc8siQFIrU94HH9Ao9A/s320/2.jpg" width="229" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixltz7qSFrSCHJ9LtRb4UItPZmXDomP2cneKfRbV1KZrB1yDVZ5d-pzBvRUp1eFJWJiF2ueX_L2ZYi4StIWHxATfFEYh92ycPgzl2KXg7P8hQkCuCIsWMTgFzjc1VkVU8ZM5EP8JPAAZU/s1600/3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="916" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixltz7qSFrSCHJ9LtRb4UItPZmXDomP2cneKfRbV1KZrB1yDVZ5d-pzBvRUp1eFJWJiF2ueX_L2ZYi4StIWHxATfFEYh92ycPgzl2KXg7P8hQkCuCIsWMTgFzjc1VkVU8ZM5EP8JPAAZU/s320/3.jpg" width="229" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOqTTIgQBAXyn7IFUUkGy6YN1k-MN35bYhpM22jREg41R5HUXTxgPbNWOiYYoI2AoDDB1ZAAyHyGLgP7C0lrpDG4yTdfVDbjSxi_Pk8wHy8osyHZSzKeC_uFaQrr8WAhjk7tAOF59vTck/s1600/4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="917" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOqTTIgQBAXyn7IFUUkGy6YN1k-MN35bYhpM22jREg41R5HUXTxgPbNWOiYYoI2AoDDB1ZAAyHyGLgP7C0lrpDG4yTdfVDbjSxi_Pk8wHy8osyHZSzKeC_uFaQrr8WAhjk7tAOF59vTck/s320/4.jpg" width="229" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekian sharing dari diskusi saya dengan rekan-rekan pemburu hantu. Semoga bermanfaat! :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alinea.</div>
</div>
</div>
Adora Alinea Alfianahttp://www.blogger.com/profile/17155135464809208788noreply@blogger.com0